20.1 C
New York
Wednesday, June 7, 2023

Bunda Maria, Sang Theotokos: Dilibatkan dalam Sejarah Keselamatan

Istilah ‘Theotokos‘ berasal dari kata bahasa Yunani, yang merupakan gabungan dari dua kata: ‘Theo‘ (Tuhan) dan ‘Tokos‘ (yang melahirkan). Jika kedua kata ini digabung menjadi satu (Theotokos), maka artinya adalah yang melahirkan Tuhan.

Istilah ‘Theotokos‘ dalam bahasa lain mengalami pengembangan; yang kemungkinan besar berasal dari terjemahan ‘Theotokos‘ ke dalam bahasa Latin: Mater Dei (Ibu Tuhan). Terjemahan tersebut menunjuk pada ‘seorang ibu.’ Dengan demikian, ia (yang melahirkan Tuhan) disebut ibu Tuhan.

Terminologi ‘Theotokos‘ secara definitif digunakan oleh Gereja pada saat konsili Ekumenis III di kota Efesus pada tahun 431. Meski sebenarnya konsep Theotokos ini pertama kali digunakan pada abad ketiga, tepatnya di Alexandria, oleh Origenes (184/185 — 253/254).

Konsep Theotokos lahir dari tafsiran Origenes atas Injil Lukas, saat kunjungan Maria kepada Elisabet. Ketika Maria datang, berkatalah Elisabet: ”Siapakah aku ini, sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:43). Origenes menyebut Maria sebagai Theotokos untuk menekankan keibuan Maria yang mengandung dan melahirkan Yesus Kristus.[1]

Dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia 4:4, dikatakan: ”Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Origenes mengatakan bahwa Anak-Nya (Allah) lahir ke dunia bukan dengan perantaraan seorang perempuan, melainkan dari perempuan.[2] Oleh sebab itu, Maria benar-benar Theotokos, yang mengandung dan melahirkan Putera Allah.[3]

Pada tanggal 31 Juli 431, berkumpullah umat di halaman Katedral Santo Yohanes dari Lateran, di Roma, untuk merayakan Theotokos. Perayaan ini berlangsung sampai dengan tahun 1931, dan menggantikan perayaan Maternitas Santa Perayaan Maria. Sementara itu, pada 1 Januari setiap tahunnya dirayakan Yesus disunatkan dan sekaligus sebagai oktaf Natal.

Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 7 Desember 1990, mengeluarkan ensiklik yang berjudul Redemptoris Mater. Salah satu bagian dari ensiklik tersebut berbicara mengenai Theotokos; terutama dalam hubungannya dengan liturgi Bizantin, Copto, Etiopia, Siria dan Armenia yang dalam ritus masing-masing memberikan penghormatan kepada Perawan Maria, Ibu dari Sabda yang berinkarnasi.[4]

Referensi:
[1] Origenes, Hom. VII, 6; VIII, 4.
[2] Ibid, Hom. Gal (PG 14, 1298)
[3] Eusebius, Hist. Eccl. 7,32 (PG 67,812.
[4] Redemptoris Mater, 31-32

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan kuliah Jurusan Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Sedang menyelesaikan program Pascasarjana (S2) Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan Floresnews.net (2018-sekarang), kontributor website Societasnews.id, Author JalaPress.com, dan mengajar di salah satu sekolah (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
avatar
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -

Artikel Terkini