Sebab mula-mula sekali,
sebelum terurai dalam puisi, sunyimu yang paling sendiri
telah diam-diam merasuk imaji:
—Ia yang setia menekuni sunyi akan menemukan cinta yang paling suci.
Aku, oleh imaji yang sesak kosakata, menamakan itu cara tak bercela
memeluk misteri. Bahwasanya sunyi adalah sonata yang tak lelah kata-kata
untuk merapalkan segala cinta yang dititahkan surga.
Sebagai sonata,
ia doa paling mulia yang membenih dalam dada.
Sebagai cinta,
ia pelita yang setia menerangi jiwa.
Sekarang selebihnya,
selain sunyi tak cukuplah kata-kata merangkul isi doa
karena kosakata yang banyak justru sia-sia
bila tak diimbangi rasa cinta.
(Manila, September 2017)