Pagi mulai menepis malam yang gelap, indah tersaput gumpalan awan putih, seolah langit pun mendukung suasana hari ini. Duduklah seorang pemuda di teras rumah sembari membaca koran. Kemudian Papanya menghampirinya.
“Kamu lagi ngapain, kok serius amat?” Tanya Papa.
“Lagi baca koran, Pa. Soalnya koran hari ini judulnya bagus-bagus semua, tentang politik. Ada apa? Ada yang bisa Rony bantu?” Rony menawarkan bantuan sembari tersenyum ke arah Papa.
“Iya Ron, tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua, tapi gulanya jangan kamu tuang dulu, bawa saja ke mari beserta wadahnya ya.” Pinta Papa pada Rony.
“Loh, memangnya kenapa, Pa?” Tanya Rony.
“Tidak apa-apa, bawa saja ke mari.” Ujar Papa.
“Baik, Pa.” Jawab Rony singkat saat ingin mengakhiri percakapan.
Rony melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk mengambil apa yang diperintahkan Papanya.
Tidak berapa lama, Rony sudah membawa dua gelas kopi yang masih hangat dan gula di dalam wadahnya beserta sendok kecil.
“Cobalah kamu rasakan kopimu, Ron. Bagaimana rasanya?” Perintah Papa.
“Rasanya sangat pahit sekali, Papa” Jawab Rony sambil menjulurkan lidahnya.
“Tuangkanlah sesendok gula, aduklah. Bagaimana rasanya?” Pinta Papa lagi.
“Rasa pahitnya sudah mulai berkurang, Pa.” Jawab Rony
“Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah. Bagaimana rasanya?” Pinta Papa sekali lagi sambil tersenyum.
“Rasa pahitnya sudah berkurang banyak, Pa.” Jawab Rony sambil membalas senyum Papa yang penuh dengan tanya.
“Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah. Bagaimana rasanya?” Pintanya lagi.
“Rasa manis mulai terasa tapi rasa pahit juga masih sedikit terasa, Pa.” Jawab Rony.
“Sekali lagi, tuangkanlah sesendok gula, aduklah. Bagaimana rasanya?” Pinta Papa lagi.
“Rasa pahit kopi sudah tidak terasa, yang ada rasa manis, Pa.” Jawab Rony dengan ekspresi kebingungan.
“Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah. Bagaimana rasanya?” Pinta Papa.
“Sangat manis sekali.” Jawab Rony yang sudah mulai sedikit jengkel dengan pinta Papanya.
“Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah. Bagaimana rasanya?” Ujar Papa.
“Terlalu manis. Malah tidak enak, Pa.” Jawab Rony.
“Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah. Bagaimana rasanya?” Pinta Papa lagi.
“Rasa kopinya jadi tidak enak, lebih enak saat ada rasa pahit kopi dan manis gulanya sama-sama terasa, Pa.”
“Nak, ketahuilah. Pelajaran yang dapat kita ambil dari contoh ini, jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup dan rasa manis gula ibarat kekayaan harta, lalu menurutmu kenikmatan hidup itu sebaiknya seperti apa?” Tanya Papa.
Sejenak Rony termenung, lalu menjawab.
“Iya, Pa. Sekarang saya mulai mengerti, bahwa kenikmatan hidup dapat kita rasakan, jika kita dapat merasakan hidup secukupnya, tidak melampaui batas. Terima kasih atas pelajaran ini, Pa.” Kata Rony.
“Ayo nak, kopi yang sudah kamu beri gula tadi, campurkan dengan kopi yang belum kamu beri gula, aduklah, lalu tuangkan dalam kedua gelas ini, kita berdua akan menikmati segelas kopi ini.” Perintah Papa.
Rony lalu mengerjakan perintah Papanya.
“Bagaimana rasanya?” Tanya Papa.
“Rasanya nikmat sekali, Pa.” Jawab Rony.
Begitu pula jika kamu memiliki kelebihan harta, akan terasa nikmat bila kamu mau membaginya dengan orang-orang yang kekurangan.