Hidup adalah peziarahan. Bagi orang beriman kristiani, tujuan peziarahan adalah persatuan mesra dengan Tuhan Yesus. Ada banyak tokoh dalam Gereja yang telah menjadi peziarah iman yang pantas diikuti. Salah seorang figur penting itu adalah santo Louis-Marie Grignion de Montfort (1673-1716). Ia lahir pada 31 Januari 1673 di kota Montfort-la-Cane di Btetagne (kini namanya Montfort-sur-Meu)-Prancis Barat. Nama baptisnya adalah Louis. Nama Grignion itu diambil dari nama ayahnya (Jean-Baptiste Grignion); lalu, nama Marie itu ditambahkan setelah ia mengalami ‘perjumpaan’ yang mesra dengan Yesus melalui kedekatannya dengan Bunda Maria. Sedangkan, Montfort itu diambil dari nama kota kelahirannya. Dengan demikian, namanya yang panjang itu berarti Louis anak Grignion dari kota Montfort yang memiliki devosi mendalam kepada Bunda Maria.
Santo Montfort lahir di tengah keluarga beriman katolik yang taat. Situasi keluarga ini sangat mempengaruhi ziarah hidupnya. Pendidikan iman katolik sungguh diterimanya di dalam keluarga. Hal ini terpancar melalui ketekunannya dalam berdoa, secara khusus berdevosi kepada Bunda Maria. Ia rajin berdoa rosario. Bahkan, ia selalu mengajak adik-adiknya untuk berdoa bersamanya. Jika ada yang tidak mau berdoa, ia berkata, ‘kalau kamu berdoa rosario, kamu akan menjadi cantik sekali.” Kata-kata ini yang membuat adik-adiknya mau berdoa.
Ketika menjadi siswa di sebuah kolese Yesuit di Rennes, Louis tidak mudah terpengaruh dengan kenakalan teman-temannya. Ia lebih suka hening dan seringkali berdoa di depan patung Bunda Maria. Rupanya ia meminta petunjuk Bunda Maria untuk hidup selanjutnya. Selain belajar di sekolah, ia juga aktif mengikuti karya kerasulan kecil. Antara lain, ia tekun mengunjungi orang-orang sakit. Pengalaman devosi yang mesra kepada Bunda Maria dan karya kerasulan di antara orang-orang sakit membuat Louis merasa terpanggil menjadi imam. Atas bantuan seorang ibu yang baik (penderma) dari Paris (kenalan ayahnya), Louis pergi melanjutkan studinya di Seminari Tinggi Saint-Sulpice dan juga di universitas Sorbone di Paris.
Singkat cerita, setelah melewati perjuangan yang tidak ringan, Louis ditahbiskan menjadi imam pada 5 Juni 1700. Sebagai ucapan syukur atas peristiwa berahmat ini sekaligus menyerahkan diri kepada Bunda Maria untuk hidupnya sebagai imam, ia menambahkan nama Maria di belakang namanya. Jadi, ia sekarang bernama Louis-Marie! Setelah menjadi imam, kegigihannya dalam mewartakan kerajaan Allah semakin tampak. Secara khusus, ia mengajarkan tentang devosi yang mesra kepada Bunda Maria. Ia juga selalu mengajak umat beriman merenungkan peran sentral Bunda Maria dalam sejarah keselamatan. Bunda Maria adalah bunda Yesus Sang Penyelamat dunia sekaligus bunda para pengikut-Nya (bunda Gereja). Peran sentral Bunda Maria dalam sejarah keselamatan hendaknya mendorong umat untuk menghormati Maria secara istimewa. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah berdoa Rosario. Ia mengajak umat beriman untuk rajin berdoa rosario. Tentu saja ia tidak hanya mengajarkan devosi ini kepada banyak orang, tetapi juga ia sendiri secara tekun melakukannya setiap hari.
Louis-Marie meninggal dunia pada 28 April 1716 di St-Laurent-sur-Sevre, Prancis. Pada saat itu, usianya masih muda (43 tahun), setelah 16 tahun menjadi imam. Walaupun masih muda, ia sudah menulis beberapa buku penting tentang ajarannya.Ia adalah bapa pendiri Serikat Maria Montfortan (SMM) dan suster Puteri-Puteri Kebijaksanaan (Daughter of Wisdom-DW). Setelah melakukan penyelidikan secara serius, pada tahun 1853 diakui secara resmi bahwa tulisan-tulisannya sesuai dengan ajaran Gereja. Tahun 1888, ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII. Kemudian, pada 20 Juli 1947, ia dikanonisasi (diangkat menjadi orang kudus atau santo) oleh Paus Pius XII.
Bakti Sejati kepada Maria
Santo Louis-Marie Grignion de Montfort telah menunjukkan bagaimana sebaiknya umat beriman kristiani berziarah menuju persatuan yang mesra dengan Tuhan Yesus. Melalui cara hidupnya dan terungkap melalui tulisan-tulisannya tentang Maria, ia menunjukkan bahwa berziarah kepada Tuhan Yesus melalui persatuan yang mesra dengan Bunda Maria adalah pilihan yang tepat. Salah satu buku yang terkenal yang pernah ditulisnya adalah Bakti Sejati Kepada Maria (BS). Hingga saat ini, buku Bakti Sejati kepada Maria ini telah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa di seluruh dunia. Banyak orang yang sangat terpukau dengan buku ini. Antara lain, Frank Duff (Pendiri Legio Maria) dan Santo Yohanes Paulus II. Bahkan motto kepausan santo Yohanes Paulus II yakni Totus Tuus dipengaruhi oleh uraian Santo Montfort dalam buku Bakti Sejati! Uraian santo Montfort sangat membantunya dalam memahami devosi kepada Maria.
Dalam buku Bakti Sejati kepada Maria (BS), santo Montfort menulis, “Yang Tak Terhampiri telah mendekati kita. Melalui Maria Dia telah mempersatukan kita dengan diri-Nya secara mesra, sempurna dan malahan dengan kemanusiaan kita. Namun tidak sedikit pun dari keagungan-Nya hilang. Kita juga harus melalui Maria mendekati Allah dan mempersatukan diri kita secara sempurna dan mesra dengan Yang Mahamulia tanpa takut akan ditolak (BS 157).” Pada bagian lain dalam Bakti Sejati, ia juga menulis, “saya tidak percaya bahwa seorang dapat memperoleh persatuan yang mesra dengan Tuhan dan kesetiaan yang sempurna kepada Roh Kudus, apabila ia tidak berhubungan secara sungguh-sungguh dengan Perawan tersuci dan bergantung sepenuhnya pada bantuan wanita ini (BS 43)”
Kutipan di atas menegaskan bahwa Bunda Maria sangat penting dalam kehidupan umat beriman. Santo Montfort meyakinkan umat beriman betapa Bunda Maria sangat berkenan kepada Allah. Bahkan Allah sendiri jatuh cinta padanya (bdk. Luk 1:26-38)! Keistimewaan Maria ini hendaknya menyadarkan umat beriman agar menjalin kedekatan dengan Bunda Maria bahkan bergantung sepenuhnya pada pertolongannya. Bukan hanya itu! Kebajikan hidupnya yang berkenan kepada Allah itu pantas diikuti oleh para pengikut Puteranya sepanjang zaman.
Selain itu, kesaksian iman santo Montfort di atas juga sekaligus mengajak kita agar menyerahkan diri pada pelukan keibuan sang Bunda. Ia adalah bunda umat beriman. Pembaktian diri kepada Yesus melalui persatuan yang mesra dengan Bunda Maria merupakan pilihan yang tepat. Agar bisa membaktikan diri dengan baik, kita perlu bersikap rendah hati. Kerendahan hati membuat kita dengan mudah merebahkan diri dalam pelukan sang Bunda yang nota bene selalu membuka hati bagi siapa saja yang datang kepada Kristus melalui dirinya. Bahkan dengan kelembutan, ia akan berjalan bersama kita menuju Yesus Puteranya. Ketika sang Putera melihat kita datang kepada-Nya bersama sang Bunda, ia pasti sangat senang. Ia pasti mencintai orang yang menghormati Bunda-Nya, sebab Ia sendiri juga sangat menghormatinya. Akhirnya, Ia menyambut kita dengan penuh kasih!
Berziarah Bersama Maria
Pemahaman Santo Montfort tentang peran sentral Bunda Maria dalam sejarah keselamatan dan devosinya yang mendalam dan terungkap melalui cara hidup dan beberapa pernyataannya di atas kiranya meneguhkan peziarahan umat beriman, secara khusus selama bulan Oktober ini. Salah satu hal menarik yang umumnya dilakukan oleh umat katolik Indonesia pada bulan ini (dan Mei) adalah berdoa rosario bergiliran dari satu rumah ke rumah yang lain. Antusiasme umat untuk melakukan hal ini lumayan tinggi. Selain merupakan tanda persekutuan di antara umat beriman, kiranya berdoa rosario dari satu rumah ke rumah lain ini merupakan salah satu lambang bahwa kita sedang berziarah di dunia ini. Kita sedang berziarah menuju persekutuan mesra dengan Tuhan Yesus bersama Bunda Maria.
Dalam doa rosario, kita merenungkan misteri Kristus dan bunda-Nya. Ketekunan dalam merenungkan misteri hidup Kristus dan Bunda Maria harapannya membuat kita merasakan sukacita yang mendalam. Sebab buah dari persekutuan dengan Yesus dan Bunda Maria adalah sukacita!
Hal penting yang juga perlu selalu disadari adalah doa rosario dari rumah ke rumah ini bukan rutinitas tahunan tanpa makna. Ia mempunyai makna yang mendalam bagi peziarahan umat beriman. Untuk itu, umat katolik perlu intensif menjalin hubungan yang mesra dengan Maria melaui doa-doa dan kegiatan rohani-marial lainnya serta berjuang untuk meneladani keutamaan hidupnya.
Apakah menghormati dan meneladani Maria hanya dilakukan pada bulan Oktober (dan Mei)? Tentu saja tidak! Umat beriman diajak untuk terus memperdalam imannya kepada Kristus bersama bunda Maria melalui aneka devosi marial sepanjang waktu, tak terkecuali melalui doa Rosario. Doa yang kristosentris ini (terpusat pada Kristus) perlu dilakukan terus menerus demi kematangan iman. Orang yang sering berdoa Rosario dengan tekun akan semakin mantap dalam beriman kepada Kristus. Alasannya tak lain karena Bunda Maria selalu membawa umat beriman yang menghormatinya kepada Yesus puteranya. Atau seperti yang diyakini Santo Montfort berikut ini. “Tak pernah anda ingat akan Maria tanpa Maria ingat akan Allah atas nama anda. Tidak pernah anda memuji dan menghormati Maria tanpa Maria memuji dan menghormati Allah bersama Anda. Kalau Anda mengatakan “Maria”, dia mengatakan “Allah”. Dia sepenuhnya terarah pada Allah” (BS 225).
Hanya saja, Gereja perlu secara khusus menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Penetapan ini berhubungan peristiwa penting yang dialami oleh Gereja pada tanggal 7 Oktober 1571. Pada tanggal tersebut pasukan Kristen di bawah pimpinan Don Johanes menang atas pasukan Islam (Turki) di Lepanto-Italia. Waktu itu, pasukan Islam Turki hendak menguasai Eropa dalam rangka memperluas wilayah kekuasaannya. Pasukan Kristen kalah dalam hal jumlah pasukan dan perlengkapan perang. Menyadari kondisi tersebut, Paus Pius V (1566-1572) yang memimpin Gereja pada waktu itu, meminta seluruh Gereja berdoa Rosario kepada Bunda Maria untuk membantu tentara Kristen. Pertempuran tersebut dimenangkan oleh tentara Kristen. Setelah kalah dalam pertempuran itu, tentara Turki tidak melanjutkan perjuangan mereka menguasai Eropa. Kemenangan ini diyakini oleh Gereja sebagai campur tangan Bunda Maria.
Sebagai ungkapan syukur atas peristiwa penting itu, tanggal 7 Oktober dinyatakan sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Kemenangan. Kemudian, pesta ini diganti dengan nama Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Penetapan bulan Oktober sebagai bulan Rosario baru dilaksanakan pada 1 September 1883 oleh paus Leo XIII. Ia meminta agar selama bulan Oktober umat beriman di seluruh dunia berdoa Rosario agar Bunda Maria membantu Gereja dalam mengatasi ancaman yang sedang dihadapi pada masa itu. Melalui ensikliknya, Octobre mense, yang dikeluarkan pada 22 September 1891, Paus Leo XIII menyatakan bahwa bulan Oktober dibaktikan dan dikuduskan kepada Santa Perawan Maria, Ratu Rosario.
Terlepas dari peristiwa bersejarah itu, Gereja tentu mengajak umat beriman agar selalu melibatkan Bunda Maria dalam ziarah hidupnya sepanjang hidup. Berziarah menuju persatuan mesra dengan Tuhan Yesus bersama Maria merupakan wujud kerendahan hati kita, bahwa tanpa Bunda Maria, kita sebagai orang berdosa tak bisa berjalan dengan baik menuju-Nya. Kita percaya, tangan keibuannya pasti selalu menopang sehingga peziarahan kita aman dan sampai pada pelukan-Nya. Semoga cara hidup dan ajakan santo Louis Marie Grignion de Montfort yang telah dipaparkan di atas membantu kita dalam menjalin relasi yang intim dengan Bunda Maria sepanjang hidup ini. Yakinlah, apa yang menjadi harapan kita pasti diperhitungkan oleh Tuhan Yesus berkat kerendahan hati kita yang mau bersatu dan berziarah bersama Maria menuju persatuan mesra dengan-Nya. ***

