Kita seringkali mereduksi istilah ‘puasa’ (dan pantang) dengan hanya sebatas tidak makan dan tidak minum. Padahal, sesungguhnya, puasa kita bukan soal tidak makan dan tidak minum saja. Paulus sendiri pernah berkata: “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:14-17).
Puasa yang hanya sebatas tidak makan dan tidak minum, itu namanya diet. Rasa-rasanya Tuhan tidak mengurus soal diet. Bagi kita orang Katolik, puasa (dan pantang) tidak bisa dilepaspisahkan dari upaya kita untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Tuhan berfirman: “Berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh” (Yl. 2:12). Jadi, hal terpenting dari berpuasa dan berpantang adalah bagaimana kita mencari Tuhan.
Kita berpuasa dan berpantang bukan untuk dilihat orang; bukan untuk dipamer. Yesus melarang cara yang begitu itu. Yesus bilang “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga” (Mat. 6:1). Jika puasa dan pantang kita bertujuan untuk pamer, kita hanya akan mendapat pujian dari orang di sekitar kita, tapi tidak mendapat upah dari Tuhan.
Yesus sendiri berpesan: “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, upaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:16-18).
Tuhan mau supaya dengan berpuasa dan berpantang, mestinya ada perubahan di dalam di hati; jadi bukan penampilan luarnya. Makanya dikatakan, “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (Yl. 2:13). Jadi, tujuan berpuasa dan berpentang adalah mencari hadirat Tuhan, merendahkan diri dan memohon ampun dan pemulihan dari Tuhan.
Karena itu, Tuhan bersabda: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri” (Yes. 58:6-7).