Beberapa waktu lalu, salah seorang dari kita bertanya melalui group WhatsApp OMK; bunyi pertanyaannya demikian: “Romo, dari mana datangnya roh-roh jahat itu? Apakah roh-roh jahat, setan, atau iblis itu diciptakan oleh Tuhan juga?”
Sebelum menjawab pertanyaan itu, kiranya penting bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu apakah Gereja Katolik mengakui adanya setan atau tidak. Rupanya Gereja Katolik jelas mengakui adanya setan sebab Yesus pun mengajarkan demikian. Buktinya bisa kita lihat dalam Injil Mat 4:1-11; 12:22-30; Mrk 1:34; Luk 10:18;22:31; dan Yoh 8:44. Dengan demikian, Gereja Katolik mengajarkan bahwa iblis itu ada, dan bukan hanya mitos.
[postingan number=3 tag= “iman-katolik”]
Melalui Katekismus Gereja Katolik (selanjutnya disingkat ‘KGK’) 2851 dikatakan bahwa ‘kejahatan bukanlah hanya satu pikiran, melainkan menunjukkan satu pribadi, setan, si jahat, malaikat yang berontak terhadap Allah. “Iblis” [diabolos] melawan keputusan ilahi dan karya keselamatan yang dikedakan di dalam Kristus.’
Ajaran Gereja Katolik tentang keberadaan iblis atau setan sangat jelas terlihat dalam liturgi. Pada perayaan Baptisan, mereka yang dibaptis diminta untuk menyatakan penolakan terhadap setan, dan perbuatan-perbuatannya, dan janji-janjinya yang kosong. Gereja Katolik juga menyediakan ritus resmi pengusiran setan (eksorsisme), sehingga ini menunjukkan bahwa Gereja percaya bahwa setan itu ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa Gereja Katolik mengakui adanya setan. Tetapi persoalannya tidak berhenti di situ. Jika kita mengakui bahwa setan itu ada, lantas dari mana datangnya setan itu? Apakah Tuhan menciptakan setan?
Tuhan tidak pernah menciptakan setan. Konsili Lateran IV (1215) mengajarkan bahwa ‘iblis dan roh-roh jahat lainnya diciptakan baik pada awalnya, hanya mereka menjadi jahat oleh karena tindakan mereka sendiri’. Ini adalah pernyataan Gereja untuk meluruskan ajaran sesat Manichaeism yang mengajarkan dualisme tentang keberadaan dua Tuhan: yaitu Tuhan yang baik dan Tuhan yang jahat (iblis).
KGK 391 mengajarkan – di balik keputusan nenek moyang kita untuk membangkang, terdengar satu suara penggoda yang bertentangan dengan Allah (Bdk. Kej 3:1-5), yang memasukkan mereka ke dalam maut karena iri hati (Bdk. Keb 2:24). Kitab Suci dan tradisi melihat dalam wujud ini seorang malaikat yang jatuh, yang dinamakan setan atau iblis (Bdk. Yoh 8:44; Why 12:9).
St. Paus Yohanes Paulus II, dalam General Audience tanggal 13 Agustus 1986, menjelaskan tentang asal usul setan, demikian: “Ketika, oleh sebuah tindakan kehendak bebasnya, ia menolak kebenaran bahwa ia mengenal tentang Allah, setan menjadi ‘pembohong dan bapa segala kebohongan’ (lih. Yoh. 8:44) melampaui ruang dan waktu. Karena alasan ini, ia hidup dalam penyangkalan radikal dan tak dapat dibalikkan lagi, terhadap Allah, dan berusaha untuk memaksakan pengaruh kepada ciptaan – kepada semua mahluk yang diciptakan menurut gambar Allah dan secara khusus manusia – kebohongan dirinya sendiri yang tragis tentang apa yang baik yaitu Tuhan.”
Pada kisah Penciptaan, dituliskan sebagai berikut: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1). Dalam bahasa Inggris (terjemahan dari Latin sebenarnya adalah, “In the beginning God created heaven, and earth” (Gen 1:1). Maka ‘heaven’ atau surga di sini termasuk segala penghuni surga, yaitu para malaikat. Namun – walaupun tidak tertulis secara eksplisit dalam Kitab Kejadian – kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian dari para malaikat itu jatuh sebelum penciptaan manusia.
Malaikat diciptakan sempurna, sebagai makhluk yang murni spiritual (tanpa tubuh); dan setiap dari mereka juga diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memilih atau menolak Tuhan. Mereka menolak Tuhan, yang dipelopori oleh Lucifer. Kita dapat melihat kisah penolakan ini di dalam Yes 14: 12-15: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur (Lucifer), putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.” Kemudian, tentang peristiwa kejatuhan malaikat, juga dikisahkan di kitab Wahyu (lih. Why 12:7-9).
Baru setelah kejadian kejatuhan sebagian dari malaikat ini ke dalam neraka yang mereka pilih sendiri, terjadilah penciptaan alam semesta dan dunia.
*** dikembangkan dari Katolisitas.org