Belajar dari Zakheus: Berjaga-jaga dan Bertobat: Renungan Harian Katolik, Selasa 20 November 2018 — JalaPress.com; Bacaan I: Why. 3:1-6, 14-22; Injil: Luk. 19:1-10
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, pada hari-hari terakhir menjelang berakhirnya tahun liturgi, kita disuguhkan dengan bacaan-bacaan Kitab Suci yang berisi tentang akhir zaman. Dikatakan bahwa pada saat akhir zaman itulah Tuhan akan datang ke dunia ini untuk kedua kalinya. Tetapi, mengenai kapan persisnya Ia datang, tidak ada seorang pun yang tahu. Kitab Suci menggambarkan kedatangan-Nya seperti pencuri yang datang pada malam hari, artinya tak seorang pun yang mengetahuinya.
Dalam rangka menyambut kedatangan Tuhan itu, dari kita dituntut dua hal. Pertama, kita harus senantiasa berjaga-jaga. Orang yang berjaga-jaga sadar apa yang dilakukannya, dan tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Tuhan mau supaya ketika Dia datang, kita didapati-Nya sedang melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Dia tidak mau kita ‘terlelap’ dalam prilaku menyimpang; yang menjauhkan kita dari jalan-Nya. “Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu” (Why. 3:3).
Kedua, kita harus bertobat. Hampir pasti tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak berdosa. Semua berdosa. Tetapi, tidak semua orang berdosa mau bertobat. Memang, berdosa itu biasa; tetapi bagaimana bangkit dari kedosaan itu dan membangun sikap tobat, itulah yang luar biasa. Yang luar biasa inilah yang harus kita lakukan, karena tidak cukup kalau kita hanya menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Saudara-saudari yang terkasih, kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya, jelas tujuannya. Dalam Nubuat Daniel sudah dikatakan: “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal” (Dan. 12:2).
Tuhan datang untuk mengadili orang hidup dan orang mati. Masing-masing kita akan dinilai berdasarkan rekam jejak kita masing-masing. Semuanya akan tercatat di dalam satu kitab, yang oleh penulis Kitab Wahyu disebut ‘Kitab Kehidupan’ (Why. 3:5).
Situasi akhir zaman sangatlah mencekam dan menyeramkan. Selain bangkitnya orang mati (Bdk. Dan. 12:2), juga terjadinya gejala alam yang luar biasa. “Pada akhir zaman, sesudah siksaan-siksaan yang berat, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang” (Mrk. 13:24-25).
Tentu tidak ada orang yang mampu bertahan dalam situasi seperti itu. Tetapi, Daniel, dalam nubuatnya memberi harapan kepada kita. Ia berkata, “Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu” (Dan. 12:1). Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana caranya supaya nama kita tidak dihapuskan dari kitab itu. Caranya bagaimana? Kembali lagi pada dua poin di atas, yakni berjaga-jaga dan bertobat. Hanya dengan cara itu kita bisa memastikan bahwa nama kita tercatat di dalam Kitab Kehidupan. Penulis Kitab Wahyu menuliskan: “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya” (Dan. 3:5).
Kita tahu bahwa sumber dosa kita ada tiga, yakni pikiran, perkataan, dan perbuatan. Maka, dengan berjaga-jaga, artinya kita sadar dan memperhatikan segala apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan, dan apa yang kita lakukan. Nah, bagaimana jika kita ‘khilaf’ dan tidak mampu menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan kita? Tidak ada cara lain, selain bahwa kita harus bertobat.
Pertobatan yang benar, tidak setengah-setengah. Total. Kita bisa melihat contohnya dari sikap Zakheus dalam Injil hari ini. Zakheus dikenal luas sebagai orang pendosa, korup. Zakheus tahu itu. Ia sadar betul bahwa ia sudah salah arah. Tetapi, ia tidak mau ‘terlelap’ di dalam kedosaannya itu. Ia mau bertobat secara total. Makanya, ia berjanji kepada Tuhan, katanya: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (Luk. 19:8).
Seperti biasanya, Tuhan tidak akan menghakimi, apalagi menghukum; sebab Ia Mahakasih. Ia memberikan kesempatan kedua bagi siapa saja yang mau bertobat. Ia juga justru akan menghargai usaha kita untuk bertobat, sama seperti yang dilakukan-Nya pada Zakheus, sang pendosa itu. Tuhan berkata kepada Zakheus: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham” (Luk. 19:9).
Saudara-saudari yang terkasih, selama ini mungkin banyak kali kita sesat pikir. Kita suudzon terhadap orang. Kita berburuk sangka terhadap sesama. Mungkin juga selama ini kita suka nyinyir terhadap orang lain. Kita melontarkan ucapan-ucapan yang tidak semestinya terhadap sesama karena kita pikir mereka salah, tanpa tabayyun terlebih dahulu. Mungkin pula kita menyakiti orang lain, dengan perbuatan kita.
Maka, marilah kita belajar dari Zakheus; sebab kita tidak lebih baik dari Zakheus. Sama seperti Zakheus, kita harus membangun sikap tobat yang total. Total di sini berarti tidak hanya ucapan bibir, tetapi harus disertai dengan tindakan nyata. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bertobat. Yakinlah, Tuhan yang Mahakasih itu tidak akan menghakimi, apalagi menghukum kita. Ia pasti akan mengampuni dosa-dosa kita. Hanya dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa nama kita tercatat dalam Kitab Kehidupan, sehingga ketika Tuhan datang untuk kedua kalinya, kita selamatkan-Nya.


