Istilah ‘Theotokos‘ berasal dari kata bahasa Yunani, yang merupakan gabungan dari dua kata: ‘Theo‘ (Tuhan) dan ‘Tokos‘ (yang melahirkan). Jika kedua kata ini digabung menjadi satu (Theotokos), maka artinya adalah yang melahirkan Tuhan.
Istilah ‘Theotokos‘ dalam bahasa lain mengalami pengembangan; yang kemungkinan besar berasal dari terjemahan ‘Theotokos‘ ke dalam bahasa Latin: Mater Dei (Ibu Tuhan). Terjemahan tersebut menunjuk pada ‘seorang ibu.’ Dengan demikian, ia (yang melahirkan Tuhan) disebut ibu Tuhan.
Terminologi ‘Theotokos‘ secara definitif digunakan oleh Gereja pada saat konsili Ekumenis III di kota Efesus pada tahun 431. Meski sebenarnya konsep Theotokos ini pertama kali digunakan pada abad ketiga, tepatnya di Alexandria, oleh Origenes (184/185 — 253/254).
Konsep Theotokos lahir dari tafsiran Origenes atas Injil Lukas, saat kunjungan Maria kepada Elisabet. Ketika Maria datang, berkatalah Elisabet: ”Siapakah aku ini, sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:43). Origenes menyebut Maria sebagai Theotokos untuk menekankan keibuan Maria yang mengandung dan melahirkan Yesus Kristus.[1]
Dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia 4:4, dikatakan: ”Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Origenes mengatakan bahwa Anak-Nya (Allah) lahir ke dunia bukan dengan perantaraan seorang perempuan, melainkan dari perempuan.[2] Oleh sebab itu, Maria benar-benar Theotokos, yang mengandung dan melahirkan Putera Allah.[3]
Pada tanggal 31 Juli 431, berkumpullah umat di halaman Katedral Santo Yohanes dari Lateran, di Roma, untuk merayakan Theotokos. Perayaan ini berlangsung sampai dengan tahun 1931, dan menggantikan perayaan Maternitas Santa Perayaan Maria. Sementara itu, pada 1 Januari setiap tahunnya dirayakan Yesus disunatkan dan sekaligus sebagai oktaf Natal.
Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 7 Desember 1990, mengeluarkan ensiklik yang berjudul Redemptoris Mater. Salah satu bagian dari ensiklik tersebut berbicara mengenai Theotokos; terutama dalam hubungannya dengan liturgi Bizantin, Copto, Etiopia, Siria dan Armenia yang dalam ritus masing-masing memberikan penghormatan kepada Perawan Maria, Ibu dari Sabda yang berinkarnasi.[4]
Referensi:
[1] Origenes, Hom. VII, 6; VIII, 4.
[2] Ibid, Hom. Gal (PG 14, 1298)
[3] Eusebius, Hist. Eccl. 7,32 (PG 67,812.
[4] Redemptoris Mater, 31-32