-0.7 C
New York
Sunday, December 15, 2024

Natal 25 Desember: Hari Raya Kelahiran Dewa Matahari dan Saturnalia?

Kelahiran Dewa Matahari dan Saturnalia

Kaisar Aurelianus menetapkan 25 Desember tahun 274 sebagai perayaan Sol Invictus. Uang logam saat itu menyebutkan bahwa Kaisar Aurelianus sebagai Imam Agung Matahari (Pontifex Solis atau Pontiff of the Sun). Jadi Aurelianus mendirikan kultus itu pada akhir abad ke-3. Sementara itu, sebuah manuskrip kuno (354) menuliskan tentang perayaan tanggal 25 Desember demikian “N INVICTI CM XXX.” Perhitungannya yakni N artinya Nativity (kelahiran), Invicti artinya yang tak terkalahkan, CM artinya circenses missus (diperintahkan), dan XXX artinya tiga puluh. Apabila dibuat dalam kalimat berarti tiga puluh permainan yang ditentukan untuk kelahiran yang tak terkalahkan pada 25 Desember. Tidak disebutkan ‘matahari’. Maka, kita dapat meragukan bahwa tidak ada bukti bahwa perayaan tanggal 25 Desember mengacu kepada dewa matahari.

Bukti lain adalah prasasti dari zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan Sol Invictus itu jatuh pada tanggal 18 November dan 19 Desember. Tidak ada bukti historis tentang perayaan Natalis Sol Invictus pada tanggal 25 Desember, sebelum tahun 354. Justru dari keterangan tersebut menunjukkan variasi tanggal perayaan Sol Invictus yang marak dilakukan pada abad ke-4 dan ke-5. Sesungguhnya tanggal 25 Desember menjadi hari “Kelahiran Dewa Matahari yang tak terkalahkan ada dan popular sejak kaisar Julian si murtad (Ia pernah menjadi Kristen, lalu kembali menganut pagan Romawi. Kaisar Julian ini yang mempopulerkan 25 Desember itu setelah ia murtad. Dapat dikatakan bahwa Kaisar Julian membuat sebuah tandingan untuk mengecoh umat Kristen, sehingga ia membuat ketentuan bahwa pada tanggal 25 Desember menjadi hari libur bagi kaum pagan.

So, Dewa Matahari yang tak terkalahkan bukanlah dewa yang terkenal dan popular di kekaisaran Romawi. Kalender Romawi kuno hingga masa kekristenan tidak mencatat adanya tradisi perayaan pagan pada tanggal 25 Desember.  Seperti diketahui, saturnalia merupakan peringatan winter solstice yakni titik terjauh matahari dari garis khatulistiwa. Perayaan winter solstice diadakan pada tanggal 17-23 Desember bukan pada 25 Desember. Perayaan Saturnalia ini lebih populer daripada Sol Invictus. Dan kemungkinan besar Kaisar Julian si murtad inilah yang berusaha mengecoh umat Kristen. Jadi tuduhan bahwa 25 Desember merupakan hari kelahiran Dewa Matahari atau Saturnalia merupakan sebuah hipotesa (dugaan) para polemikus.

Baca Juga

Kesaksian Kitab Suci dan Bapa-Bapa Gereja

Menurut St. Yohanes Krisostomus, tanggal kelahiran Yesus dihitung dari kelahiran Yohanes Pembaptis. St. Lukas, dalam Injil yang ditulisnya, mengatakan bahwa pada suatu saat Zakaria dari ‘rombongan Abia’ melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan (Luk. 1:5). Keturunan Harun dibagi ke dalam dua puluh empat rombongan (1 Taw. 24). Dua puluh empat rombongan itu bertugas untuk menyelenggarakan ibadah dalam suatu rotasi sepanjang tahun. Setiap rombongan imam melayani satu minggu di bait Allah, dua kali setahun. Rombongan Abia melayani di giliran ke-8 dan ke-32 dalam siklus tahunan.

Josef Heinrich Friedlieb dengan sangat yakin mengatakan bahwa rombongan imam pertama, Yoyarib, bertugas sepanjang waktu penghancuran Yerusalem pada hari ke-9 pada bulan Yahudi yang disebut bulan Av.  Maka, masa rombongan imamat Abia (yaitu masa Zakaria bertugas) melayani adalah minggu kedua bulan Yahudi yang disebut Tishri, yaitu minggu yang bertepatan dengan the Day of Atonement, hari ke-10. Di kalender kita, the Day of Atonement dapat jatuh di hari apa saja dari tanggal 22 September sampai dengan 8 Oktober. Jika dihitung dari bulan Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret, maka tepat 6 (enam) bulan.

Dikatakan dalam Injil Lukas bahwa Elisabet mengandung beberapa saat setelah masa pelayanan Zakaria (lih. Luk. 1:24). Konsepsi St. Yohanes Pembaptis terjadi sekitar akhir 22 September sampai 8 oktober, sehingga perhitungan empat puluh minggu setelahnya, menempatkan kelahiran Yohanes Pembaptis di akhir Juni. Meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis pada tanggal 24 Juni. Kitab Suci menjelaskan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung, ia pergi untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung di bulan yang ke-6. Artinya, umur Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus Kristus (lih. Luk. 1:24-27, 36). Jika 6 bulan ditambahkan kepada 24 Juni maka diperoleh 24-25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus.

Apabila tanggal 25 Desember dikurangi 9 bulan, diperoleh hari peringatan Kabar Gembira (Annunciation) yaitu tanggal 25 Maret. Jika Yohanes Pembaptis dikandung segera setelah the Day of Atonement, maka tepatlah penanggalan Gereja Katolik, yaitu bahwa kelahiran Yesus jatuh sekitar tanggal 25 Desember.

Kesaksian Bunda Maria

Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus. Sumber dari Tradisi tersebut adalah kesaksian Bunda Maria sendiri.  Sebagai ibu tentu Maria mengetahui dengan rinci tentang kelahiran anaknya, yang diteruskan oleh para rasul kepada Gereja. Bunda Maria pasti mengingat secara detail kelahiran Yesus ini yang begitu istimewa, yang dikandung tidak dari benih laki-laki, yang kelahirannya diwartakan oleh para malaikat, lahir secara mukjizat dan dikunjungi oleh para majus.

Sebagaimana umum bahwa orang bertanya kepada orangtua yang membawa bayi akan umur bayinya, demikian juga orang saat itu akan bertanya, “Berapa umur anakmu?” kepada Bunda Maria. Maka, tanggal kelahiran Yesus 25 Desember, sudah diketahui sejak abad pertama.

Iman Gereja Perdana

Gereja perdana merayakan kebangkitan Yesus sebagai momen utama bagi umat untuk mengungkapkan iman. Pada masa itu perayaan kelahiran Yesus belum menjadi perhatian utama Gereja. Menjadi perhatian Gereja pada abad ke 3 Masehi. Kesaksian akan hal tersebut diperoleh dari catatan St. Clemens dari Alexandria (+150-210 Masehi). Dalam catatannya, ia menjelaskan bahwa ada upaya Gereja untuk menentukan kapan tanggal kelahiran Yesus.

Gereja mulai melihat bahwa kelahiran Yesus merupakan bagian dari peristiwa paskah. Sebab tidak ada kebangkitan tanpa peristiwa kelahiran. Hal itu terlihat dari liturgi Natal yang mengutip Prolog Injil Yohanes (1:1-18). Melalui perikop tersebut peristiwa Inkarnasi menjadi nyata. Peristiwa Inkarnasi itu telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes. 52:7-10) dan diteguhkan oleh surat kepada Orang Ibrani (Ibr. 1:1-6). Iman Gereja dilanjutkan hingga sekarang, yang menghubungkan Misteri paskah dan Misteri Inkarnasi. Lagi pula dalam perayaan Misa malam Natal (Vigili), bacaan-bacaan menceritakan bagaimana Yesus menyerahkan diri demi keselamatan umat manusia (Tim. 2:14).

Menurut Injil Lukas, malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria, ketika Elizabeth telah mengandung enam bulan (Luk. 1:24-26.36). St. Yohanes Krisostomus (347-407), mengatakan peristiwa kabar gembira tersebut terjadi pada bulan Purnama tanggal 14 Nisan, yang sepadan dengan 25 Maret (Hari Raya Kabar Sukacita). Dalam khotbahnya yang berjudul In Diem Natalem, ia menjelaskan bahwa Yesus Kristus lahir sembilan bulan kemudian, yakni tanggal 25 Desember.

Ahli Kitab Suci, Tommaso Federici († 2002), pengajar di Universitas Kepausan Urbaniana di Roma, mengatakan: “Kelahiran Tuhan pada tanggal 25 Desember adalah tanggal sejarah, yaitu 15 bulan setelah kabar Malaikat Tuhan kepada Zakharia, 9 bulan setelah kabar kepada Bunda Perawan Maria, dan 6 bulan setelah kelahiran Yohanes Pembaptis”.

Tahun Kelahiran Yesus

Dalam buku Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives Emeritus Paus Benediktus XVI tidak mempersoalkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Paus hanya mengutip pandangan seorang astronom Wina, Ferrari d’Occhieppo yang memperkirakan bahwa terjadi konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada tahun 7-6 Sebelum Masehi. Astronot itu berkesimpulan bahwa tahun itulah tahun kelahiran Yesus sehingga ada cahaya bintang yang terang di Betlehem yang menuntun orang Majus.

Referensi

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (S2) Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini