Aku Hanya Hamba dan Utusan: Renungan Pekan IV Paskah, 04 Mei 2023 — JalaPress.com; Bacaan I: Kis. 13:13-25; Injil: Yoh. 13:16-20
[postingan number=3 tag= ‘bangkit-mulia’]
“Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, atau seorang utusan daripada dia yang mengutusnya.”
Kita ini tidak lebih dari hamba atau utusan. Maka, kita bukan fokus utama atau pusat dari kebenaran dan kebaikan sebab yang utama adalah Allah. Artinya, jika kita mengalami penolakan, pertentangan, penganiayaan dan penderitaan, hal-hal itu bukan pertama-tama tentang kita tetapi karena Yesus Kristus Sang Kebenaran. Yesus bersabda, “Sesungguhnya barang siapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barang siapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”
Jika kita mengalami apa yang semestinya dialami oleh Dia yang mengutus kita, bukankah kita patut bersyukur karena kita dianggap layak untuk mengambil bagian dalam seluruh Diri da hidup-Nya?
Dalam hidup ini, terutama dalam karya pewartaan, kita boleh merasa kecewa, marah, sakit hati dan putus asa, tetapi semua perasaan itu muncul bukan karena kita merasa sebagai yang paling penting dan utama; atau merasa diri sebagai inisiator atau pelaku tunggal dari pewartaan kita. Sadarlah bahwa kita adalah hamba dan utusan.
Penderitaan seorang hamba dan utusan adalah penderitaan tuannya. Jika kita mengalami apa yang harus dialami oleh Dia yang mengutus kita maka itu adalah sukacita bagi kita seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, atau seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semuanya ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.”
Maka, kita harus setia seperti Paulus dan teman-temannya yang senantiasa menyadari bahwa Yesus Kristus adalah yang utama dan yang harus diwartakan. Semoga doa Keluarga Kudus Nazareth membantu kita untuk menyadari diri kita yang adalah hamba dan utusan Tuhan. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
(P. A. L. Tereng MSF)
Black Mask – Mu-Sa-Fir