Katolik menolak dan tidak mengizinkan pernikahan sesama jenis. Itu fakta yang tak terbantahkan. Namun, bukan berarti Katolik mengucilkan mereka yang disebut LGBT. Mereka dibantu untuk hidup sesuai dengan kodrat asali mereka, yaitu dibina untuk hidup sebagai seorang laki-laki normal atau perempuan normal.
[postingan number=3 tag= ‘perkawinan-katolik’]
Perkawinan menurut Katolik adalah perjanjian antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, membentuk antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat Sakramen (KHK Kan. 1055 §.1).
Bunyi kanon ini jelas bahwa Katolik hanya menerima perkawinan yang berbeda jenis kelaminnya, yaitu antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Baru saja, ada seorang teman dari Indonesia yang mengirim sebuah foto melalui pesan WA, di mana dalam foto itu kelihatan seperti seorang ‘pastor’ Katolik berdiri di tengah dua orang perempuan yang sedang memperlihatkan cincin pernikahan mereka. Laki-laki di foto tersebut tampak seperti seorng ‘pastor’ Katolik, karena mengenakan pakaian ‘liturgi’ layaknya seorang imam Katolik. Ia mengenakan kasula (meski berwarna merah) dengan jubah putih.
Dalam pesan WA itu, teman ini menanyakan apakah betul itu di Filipina, dan apakah betul pasangan sejenis boleh dinikahkan secara Katolik?
Saya mencoba menelusuri dan mengingatkan kembali materi yang diberikan oleh Fr. Nunet setahun yang lalu dalam pertemuan para imam se-keuskupan Novaliches. Waktu itu, Pater Nunet memperkenalkan salah satu Gereja yang mirip Katolik, pastor mereka menggunakan pakaian liturgi seperti imam Katolik. Hanya saja, di Gereja mereka, ada pastor perempuan. Mereka memiliki juga uskup yang juga berpenampilan hampir mirip dengan Uskup Katolik.
Bedanya, dalam ritus mereka, mereka bernyanyi dan berteriak. Para pastor mereka boleh memeluk dan mencium umat mereka. Ketika bagian yang dalam Katolik dikenal sebagai bagian komuni, roti yang mereka gunakan adalah roti biasa dan disuapkan dengan menggunakan sendok oleh ‘imam’ atau ‘uskup’ mereka.
Gereja ini namanya Metropolitan Community Church (MCC) yang didirikan pertama kali di Huntington Park, California, pada 06 Oktober 1968, oleh Troy Perry, yang mana pendirian pertama beranggotakan para homo, lesbi, gay, dan trans gender. Kemudian, Gereja ini berkembang hingga ke Filipina pada tahun1991, antara lain di wilayah Quezon City, Makati, dan Baquio.
Foto yang dikirim itu adalah salah satu pasangan dari tuju pasangan yang dinikahkan di Baquio sekitar tahun 2011 oleh ‘pastor’ Ceeja Agbayani.
Hingga hari ini, undang-undang Filipina dengan tegas menolak pernikahan sejenis. Maka, pernikahan ini pun disebut sebagai pernikahan ilegal. Bahwa kebanyakan anggota dari gereja ini adalah para homo, lesbian, gay, tomboy, dan transgender, bukan berarti pemerintah Filipina mengizinkan pernikahan sejenis sesama mereka. Tidak!!
Jika ada teman-teman yang menerima foto seperti ini, tidak usah resah karena yang melakukan ‘pemberkatan’ pernikahan sesama jenis bukan dari Gereja Katolik, tetapi dari Metropolitan Community Church meski pakaian ‘pastor’ mereka hampir mirip dengan pakaian liturgi imam Katolik. Semoga menjadi jelas.
Manila: Marso-13-2019
Pater Tuan Kopong MSF