-0.7 C
New York
Sunday, December 15, 2024

Gereja Katolik: Pelacur Besar atau The Whore Of Babylon?

 

Latar Belakang Tuduhan

Buku berjudul Are We Living in the End of Times karya Tim F. Lahaye dan Jerry B. Jenkins adalah sumber dari tuduhan bahwa Gereja Katolik adalah Pelacur besar atau the Whore of Babylon. Seperti diketahui, Tim F. Lahaye dan Jerry B. Jenkins adalah penulis buku-buku yang sangat keras menolak dan menuduh Gereja Katolik, bahkan menuduh Paus sebagai antikristus. Misalnya saja, pada hlm. 172 buku karya mereka membuat klaim sejarah yang mengatakan bahwa “Setiap agama palsu di bumi berasal dari atau berlatar belakang dari agama babylon”. 

Cacat Logika Buku End Times

Membuat klaim bahwa Aztec, Mitos Romawi, Yunani, agama kaum aborigin, confucius dan aliran kepercayaan mempunyai sumber yang sama yakni agama kuno babilon. Klaim itu cacat logika karena setiap agama mempunyai sistem kepercayaan (Teologi dan Filosofi) yang berbeda dan saling bertentangan. Jadi tidak masuk akal bila dikatakan berasal dari sumber yang sama.

Ratu Surga Berasal Dari Ajaran Pagan?

Pertama, gelar ‘ratu surga’ (gebiyrah) yang diberikan kepada Maria tidak sama dengan gelar ‘ratu surga’ (meleket) yang diberikan kepada dewi kesuburan bangsa semit yang diceritakan dalam Yer. 7:18, 44:17. Adapun dewi kesuburan bangsa semit adalah Astoret atau Astarte.

Kedua, gelar Bunda Maria sebagai Ratu Surga mengacu pada penglihatan Rasul Yohanes dalam Wahyu 12:1-6. Dikatakan di sana bahwa ada seorang perempuan bermahkota melahirkan seorang anak yang menggembalakan segala bangsa dengan gada besi (bdk. Why. 12: 1, 5). Perempuan yang bermahkota dan melahirkan seorang anak itu adalah Maria. Sementara itu, anak yang dilahirkannya adalah Yesus, gembala segala bangsa.

Ketiga, semua orang kudus menerima mahkota kehidupan, termasuk Bunda Maria (bdk. 2 Tim. 4:8). Apalagi, Bunda Maria berhasil melaksanakan kehendak Allah sampai akhir hayatnya. Maka, pastilah menerima mahkota kehidupan (bdk. Yak. 1:12, 1 Pet. 5:4, Why. 2:10).

Keempat, Perjanjian Lama mencatat bahwa seorang ‘ratu’ (gebiyrah) dihormati bersama raja dan namanya dicantumkan bersama dengan raja (bdk. Yer. 13:18, 1 Raj. 14:21, 15:9-10, 22:42; 2 Raj. 12:2; 14:2; 15:33). Padahal, dalam Gereja Katolik, pemberian gelar ‘ratu surga’ kepada Bunda Maria sama sekali bukan sebagai saingan atas keutamaan Yesus Kristus yang adalah penyelamat. Gelar ‘ratu surga’ yang disematkan pada Bunda Maria semata-mata berkaitan dengan perannya dalam melahirkan Yesus Kristus, Sang Raja dan penyelamat (bdk. Mat. 1:22-23, Yes. 7:14).

Inkuisisi Tindakan Iblis yang Menyusup Dalam Gereja?

Inkuisi dilakukan untuk mengadili orang-orang yang mengajarkan ajaran sesat. Inkuisisi diadakan oleh negara (misalnya inkuisisi di Spanyol tahun 1478). Gereja hanya menyadarkan orang-orang atau kelompok yang mengajarkan ajaran sesat agar bertobat dan meninggalkan ajaran sesatnya. Jika tidak mau mendengar, maka orang atau kelompok tertentu itu akan berhadapan dengan pengadilan negara.

Inkuisisi dilakukan agar tidak menimbulkan kebingungan di antara umat tentang ajaran yang benar sesuai dengan ajaran Katolik dan Apostolik. Pada masa itu, pengajar ajaran sesat dianggap sebagai tindakan kriminal oleh negara. Orang-orang yang dihukum diantaranya mengajarkan gnostisisme, Manikheisme, arianisme, dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan jika dahulu tidak ada ketegasan demikian, mungkin saat ini aliran-aliran bisa jutaan melebihi aliran protestan yang mencapai 33.000  (tahun 2001) di seluruh dunia menurut buku David B. Barret.

Baca Juga:

Jubah Para Imam, Uskup dan Paus Ditafsirkan Sebagai Lambang Anti Kristus?

Putih memiliki makna: kegembiraan, kemurnian, kepolosan, dan kemuliaan (Dan 7:9; Mrk 9:2-3, Why 3:4-5). Boleh diganti kuning atau emas (warna cahaya) bila perayaan lebih bernada kemuliaan atau kemenangan (Kej 1:3-5, Yes 45:7)

Merah memiliki makna: darah kemartiran, api ilahi (Roh Kudus), cinta, pengorbanan, dukacita, mati raga, penantian (Kel 28:31,33; Sir 10:9, Yer 6:26).

Ungu memiliki makna: menggairahkan.

Hitam memiliki makna: kesedihan, keberdosaan, pertobatan/perkabungan.

Jingga memiliki makna: sukacita.

Hijau memiliki makna: kesuburan, harapan (Kej 1:11-12, Ul 32:2, Luk 23:31).

Biru memiliki makna: warna langit ini bisa berarti kebijaksanaan ilahi yang dihembuskan oleh Roh Kudus (Yoh 3:8).

Janji Yesus Terhadap Gereja-Nya

Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang, Petrus dan berjanji akan menyertai sampai akhir Zaman (Mat. 16:18, 28:20). Tidak mungkin Yesus mengingkari janji-Nya yang setia menjaga dan melindungi Gereja-Nya. Maka, tidak mungkin Gereja yang didirikan Kristus adalah the whore of Babylon atau anti terhadap diri-Nya sendiri. Kristus adalah kepala dan pemimpin Gereja, sementara Gereja sendiri adalah Tubuh Mistik-Nya.

Kapan Gereja Katolik Ada?

Kata ‘katolik’ bukan istilah baru, Kisah Para Rasul 9:31 menuliskan asal mula kata Gereja Katolik “Ekklesia Katha Holos“. Bahkan sejak zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) telah digunakan untuk menegaskan iman Kristiani yang otentik berhadapan dengan kaum bidat/Heresy. Pada tahun 107 Santo Ignatius dari Antiokhia menggunakan nama Gereja Katolik dalam suratnya kepada jemaat di Smyrna. Isi surat itu menegaskan Gereja Katolik sebagai satu-satunya yang didirikan oleh Kristus. Oleh sebab itu, tidak heran dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel maupun Syahadat Singkat menyebut “Aku Percaya akan Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik”.

Referensi

Penyadur: Silvester Detianus Gea

 

 

 

 

 

 

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (S2) Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini