“Cinta” bukan kata baru bagi kaum muda zaman sekarang, kata itu sudah mendunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa makna kata cinta telah bergeser. Di zaman sekarang kata “cinta” telah dicampuraduk dengan cinta karena penampilan fisik dan harta semataApakah pengertian cinta yang sering disebutkan oleh kaum muda zaman sekarang? Banyak Kaum muda memahami kata cinta secara “terbatas” pada penampilan fisik dan harta. Seseorang mencintai hanya karena penampilan fisik dan harta. Apakah itu salah? Tidak! Tetapi perlu disadari bahwa cinta tidak “terbatas” pada penampilan fisik dan harta. Penampilan fisik dan harta akan memudar dan usang seiring dengan waktu tetapi cinta bersifat abadi.
Cinta yang hanya didasari oleh penampilan fisik dan harta kenyataannya tidak bertahan. Cinta yang demikian akan luntur dihempas oleh waktu dan tantangan kehidupan. Sesungguhnya cinta yang seperti itu “hanya” didorong oleh nafsu semata. Pandangan tentang makna cinta dari zaman ke zaman semakin pudar. Cinta sering menjadi batu sandungan bagi masa depan generasi muda. Banyak kaum muda putus sekolah dan bunuh diri karena masalah cinta. Sunguh menjadi masalah serius, untuk meluruskan pemahaman tentang makna cinta. Cinta bukan hanya kata-kata manis, cinta bukan hanya masalah penampilan fisik dan harta. Cinta yang sesungguhnya tak dapat diungkapkan dan digambarkan oleh apapun juga. Untaian kalimat tak dapat menjelaskan makna cinta seutuhnya.
Langitpun tak dapat menjelaskan makna cinta antara dua insan, hanya terus berbunyi mengumandangkan syair para malaikat. Menjulang tinggi ke angkasa, tiada terselami makna cinta. Cinta tersembunyi luas dibalik alam semesta dalam karya Sang Maha Agung. Berbaliklah kepada Sang Maha Agung, di sana engkau menemukan makna cinta yang utuh. Cobalah lihat alam semesta nan indah, yang tercipta atas dasar cinta. Cinta itu memberi dengan tulus, menjaga senantiasa. Apakah cinta tulus menjaga senantiasa? Cinta lahir dari hati yang jernih dan suci. Cinta menjaga kemurnian satu sama lain senantiasa.
Cinta pada hakekatnya suci, murni dan luhur. Manusia dikarunia cinta di dalam dirinya, agar rasa cinta membentuk karakter yang positif. Sisi positif dari cinta itulah yang perlu dipulihkan kembali. Demi memulihkan makna cinta, perlu menghilangkan sikap yang membatasi cinta pada penampilan fisik dan harta semata.