8.1 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Kisah Inspiratif: Seorang Pelukis

Kisah inspiratif berikut ini merupakan terjemahan bebas dari sebuah cerita yang disampaikan di depan kelas oleh guru bahasa Inggris saya di IFLIS [Institute of Foreign Languages and International Studies] Saint Louis University Baguio City, Philippines dalam pelajaran Reading Comprehension and Literature sore ini. Menurut guru saya tersebut, cerita ini ditulis oleh seorang pengarang tak dikenal atau anonim. Judul asli cerita ini adalah “The Search”. Bacalah kisah selengkapnya berikut ini.

Konon hiduplah seorang pelukis di suatu kota. Ia sudah menghasilkan banyak lukisan selama kariernya sebagai pelukis. Tibalah pada suatu ketika ia berniat untuk menghasilkan suatu karya besar [masterpiece] dengan melukis satu objek yang paling indah di seluruh dunia. Namun, ia sendiri belum mempunyai ide mengenai apa kira-kira yang paling indah di seluruh dunia itu. Maka dari itu, ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke seluruh dunia dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan tadi.

Dalam perjalanannya tersebut, ia tiba di suatu kota dan bertemu dengan seorang pengantin wanita. Ia menghampiri wanita itu dan bertanya kepadanya, “Nyonya, menurutmu apa yang paling indah di seluruh dunia?” Wanita itu menjawab “Menurut saya, apa yang paling indah di seluruh dunia adalah cinta.” Pelukis ini heran ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pengantin wanita tersebut. Ia pun berkata lagi, “Tapi, bagaimana mungkin saya bisa melukiskan cinta itu? Cinta itu terlalu abstark.” Oleh karena belum mendapat jawaban yang tepat dari apa yang dia cari, maka pelukis ini meneruskan perjalanannya ke tempat yang lain. Kali ini ia bertemu dengan seorang pastor yang baru saja pulang dari Gereja. Ia mendekati pastor tersebut dan menyampaikan pertanyaannya. “Pastor, menurutmu apa yang paling indah di seluruh dunia?” Dengan tenang pastor itu menjawab “Menurut saya, apa yang paling indah di seluruh dunia adalah keyakinan.” Pelukis ini masih tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh pastor tersebut. Ia kembali berkata, “Tapi Pastor, bagaimana mungkin saya bisa melukiskan keyakinan itu? Keyakinan itu terlalu abstrak untuk dilukiskan.” Ia hampir putus asa. Namun oleh karena besarnya keinginannya untuk melukiskan sesuatu yang paling indah di seluruh dunia, ia pun memberanikan diri untuk meneruskan pencariannya. Ia tiba di suatu kompleks tentara dan bertemu dengan salah seorang tentara yang baru saja pulang dari daerah konflik. Ia berharap agar tentara yang satu ini bisa memberi dia jawaban yang memuaskan sehingga ia tidak perlu lagi berlama-lama mencarinya ke tempat lain. Ia menghadap tentara itu dan berkata, “Pak, menurutmu apa yang paling indah di seluruh dunia?” Tentara itu menjawab, “Menurut saya, apa yang paling indah di seluruh dunia adalah damai.” Pelukis ini menggaruk kepalanya dan berkata, “Tapi Pak, bagaimana mungkin saya bisa melukiskan keyakinan itu? Damai itu terlalu abstrak.” Kali ini ia benar-benar putus asa. “Saya tidak bisa meneruskan perjalanan ini,” katanya dalam hati. Maka dari itu ia memutuskan untuk kembali ke rumah saja.

Ia benar-benar merasa lelah ditambah lagi tidak membawa pulang ide yang cemerlang. Harapannya untuk melukiskan suatu karya besar perlahan-lahan pupus. Ketika ia hampir tiba di rumah, istrinya melihat dia dari balik jendela rumah. Kemudian, istrinya keluar dari rumah dan menjemput suaminya itu, merangkulnya, dan menciumnya. Pelukis ini tiba-tiba teringat akan apa yang dikatakan oleh si pengantin wanita tadi. “Cintalah yang terbesar di seluruh dunia,” demikian pikirnya. Ia pun tiba di depan pintu rumah. Kedua anaknya keluar dari rumah, memeluknya, dan berkata, “Meski ayah pergi jauh dan meninggalkan kami dalam waktu yang lama, kami tetap yakin bahwa ayah akan kembali.” Pelukis ini kembali mengingat apa yang dikatakan oleh pastor yang dijumpainya dalam perjalanannya, “Keyakinanlah yang terindah di seluruh dunia.” Mereka semua, si pelukis [ayah], istrinya, dan kedua anaknya bersama-sama masuk ke dalam rumah. Kini mereka merasa bahagia karena bisa bersatu kembali. Mereka merasa ada damai di rumah itu. Si pelukis ini teringat akan apa yang dikatakan oleh tentara tadi, “Damailah yang terindah di seluruh dunia.”

Kini, pelukis itu sadar bahwa sebenarnya apa yang dia cari selama ini sudah terjawab. Jawabannya ada di dalam keluarganya sendiri. Dengan demikian, pertanyaan mengenai apa yang paling indah di seluruh dunia, jawabannya adalah keluarga. Ya, di dalam keluarga ada cinta, ada keyakinan, dan ada damai. Keluargalah yang paling indah di seluruh dunia.

Refleksi
Kita patut bersyukur karena mempunyai keluarga yang selalu mendukung kita setiap saat, keluarga yang senantiasa mendoakan kita. Oleh karena itu, kita diajak untuk kembali melihat keluarga kita masing-masing dan temukanlah cinta, keyakinan, dan damai di sana. Kalau ketiga hal ini belum terbentuk di dalam keluarga kita, maka tugas kita adalah ciptakanlah ketiga hal tersebut di dalam keluarga kita. Salam sehati sejiwa.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini