Efata, Terbukalah: Renungan PW. Santa Skolastika, 10 Februari 2023 — JalaPress.com; Bacaan I: Kej. 3:1-8; Injil: Mrk. 7:31-37
[postingan number=3 tag= ‘iman-katolik’]
‘Setiap mata yang tertutup tidaklah tidur, dan setiap mata yang terbuka tidaklah melihat’
Setiap manusia pasti memiliki kelemahan dan masa lalu, namun tidak semua manusia mau terbuka terhadap situasi diri dan hidupnya baik di masa lalu maupun di masa kini. Hal ini terjadi karena manusia tidak mau kelemahan, kebobrokan dan dosanya diketahui oleh orang lain. Padahal sejak awal mula, manusia pertama sudah jatuh ke dalam dosa karena godaan dan rayuan dari ular. Karena jatuh dalam dosa ketidaktaatan maka manusia pertama ‘bersembunyi’ dari Allah; menjadi pribadi yang ‘tertutup’, terhadap rahmat Allah.
Ketertutupan manusia membuatnya menjadi tuli dan gagap terhadap rahmat belas kasih Allah. Namun, dalam situasi ini, Allah tidak meninggalkan manusia. Ia hadir melalui Yesus Kristus Tuhan kita yang ‘menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.’
Hal inilah yang dilakukan oleh Yesus kepada seorang yang tuli dan gagap. Dengan mengatakan ‘Efata!’, artinya: ‘Terbukalah!’, Yesus membuka telinga orang itu dan seketika itu juga terlepas pulalah pengikat lidahnya lalu ia berkata-kata dengan baik. Dengan itu, bukan hanya ia sembuh dari sakit fisik tetapi juga sembuh dari sakit psikis yakni ia yang sebelumnya tertutup terhadap rahmat dan belas kasih Allah, kini ia menjadi terbuka.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga terbuka dengan Allah? Marilah kita berusaha untuk terbuka terhadap rahmat Allah seperti yang diteladankan oleh Santa Skolastika. Semoga doa Keluarga Kudus Nazareth membantu kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
(P. A. L. Tereng MSF)
Lengkuas – Mu-Sa-Fir


