Santo Maron adalah teman St. Yohanes Krisostomus Ia seorang biarawan pada abad keempat yang meninggalkan Antiokhia menuju Sungai Orontes untuk memasuki kehidupan asketik, mengikuti tradisi St. Antonius dari Gurun dan St. Pachomius dari Mesir. Dia kemudian memiliki banyak pengikut yang mengadopsi kehidupan monastiknya. Setelah kematian St. Maron pada tahun 410, murid-muridnya mendirikan biara untuk mengenangnya dan membentuk nukleus dari Gereja Maronit. Gereja Maronit segera menerima ajaran iman dari Konsili Kalsedon pada tahun 451. Ketika 350 biarawan dibunuh oleh kaum Monofisit Antiokia, para Maronit mengungsi ke pegunungan Lebanon. Surat menyurat mengenai kejadian ini membawa hasil pada pengakuan Kepausan terhadap Maronit oleh Paus Hormidas pada 10 Februari 518.
Kemartiran Patriark Antiokia pada tahun 602 meninggalkan Maronit tanpa seorang pemimpin, dan peristiwa ini menuntun mereka untuk memilih Patriark Maronit pertama mereka, St. Yohanes Maron pada tahun 685. Sedikit informasi terdengar dari Maronit selama 400 tahun karena mereka diam-diam melarikan diri dari invasi Islam ke pegunungan Lebanon, sampai pada masa Perang Salib ketika Raymond dari Toulouse menemukan Maronit di pegunungan dekat Tripoli, Lebanon dalam perjalanannya untuk menaklukan Yerusalem. Gereja Maronit sekali lagi mengkonfirmasi kesetiaan mereka kepada Paus pada tahun 1181. Patriark Maronit, Yeremia, menghadiri Konsili Lateran IV pada tahun 1215, dan Universitas Maronit di Roma diresmikan pada tahun 1584. Gereja Maronit selalu tetap setia kepada Roma. Pemimpin Gereja Katolik Maronit sekarang adalah Patriark Bechara Boutros Al-Rahi
Kahlil Gibran
Kahlil Gibran lahir di Bsharri, daerah pegunungan di Libanon Utara pada 6 Januari 1883. Ia dilahirkan dalam keluarga yang menganut agama Katolik Maronite. Ketika itu Libanon masih masuk provinsi Turki dari the Great Syria dan yang tunduk pada kekuasaan Ottoman. Namanya salah tulis ketika registrasi masuk sekolah di Boston pada tahun 1895. Seharusnya ditulis Khalil, tetapi menjadi Kahlil. Kesalahan tersebut akhirnya disandang sampai akhir khayatnya.
Baca Juga:
- Patung Bunda Maria Berkebaya Ada di Nazaret
- Kitab Deuterokanonika Diilhami Oleh Allah
- Gua Maria Bukan Sarang Berhala
Ketika ayah Kahlil (Khalil) Gibran ditangkap oleh penguasa Ottoman terkait penghindaran pajak, akhirnya keluarganya pindah sebagai imigran ke Boston pada 25 Juni 1895. Namun tahun 1898 mereka kembali lagi pindah ke Libanon. Kahlil kemudian kembali meninggalkan Libanon dan menuju Amerika tahun 1902, ketika masa-masa sulit menimpa keluarga besar Gibran, seperti kemiskinan dan penyakit kronis yang merenggut nyawa orang-orang yang ia kasihi yaitu kakak tirinya, ibunya dan kemudian adik perempuannya.
Hasil karya Kahlil (Khalil) Gibran bagi dunia perpustakaan, kesenian, theater sangat banyak, puisi, esai dan kata-kata mutiara. Tak ketinggalan hasil karya lukisannya untuk banyak galeri terkemuka. Bukunya banyak memberi inspirasi, bukan hanya mengenai sastra tetapi juga soal-soal filosofi dan spiritual dalam kehidupan. Kahlil (Khalil) Gibran ketika usia muda /foto Fred Holland Day The Prophet; Buku pertamanya yang sangat terkenal berjudul’ The Prophet’ dipublikasikan pertamakali tahun 1923 oleh Alfred A. Knopf. Ada dugaan bahwa Kahlil (Khalil) Gibran jatuh cinta pada seorang wanita dari Boston bernama Josephine. Wanita inilah yang menjadi sumber inspirasi Kahlil ketika menulis The Prophet. Oleh karena buku itu didedikasikan untuk wanita pujaannya — Josephine. The Prophet berisi kumpulan puisi, esai yang filosofis dan spiritual. Buku ini diterjemahkan lebih dari dua puluh lima bahasa. Dan menurut catatan dari Amazon.nl sampai saat ini sudah terjual sebanyak sembilan (9) juta copies, dalam edisi Amerika.
Banyak bagian yang dapat menginspirasi kehidupan kita sehari-hari secara spiritual.
Salah satunya dari buku The Prophet Kahlil Gibran menulis– Your children are not your children They are the sons and daughters of Life’s longing for itself. They come through you but not from you, And though they are with you yet they belong not to you. — You may give them your love but not your thoughts, For they have their own thoughts. You may house their bodies but not their souls, For their souls dwell in the house of tomorrow, which you cannot visit, not even in your dreams. You may strive to be like them, but seek not to make them like you. For life goes not backward nor tarries with yesterday. — You are the bows from which your children as living arrows are sent forth. The archer sees the mark upon the path of the infinite, and He bends you with His might that His arrows may go swift and far. Let your bending in the archer’s hand be for gladness; For even as He loves the arrow that flies, so He loves also the bow that is stable. — Sangat filosofis dan spiritual sekali bila kita baca dan perhatikan makna kata-kata, kalimat demi kalimat dari satu bagian dari sekian bagian dari buku The Prophet – On Children.
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Ia dimakamkan di Mar Sarkis (sekarang Gibran Museum), sebuah biara Karmelit.
Baca Juga:
- Hanya Setan yang Takut terhadap (Salib) Yesus
- Mengenal Katolik Timur
- Sejarah Gereja Katolik Timur, Bag. V Katolik Maronit (Tradisi Antiokhia)
Berikut salah satu kutipan Karya Kahlil Gibran yang diambil dari buku ‘Pelari Terdepan”
Suatu ketika menjelang malam seorang pria yang berkelana di atas punggung kuda menuju laut mencapai sebuah penginapan. Ia turun, dan seperti semua penunggang kuda yang menuju laut, ia mengikatkan kudanya ke sebatang pohon di dekat pintu dan memasuki penginapan.
Tengah malam, ketika semuanya tengah lelap, seorang pencuri datang dan mengambil kuda pengelana itu.
Keesokan harinya pengembara terbangun dan menemukan kudanya telah dicuri. Dan ia meratapi kudanya.
Lalu teman-teman menginapnya datang dan berdiri di sekelilingnya, dan mulai berkata-kata.
Dan pria pertama berkata, “Betapa bodohnya kau mengikat kudamu di luar kandang.”
Dan yang kedua berkata, “Lebih bodoh lagi, tanpa mengikat kaki kuda!”
Dan pria ketiga berkata, “Yang paling bodoh adalah pergi ke laut dengan menunggang kuda!”
Dan yang keempat berkata, “Hanya yang lamban dan malas yang memiliki kuda.”
Si pengelana tercengang. Dan akhirnya ia berteriak, “Kawan-kawan, lantaran kudaku telah dicuri, kalian berebut memberitahu kesalahan dan cacatku. Tetapi anehnya, tidak satu kata pun kalian ucapkan tentang orang yang mencuri kudaku.”