2.9 C
New York
Tuesday, February 11, 2025

Tanggapan terhadap DM: Tidak Semua Patung Itu Berhala

“Ternyata gue juga setuju sama UAS soal ini, bahwa, kalau gue mungkin sebutnya ada unclean spirit, ok, di patung, ketika patung yang dibuat manusia disembah. Baca Yesaya ayat 13-20, sekali lagi, ini buat orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus. Gua ingin kalian baca dulu Yesaya 44:13-20, baru lo bisa komentar. Sebelum lo baca, jangan komentar dulu,” ucap Daniel Mananta.

[postingan number=3 tag= ‘patung’]

Permintaan Saudara DM sudah saya penuhi. Saya membaca Yesaya 44:13-20. Dan berikut ini adalah hasil dari pembacaan saya terhadap perikop itu. Apa saja isinya? Isinya antara lain: Satu, Yesaya menunjukkan betapa bodohnya para pembuat patung berhala: mereka bekerja keras dengan kayu, tetapi itu hanya kayu (Yes. 44:13). Dua, ketika orang-orang itu membuat patung dari kayu, mereka menggunakan sebagian dari kayu itu untuk membuat api untuk memasak makanan, dan sebagiannya lagi digunakan untuk membuat patung yang kemudian mereka sembah (ayat 14-17). Tiga, mereka tidak tahu bahwa menyembah sesuatu yang mereka ciptakan sendiri itu merupakan suatu kebodohan sebab Tuhan telah menutup mata dan hati mereka (ayat 18-19) sehingga mereka sudah buta secara rohani (ayat 20).

Yesaya membandingkan antara Allah Israel dengan allah buatan manusia.

Adapun konteks dari perikop tersebut adalah perbandingan antara Yahwe dengan allah-allah lain. Bahwasanya berhala hanyalah sepotong kayu, yang dapat terbakar dalam api. Ia tidak memiliki kekuatan untuk menyelematkan. Dengan begitu, Yesaya ingin menerangkan bahwa hanya ada  satu Tuhan yang benar. Dia telah memilih mereka untuk menjadi milik-Nya, mengampuni dosa mereka dan menyelamatkan mereka dari musuh (21-23). Dia adalah penebus sekaligus pencipta mereka, dan sekarang Dia akan membuktikan bahwa mereka yang meramalkan kehancuran Israel (24-25) salah.

Polemik melawan berhala ini mencapai puncak dalam kontras dengan Israel. Bahwa Israel bukanlah sebuah ikon, melainkan seorang hamba, penampilan yang hidup. Pembebasan dari pembuangan adalah kesempatan bagi Israel untuk diciptakan kembali supaya layak memancarkan kemuliaan Allah.

Bukan pembuatan patung yang dikutuk oleh Tuhan tetapi penyembahan terhadapnya.

Sebetulnya, ada banyak perikop lain dalam Kitab Suci yang isinya tentang polemik melawan berhala. Harap ini bukan sebuah kejutan bagi DM dan yang lain. Sebut saja misalnya Keluaran 20:4-5. Perikop ini sering digunakan untuk membuktikan bahwa membuat ‘gambar pahatan atau kemiripan apa pun yang ada di surga di atas, atau yang ada di bumi di bawah’  adalah kejijikan bagi Tuhan. Padahal, ketika perikop ini dibaca dalam konteksnya, bukan pembuatan patung yang dikutuk tetapi penyembahan terhadapnya.

Orang-orang yang menentang pembuatan patung seringkali melupakan banyak bagian dalam Kitab Suci di mana Tuhan justru memerintahkan pembuatan patung. Sebagai contoh: Kel. 25:18–20 “Dan kamu harus membuat dua kerub dari emas [yaitu, dua patung malaikat dari emas]; harus kaubuat dari pekerjaan tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub di ujung yang satu, dan satu kerub di ujung yang lain; dari salah satu tutup pendamaian itu haruslah kaubuat kerub pada kedua ujungnya. Para kerub akan merentangkan sayapnya di atas, menaungi tutup pendamaian dengan sayapnya, wajah mereka satu sama lain; ke arah tutup pendamaian muka para kerub itu”.

Tuhan justru memerintahkan pembuatan patung.

Dalam Bilangan 21:8–9, Tuhan memerintahkan agar ular tembaga dibuat dan menggunakannya untuk menyembuhkan orang Israel. Patung ular itu disimpan selama 800 tahun dan kemudian dihancurkan ketika beberapa orang mulai menyembahnya (2 Raj 18:4). Dalam 1 Raja-raja 6, Tuhan memerintahkan agar dibuatkan patung bunga dan pohon palem, serta patung kerub setinggi 15 kaki. Dan, masih ada beberapa contoh lainnya.

Saya sepakat bahwa kita memang perlu saling mengingatkan satu sama lain agar menghindari dosa penyembahan berhala. Manusia dikatakan melakukan dosa penyembahan berhala ketika ia menyembah dan menghormati satu ciptaan sebagai ganti Allah. Pertanyaannya adalah: apakah orang Katolik menyembah berhala? Menyebut umat Katolik sebagai penyembah berhala hanya karena mereka memiliki gambar Yesus dan orang-orang kudus, itu jelas didasarkan pada kesalahpahaman atau ketidaktahuan tentang apa yang Kitab Suci katakan tentang tujuan dan kegunaan patung.

Umat ​​​​Katolik menggunakan patung, lukisan, dan perangkat artistik lainnya, jelas bukan penyembahan berhala.

Gereja Katolik secara konsisten mengutuk keras penyembahan berhala. Hal ini bisa dilihat dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 2112-2114). Tapi, orang Katolik menggunakan patung? Ya, umat ​​​​Katolik menggunakan patung, lukisan, dan ukiran – bukan untuk disembah sebagai pengganti Allah – melainkan untuk membantu mengingat orang atau sosok yang digambarkan. Dengan melihat foto, seorang ibu mengingat salah seorang anaknya yang jauh di perantauan, demikian juga dengan melihat patung, lukisan, dan ukiran, orang Katolik mengingat teladan orang-orang kudus. Dan, itu bukan penyembahan berhala.

DM menyinggung juga soal sejarah. Di awal sejarahnya, bangsa Israel memang dilarang membuat penggambaran Tuhan karena saat itu Dia belum menampakkan diri-Nya dalam bentuk yang terlihat, mengingat budaya pagan yang mengelilingi mereka, jangan sampai orang Israel tergoda untuk menyembah Tuhan dalam bentuk binatang atau benda alam (misalnya banteng atau matahari).

Namun kita tahu bahwa kemudian Tuhan menampakkan diri dalam bentuk yang terlihat, seperti dalam Daniel 7:9: “Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar.” Roh Kudus mengungkapkan diri-Nya dalam dua bentuk yang terlihat—merpati, pada pembaptisan Yesus (Mat. 3:16; Markus 1:10; Luk. 3:22; Yoh. 1:32), dan sebagai lidah api, pada hari Pentakosta (Kis. 2:1–4).

Karena Tuhan telah mengungkapkan diri-Nya dalam berbagai bentuk, maka tidak salah jika kita menggunakan gambar bentuk itu untuk memperdalam pengetahuan dan kasih kita kepada-Nya.

Dan yang lebih penting, dalam inkarnasi Kristus Putra-Nya, Allah menunjukkan kepada umat manusia ikon diri-Nya sendiri. Paulus berkata, “Dia adalah gambar (Yunani: ikon) dari Allah yang tidak kelihatan, yang sulung dari semua ciptaan.” Kristus adalah ‘ikon’ ilahi yang nyata dari Allah yang tak terlihat dan tak terbatas. Jadi, meskipun Tuhan tidak mengungkapkan wujud-Nya di Gunung Horeb, Dia toh mengungkapkannya di Bethlehem.

Tuhan telah mengungkapkan diri-Nya dalam berbagai bentuk, terutama dalam inkarnasi Yesus Kristus.

Lalu bagaimana? Akal sehat memberi tahu kita bahwa, karena Tuhan telah mengungkapkan diri-Nya dalam berbagai bentuk, terutama dalam inkarnasi Yesus Kristus, maka tidak salah jika kita menggunakan gambar bentuk itu untuk memperdalam pengetahuan dan kasih kita kepada-Nya. Jadi, pembuatan dan penggunaan patung-patung religius adalah praktik yang sepenuhnya alkitabiah sehingga siapa pun yang mengatakan sebaliknya berarti dia tidak tahu betul isi Kitab Sucinya.

Referensi:
https://www.catholic.com/tract/do-catholics-worship-statues
https://www.catholic.com/qa/how-do-crucifixes-fit-in-with-the-old-testament-prohibition-of-graven-images
https://jalapress.com/orang-katolik-tidak-menyembah-patung-seri-ii/
https://jalapress.com/orang-katolik-tidak-menyembah-patung/

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

4 COMMENTS

Subscribe
Notify of
guest
4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
EMANUEL TEFA
EMANUEL TEFA
2 years ago

Mantap saya orang Katolik berterimakasih kepada penjelasan ini, sebenarnya Tuhan memakai orang orang yg bertanya supaya bisa dijelaskan lewat Web ini supaya yg selama ini kususnya bagi Katolik yang lain juga hanya Katolik KTP dan banyak yg belum tau juga. Terimakasih

avatar
Editor
2 years ago
Reply to  EMANUEL TEFA

Terima kasih sudah berkunjung ke portal JalaPress.com. Kiranya penjelasan yang diberikan dalam postingan ini dapat membantu umat dalam menemukan jawaban atas isu yang sedang berkembang saat ini.

Yusniar
Yusniar
2 years ago

Buat sy simple sj…Salib hanya simbol mengingatkan kita thdp Yesus dikayu Salib saat Dia menderita..sm halnya kita memajang foto orangtua yg telah tiada…saat kita rindu kita melihat foto tsb dan mendoakan agar orangtua kita diberi tenang di alamnya…

avatar
Editor
2 years ago
Reply to  Yusniar

Contoh yang bagus. Semoga pemahaman yang sama dimiliki juga oleh semakin banyak umat kita di luar sana. Tuhan Yesus memberkati.

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini