5.3 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Masa Adven: Menanti Yesus Kristus, Menanti Kepedulian Kita

Beberapa dekade terakhir, sebagian dari kita barangkali pernah mendengar, melihat, atau membaca sebuah fenomena yang tidak hanya menyedihkan tapi juga sangat menyakitkan banyak orang di berbagai belahan bumi, yaitu munculnya propaganda HOAX (hoaks).

[postingan number=3 tag= ‘adven’]

Boleh jadi, kita tidak hanya ”SEBATAS” mendengar, melihat dan membaca penyakit hoax ini, tapi juga merupakan bagian dari virus hoax ini, entah sebagai pelaku pembuat, pelaku penyebar atau penceramah hoax.

Di Filipina misalnya, gejala apa yang dinamakan di arena politik Amerika Serikat pada dua tahun terakhir sebagai POST-TRUTH ERA pelan-pelan bertumbuh subur. Pihak otoritas sipil negara di sini mulai bermain dengan isu propaganda hoaks ini. Bergeming alasan perang melawan narkoba dan pelaku kejahatan lainnya, akhirnya ribuan nyawa tak bersalah lenyap. Kebijakan ”keras dan serem” pemerinatah yang ingin menghabisi nyawa pelaku dan nyawa korban pemakai obat-obatan terlarang ini mengundang reaksi keras pemimpin Gereja setempat. Barisan para uskup, imam dan baiarawan-biarawati hadir bersama masyarakat menentang secara tegas kepada Presdien Duterte. Bagi saya, kehadiran pemimpin gereja ini merupakan bentuk solidaritas nyata bagi warga masyarakat yang menjadi korban kebijakan dari sang penguasa negara.

Mengintip nasib Indonesia

Ketika mendengar suara-suara protes dari sekelompok masyarakat Filipina ini terhadap pemerintah mereka, hati saya terkoyak ketika mendengar, melihat dan menyimak dari jauh nasib perjalanan bangsa kita tercinta, INDONESIA, yang akhir-akhir ini diguncang oleh GEMPA HOAX dan dilanda badai KEBENCIAN dan propaganda FITNAH yang dibuat sendiri oleh sesama anak bangsa. Gambaran dan wajah sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia lama-kelamaan semakin pudar dari peradaban bangsa, dan saya melihatnya sebagai penyebab utama dari carut-marutnya bangsa kita.

Di sini saya menyebut beberapa daftar krisis yang lahir dari KANDUNGAN HOAX seperti ada upaya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hadirnya virus hoaks ini juga dapat menyebabkan konflik-konflik dan intoleransi antarumat beragama yang terus merebak akhir-akhir ini. Dan, masih banyak lagi peristiwa lain yang bisa kita tambahkan sendiri.

 Menanti Yesus Kristus

Menarik bahwa di tengah situasi bangsa seperti ini, kita umat Katolik memasuki Masa Adven, masa penantian kedatangan Tuhan Kita Yesus Kristus. Tentu, ini suatu kabar sukacita. Namun, sukacita ini dibarengi juga dengan kegelisahan karena peristiwa-peristiwa negatif masih saja menyungai.

Kita sebagai umat beriman seringkali memahami Masa Adven hanya sebagai kesempatan untuk mempersiapkan batin. Ini tentu penting karena menyangkut persiapan personal. Namun, akan lebih baik, bila kita juga mulai mengarahkan perhatian ke dunia luar, di tempat kita berada. Dalam konteks ini, mempersiapkan Masa Adven perlu juga dikonfrontasikan dengan pertanyaan, apa yang akan saya buat untuk masyarakat, sesama, sebagai wujud konkret persiapan saya dalam menyambut kedatangan Tuhan? Pertanyaan ini penting karena menyentuh hakikat panggilan kita sebagai orang beriman kristiani dan juga esensi Natal yang kita nantikan, di mana Tuhan yang kita imani itu datang dengan tujuan untuk solider, untuk menyelamatkan, untuk membawa kabar sukacita bagi semua orang.

Kalau demikian halnya, maka seyogyanya ada dua aspek penting yang perlu diupayakan dalam Masa Aden, yakni persiapan rohani-batiniah dan juga mengasah kepekaan sosial; sehingga, iman kita tidak lagi hanya berkaitan dengan relasi vertikal antara kita dengan Tuhan tetapi juga menyentuh relasi horisontal antara kita dengan sesama.

Iman kita meyakini bahwa dalam Masa Adven kita menantikan Allah yang hadir dalam diri Putera-Nya, Yesus Kristus, yang mau mencari dan menemukan kita. Inisiatif Allah ini tentu membutuhkan tanggapan kita. Keyakinan iman ini, bahwa Allah yang kita akui datang untuk solider dengan kita, membawa konsekuensi. Karena Dia hadir sebagai sosok yang peduli, sosok yang peka melihat situasi umat-Nya, maka kita pun dituntut untuk berlaku atau menjadi seperti Dia. Artinya, kita pun dituntut untuk peduli terhadap sesama kita. Inilah cara kita mewujudkan komitmen sekaligus bentuk syukur bahwa kita ini citra Allah, bahwa kita ini makhluk yang diberi meterai istimewa, diciptakan seturut gambar dan rupa Allah.

Menanti Kepedulian Kita

Memasuki Masa Adven berarti kita harus berkomitmen secara tulus untuk membuka hati dan diri kita dalam menyambut Yesus. Mulai dari diri kita sendiri, keluarga, dan komunitas, kita belajar berbuat baik serta belajar menanggalkan dan menguburkan sikap kedengkian, kebencian, karakusan, sikap tidak adil, dan keegoisan kita, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam.

Kita sebagai orang beriman Kristiani mestinya juga menjadi agen perdamaian yang menyebarkan benih-benih kasih, kepedulian dan pengorbanan tanpa pamrih terutama kepada mereka yang terpinggirkan dan terabaikan hak-haknya sebagaimana yang menjadi tujuan kedatangan Yesus dalam peristiwa Natal. Selain itu, kita hendaknya membuka diri untuk mendengar dan berdialog dengan saudara dan saudari dari keyakinan lain supaya luka-luka kebencian mata rantai dendam diputuskan sehingga memberi tempat pada nilai pengampunan.

Mari kita mengalahkan budaya kekerasan, kebencian, kedengkian, kerakusan dengan budaya ramah, jujur dan damai. Kita yakin, kasih dan damai akan mengalahkan segala-galanya, sebab setiap upaya perdamaian mempunyai dasar yang kuat dan akan menang karena dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Selamat memasuki dan menghayati Masa Adven.

avatar
RP Kanisius Jenali, CICM
Saat ini berkarya sebagai missionaris di Philippines.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini