Selamat hari Natal untuk kita semua! Kiranya Natal kali ini membawa sukacita berlimpah bagi Anda dan keluarga! Bagaimana perayaan Natalmu hari ini? Semoga berjalan lancar dan aman.
Dua hari menjelang Natal, hujan mengguyur kota Pelaihari dan sekitarnya, mulai subuh hingga malam. Cuaca yang tidak kondusif ini berlangsung tidak hanya satu hari, tetapi dua hari, bahkan hingga saat-saat terakhir menjelang Natal.
Awalnya, karena melihat kabut tebal membentang di angkasa, saya mulai menduga bahwa selama perayaan Natal, hujan akan mengguyur deras. Memang, satu dua jam menjelang Misa Malam Natal, hujan masih turun. Tapi perlahan-lahan berhenti, sampai berhenti total, seolah memberi kesempatan bagi umat untuk datang mengikuti Misa Malam Natal di Gereja.
Persis beberapa saat sebelum Misa Malam Natal dimulai, umat sudah memadati Gereja dan mengisi kursi-kursi di tenda samping Gereja, serta menyebar di halaman sekitar Gereja. Tentu ini merupakan pemandangan yang tidak biasanya. Hari-hari Minggu biasa, umat biasanya hanya mengisi kursi-kursi dalam Gereja. Itu pun kadang-kadang tidak semuanya terisi.
***
Malam Natal berlangsung khidmat, meski sempat turun rintik hujan. Tapi, itu hanya sebentar. Tidak seperti yang terjadi pada hari-hari sebelumnya. Dalam hati saya bergumam, “Tuhan sudah mengatur dan merancang segala sesuatunya dengan baik. Tidak ada yang perlu dikuatirkan.” Dari situ, saya begitu yakin bahwa pada perayaan Hari Raya Natal, besoknya, tidak ada lagi hujan.
Subuh menjelang Hari Raya Natal, hujan mengguyur lagi, tapi tak sederas pada hari-hari sebelumnya. Saya masih tetap pada keyakinan saya bahwa Natal hari ini tanpa hujan; dan ternyata terjadilah seperti yang saya harapkan. Tidak ada lagi hujan selama perayaan Natal. Makanya, dalam khotbah, saya mengatakan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang kebetulan. Cerahnya hari ini bukan kebetulan. Semuanya pasti sudah dirancang dan direncanakan oleh Tuhan. Hal itu saya katakan juga untuk menjelaskan mengapa berita penting mengenai kelahiran Yesus tidak disampaikan kepada kelompok elit, seperti raja Herodes, tetapi justru kepada para gembala yang notabene kalangan rakyat kecil. Itu pasti bukan suatu kebetulan. Tuhan pasti punya rencana di dalamnya.
***
Selepas Misa Hari Raya Natal, saya bersama rombongan OMK mengunjungi rumah-rumah umat Katolik dan beberapa umat dari Gereja Kristen Evangelist (GKE) yang kami kenal untuk mengucapkan selamat Natal. Tidak tanggung-tanggung, kami berhasil mengunjungi lima belas kepala keluarga dalam sehari. Tentu ini bukan hal yang gampang mengingat jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan, dan setiap rumah ‘wajib makan’. Itu berarti bahwa kami harus menghabiskan beberapa menit untuk tiap-tiap rumah.
Semua pintu rumah yang kami datangi dalam keadaan terbuka, meski kami tidak memberitahu sebelumnya. Itu berarti bahwa bukan hanya kami yang datang bersilahturahmi ke rumah-rumah itu; dan memang kami menjumpai banyak orang lain, baik dari Katolik maupun non-Kristen, datang bersilahturahmi ke rumah-rumah itu. Saya cukup terkesan karena dalam situasi negara kita seperti sekarang ini, ternyata masih banyak orang yang menjaga silahturahmi dengan baik, tanpa memandang perbedaan suku, ras, dan agama.
Dari tengah hingga malam hari, kami berkeliling dari rumah ke rumah. Tentu tidak hanya untuk menghabiskan kue dan makanan lainnya, tetapi juga untuk berbagi cerita. Kiranya, dengan kunjungan seperti ini menjadi sempurnalah sukacita Natal kita pada tahun ini. Amin.


