5.2 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Hoax, Berita Tak Bermutu

Akhir-akhir ini kita mendengar berita yang begitu heboh,  yakni tentang sekelompok orang penyebar berita-berita Hoax. Ada sebagian orang dari kelompok penyebar hoax telah ditangkap oleh polisi. Mereka memiliki kelompok yang terstruktur dan teratur dengan tujuan menyebarkan berita-berita palsu nan menyesatkan, yang dikenal dengan hoax.

Mereka menyebarkan berita-berita hoax melalui media FacebookTwitterWhatsAppWebsite, dan lain sebagainya.

Berita-berita hoax yang beredar akhir-akhir ini acapkali mengenai pemerintah, terutama pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi. Mereka menulis berita-berita hoax, disertai “sumber-sumber” yang mereka edit sedemikian rupa, sehingga seolah-olah benar.  Mereka sebarkan melalui media sosial dan umumnya tidak terlepas dari isu-isu SARA.

Tentu berita-berita hoax yang mereka sebarkan mempunyai dampak negatif bagi masyarakat.
Ada beberapa dampak yang ditimbulkan oleh berita hoax, antara lain cuci otak (brainwash). Cuci otak (brainwash) melalui berita hoax tersebut menimbulkan konflik, kegelisahan, curiga, dan kekacauan di tengah masyarakat. Masyarakat yang telah tercuci otaknya akan sulit untuk menerima berita yang benar.

Kita tentu sangat prihatin terhadap situasi yang sedang terjadi saat ini. Banyak masyarakat mudah percaya berita-berita hoax, sehingga ikut membagikannya di dalam media sosial yang mereka miliki. Semakin kesesatan beredar luas dan massif,  berita sejenis ini menjadi seolah-olah benar dan inilah yang berbahaya,  menjadi virus dalam kebenaran.

Ditelisik dari sisi psikologi, ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya berita hoax.

Pertama, orang lebih cenderung percaya berita hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Misalnya, seseorang tidak setuju terhadap kelompok tertentu, produk, atau kebijakan tertentu. Ketika ada informasi yang dapat mengafirmasi opini dan sikapnya, maka ia mudah percaya. Sebaliknya, seseorang yang terlalu suka terhadap kelompok, produk, dan kebijakan tertentu, jika menerima informasi yang sesuai dengan apa yang ia percayai, maka keinginan untuk melakukan pengecekan kebenaran terlebih dahulu menjadi berkurang.

Kedua, terbatasnya pengetahuan (prior knowledge) tentang informasi yang diterima, sehingga bisa mempengaruhi seseorang untuk mudah percaya. Sebaliknya, orang yang mempunyai pengetahuan yang baik atas informasi akan bersikap kritis dan tidak mudah percaya, sebelum mendapat sumber terpercaya.

Adalah tugas kita bersama untuk memberikan pendidikan melalui berita-berita yang benar kepada masyarakat. Kita tidak bisa membiarkan masyarakat percaya pada berita-berita hoax. Berita-berita tersebut dapat mencuci otak (brainwash) secara perlahan-lahan.

Masyarakat perlu diberikan dorongan untuk bersikap kritis dalam memilah-milah berita, sehingga menjadi cerdas dan tidak mudah dihasut. Masyarakat perlu diberikan sumber-sumber untuk dijadikan acuan dalam memperoleh berita yang benar. Lebih dari itu, penyelia berita harus bekerja profesional, menyajikan berita yang berbasis data dan fakta dimana kebenaran (verum),  keindahan (pulchrum) dan kebaikan (bonum) menjadi mahkota jurnalistik.  Dengan demikian, masyarakat tidak mudah diombang-ambingkan oleh berita-berita hoax jika semua berita bermahkota.

Sumber: Mengutip penjelasan Laras Sekarasih, Ph.D, Dosen Psikologi Media dari Universitas Indonesia dalam http://nasional.kompas.com, mengenai mengapa orang mudah percaya hoax, diakses Senin, 04 September 2017.

Opini yang sama pernah dimuat di http://www.indonesiakoran.com/news/kolumnis/read/74406/hoax..berita.tanpa.mahkota

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024), Menulis Itu Sehat & Hidup Itu Anugrah (2025), Ikut menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama penerbit Ethos Logos Pathos (2024-sekarang), Menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama PT. Mitra Laksana Pelita (2025-sekarang). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-2024), menjadi Wakil Kepala Sekolah SD Tarsisius 1 (Juli 2024-sekarang), Wakabid. Marketing, Humas & Pengembangan Usaha, Yayasan Bunda Hati Kudus (2025) Penulis dapat dihubungi melalui: Email: detianus.634@gmail.com Facebook: Silvester Detianus Gea. Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok https://www.tiktok.com/@orang_muda.katolik1. Akun Youtube: https://www.youtube.com/@Degeasofficial. LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/de-gea-000825389/.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini