26 C
New York
Saturday, September 21, 2024

Delapan tahun bersama Paus Fransiskus: “Sukacita Injil bagi seluruh dunia”

Pada 13 Maret 2013, Jorge Mario Bergoglio terpilih untuk duduk di tahta Santo Petrus. Dia adalah Yesuit pertama, Paus Amerika Latin pertama, dan yang pertama bernama Fransiskus. Delapan tahun kepausannya telah ditandai dengan inisiatif dan reformasi untuk melibatkan semua orang Kristen dalam dorongan misionaris baru dengan tujuan membawa kasih Yesus ke seluruh umat manusia.

****

Kedekatan, sinodalitas dan dorongan misionaris adalah landasan kepausan Paus Fransiskus, yang terpilih delapan tahun lalu menduduki tahta Santo Petrus. Perspektif kepausannya dimulai dari bawah, dari perhatian yang diberikan kepada “pinggiran” eksistensial dan geografis yang bertindak sebagai tandingan dari keberadaan dan tindakannya. Mengundang semua untuk memulihkan “kesegaran asli Injil,” ia mendesak umat beriman untuk mengambil semangat dan dinamika baru sehingga kasih Yesus benar-benar dapat menjangkau semua orang. Gereja yang diinginkan Paus Fransiskus adalah Gereja yang “terbuka”, dengan “pintu terbuka”, “rumah sakit lapangan” yang tidak takut dengan “revolusi kelembutan” atau “keajaiban kebaikan.”

Kebaruan dan “Evangelii Gaudium”, teks panduan Kepausan

Sebagai Paus pertama dengan nama “Fransiskus”, Yesuit pertama dan penduduk asli pertama Amerika Latin, tetapi juga Paus pertama di zaman modern yang dipilih setelah pengunduran diri pendahulunya, Paus Fransiskus memulai kepausannya di bawah panji kebaruan, terutama memimpin Misa harian di Casa Santa Marta, di mana dia memutuskan – fakta baru lainnya – untuk berdiam.

Dalam homili singkat itu, yang disampaikan secara spontan dalam gaya pastor paroki, Paus mengadakan dialog langsung dengan umat beriman, mendesak mereka untuk segera melakukan konfrontasi dengan Sabda Allah. Tahun 2013 juga ditandai dengan terbitnya Seruan Apostolik “Evangelii gaudium”, sebuah ‘manifesto panduan’ sejati dari Kepausan baru, di mana Paus Fransiskus menyerukan evangelisasi baru yang bercirikan kegembiraan, serta reformasi struktur gerejawi. dan pertobatan kepausan, agar mereka lebih misioner dan lebih dekat dengan tujuan yang dimaksudkan oleh Yesus. Untuk alasan ini, juga pada tahun 2013, Paus membentuk “Dewan Kardinal” yang tugasnya meninjau proyek untuk merevisi Konstitusi Apostolik “Gembala yang baik” (Pastor Bonus) di Kuria Roma, sejak tahun 1988.

Keluarga

Keluarga  adalah fokus pastoral  Paus Fransiskus pada tahun 2014, yang mendedikasikan sinode luar biasa untuknya. Bagi Paus, masyarakat individualistis kontemporer menyerang keluarga dengan parah, membahayakan hak-hak anak dan orang tua, terutama di bidang pendidikan moral dan agama. Tema keluarga ini menemukan titik tertingginya dalam Seruan Apostolik “Amoris Laetitia,” yang dirilis pada 8 April 2016, di mana Paus Fransiskus menekankan penting dan indahnya keluarga berdasarkan pernikahan yang tak terpisahkan antara seorang pria dan seorang wanita. Paus juga melihat secara realistis pada kerapuhan yang dialami oleh beberapa orang, seperti orang yang bercerai dan menikah lagi, mendorong imam untuk memahami.

Dari segi reformasi, pembentukan “Komisi Kepausan Perlindungan Anak di Bawah Umur” pada tahun 2014 cukup signifikan. Tujuannya adalah untuk mengusulkan inisiatif kepada Paus untuk “mempromosikan tanggung jawab Gereja dalam melindungi semua anak di bawah umur dan orang dewasa yang rentan.” Pada tahun 2014 juga, di bidang diplomatik ditandai dengan dua inisiatif besar: yang pertama adalah “Doa untuk Perdamaian” di Tanah Suci, yang diadakan pada 8 Juni di Taman Vatikan bersama dengan presiden Israel, Shimon Peres, dan presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Kedua, pembentukan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Kuba. Paus menunjukkan komitmen untuk tujuan ini dalam surat yang dikirimkan kepada kepala negara kedua negara.

Memelihara Ciptaan

Tahun 2015 dipusatkan pada pemeliharaan ciptaan. Pada tanggal 24 Mei, Paus Fransiskus menandatangani Ensiklik “Laudato si’ tentang Pemeliharaan Rumah kita Bersama,” yang intinya adalah ekologi integral, di mana kepedulian terhadap alam, perlakuan yang adil terhadap orang miskin dan komitmen kepada masyarakat tidak dapat dipisahkan. Sehubungan dengan hal ini, Paus melembagakan “Hari Doa Sedunia untuk Pemeliharaan Ciptaan”, yang akan dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 September. Sementara itu, di bidang reformasi, pekerjaan dilanjutkan pada konstitusi apostolik baru tentang Kuria Roma, yang nantinya akan berjudul, meskipun sementara, “Mewartakaan Injil”.

Sementara itu, kasus “Vatileaks 2”, tentang kebocoran dokumen rahasia Tahta Suci, pecah. Paus menyebutnya “tindakan tercela” dalam Angelus pada 8 November, karena “mencuri dokumen adalah kejahatan.” Setelah proses hukum di Pengadilan Vatikan, kasus tersebut ditutup pada Juli 2016, dengan  vonis dua orang dihukum dan dua orang dibebaskan.

Tahun Yubilium Agung Kerahiman Ilahi

Belas kasih adalah benang merah tahun 2016. Ini adalah tahun di mana Yubileum Luar Biasa Kerahiman Ilahi diumumkan oleh Paus Fransiskus, dengan tema “Berbelas kasih seperti Bapa.”  Perhatian untuk  orang-orang kecil dikonkretkan dengan “Hari Jumat Belas Kasih”, di mana Paus melakukan kunjungan pribadi ke fasilitas yang didedikasikan untuk menyambut orang miskin, orang sakit dan yang terpinggirkan. Ini adalah Jubileum yang “tersebar luas” yang juga melihat kemungkinan dibukanya Pintu Suci di setiap gereja di dunia. Paus Fransiskus sendiri, bahkan sebelum membuka Basilika Vatikan, secara simbolis membuka yang lain: Katedral Bangui, di Republik Afrika Tengah, tempat ia berkunjung selama perjalanan apostolik pada November 2015.

Selain itu, pada tahun 2016, sebuah peristiwa penting terjadi: pada 12 Februari, di Kuba, Paus bertemu dengan Patriark Kirill dari Moskow dan seluruh Rusia. Bersama-sama, mereka menandatangani deklarasi bersama, di mana mereka berjanji untuk menanggapi tantangan dunia kontemporer, termasuk mengakhiri penganiayaan terhadap orang Kristen dan perang; mempromosikan dialog antaragama; membantu para migran dan pengungsi; dan melindungi kehidupan dan keluarga.

Hari Orang Miskin Sedunia

Tahun 2017 juga ditandai dengan tindakan luar biasa, yang merupakan bagian dari diplomasi perdamaian yang dipromosikan oleh Paus Fransiskus. Pada 20 September 2017, di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Takhta Suci adalah salah satu negara pertama yang menandatangani dan meratifikasi “Perjanjian tentang Larangan Senjata Nuklir”. Namun, di sisi pastoral, tahun itu ditandai dengan perayaan “Hari Orang Miskin Sedunia” yang pertama, sebuah peristiwa yang bertujuan menjadi sebuah pengingat bahwa justru di kalangan fakir “kehadiran Yesus dimanifestasikan”. Oleh karena itu, mereka “membuka jalan ke surga” dan merupakan “paspor ke surga” kita.

Perjanjian dengan China

Namun, ada dua hal yang menarik dari Paus Fransiskus pada tahun 2018. Pada tingkat pastoral, Sinode tentang pemuda mewakili momen refleksi gerejawi. Paus meminta kaum muda untuk “mendengarkan, mendekatkan diri, bersaksi,” karena “iman adalah masalah perjumpaan, bukan teori.” Ini adalah seruan yang akan menjadi lebih kuat dalam Seruan Apostolik pasca-sinode “Christus vivit,” yang ditandatangani pada tahun 2019. “Kamu adalah milik Tuhan sekarang,” tulis Paus Fransiskus dalam dokumen itu, meminta kaum muda untuk tidak mundur dalam menghadapi tantangan dunia kontemporer dan mencurahkan perhatian kepada yang terkecil. Di sisi diplomatik, bagaimanapun, Perjanjian Sementara antara Takhta Suci dan Republik Rakyat China, yang ditandatangani di Beijing pada 22 September tentang pengangkatan uskup, menonjol pada 2018. Kemudian, pada 2020, perjanjian ini  diperbarui untuk dua tahun.

Perang melawan pelecehan

Tahun 2018 membuka halaman yang sangat pahit bagi Gereja Katolik, yaitu tentang pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa anggota klerus: kasus-kasus yang berkaitan dengan Kardinal George Pell yang diadili di Australia dan kemudian dibebaskan setelah 13 bulan dihukum dengan tidak adil di penjara, dan mantan pastor Chili Ferdinand Karadima, yang kemudian dibebaskan dari status klerus oleh Paus Francis, serta penerbitan “Pennsylvania Report” di Amerika Serikat, menyoroti pentingnya perang melawan kejahatan ini dilakukan dengan tekad oleh Paus. Pada bulan Agustus, di akhir Perjalanan Apostoliknya ke Irlandia, Paus Fransiskus membuat “Tindakan Penitensi” yang menyentuh untuk meminta pengampunan atas nama Gereja. Di periode yang sama, “Kasus McCarrick” terkait mantan Kardinal yang bertanggung jawab atas pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yang kemudian diberhentikan dari status klerus pada tahun 2019 menjadi sorotan media. Itu adalah masalah yang ditanggapi Takhta Suci dengan “Laporan” khusus, yang disiapkan oleh Sekretaris Negara di bawah mandat dari Paus dan dirilis pada 10 November 2020.

Perjuangan melawan pelecehan berlanjut selama 2019 dengan pertemuan di Vatikan tentang “Perlindungan Anak di Bawah Umur.” Dari pertemuan itu muncullah Motu proprio “Vos estis lux mundi,” yang mewajibkan klerus dan religius untuk melaporkan pelecehan, sedangkan setiap keuskupan memiliki sistem yang mudah diakses oleh publik untuk menerima laporan. Pada bulan Desember, Paus juga menghapus kerahasiaan kepausan dalam kasus pelecehan seksual melalui Rescript.

Persaudaraan, perdamaian dan persatuan umat kristiani

Tahun 2019 memberikan latar belakang untuk tiga gerakan utama: yang pertama adalah penandatanganan Dokumen tentang “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama,” yang ditandatangani oleh Paus dan Imam Besar Al-Azhar Ahamad al-Tayyib di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari. Ini merupakan tonggak penting dalam hubungan antara Kristen dan Islam, dan dokumen tersebut mendorong penguatan dialog antaragama dan mempromosikan rasa saling menghormati, mengutuk terorisme dan kekerasan.

Gerakan kedua adalah penyelenggaraan retret spiritual di Vatikan bagi para pemimpin sipil dan gerejawi Sudan Selatan. Pertemuan tersebut berlangsung pada bulan April dan diakhiri dengan tindakan yang mengejutkan: Paus Francis berlutut dan mencium kaki Presiden Republik Sudan Selatan, Salva Kiir Mayardit, dan wakil presiden yang ditunjuk yang hadir. Dia melakukannya untuk “memohon agar api perang dipadamkan untuk selamanya” di negara muda Afrika itu.

Gerakan ketiga, akhirnya, ditujukan untuk persatuan umat kristiani: pada tanggal 29 Juni, Paus Fransiskus memberikan kepada delegasi dari Patriarkat Ekumenis Konstantinopel beberapa fragmen relikwi Santo Petrus. Seperti yang Paus sendiri tulis dalam Surat kepada Patriark Bartholomew I, pemberian ini “dimaksudkan sebagai konfirmasi dari perjalanan yang telah dilakukan Gereja-Gereja kita untuk mendekatkan diri.”

Reformasi ekonomi dan keuangan

Sebagai bagian dari reformasi, pada Agustus 2019, Paus memperbarui Statuta IOR (Insitute of Works for Religion) dengan chirograph (keputusan kepausan yang peredarannya terbatas pada kuria Romawi), memperkenalkan posisi auditor eksternal untuk mengaudit akun. Keputusan tersebut, pada akhir tahun 2020, diikuti oleh Statuta baru Otoritas Informasi Keuangan yang selanjutnya disebut Otoritas Pengawas dan Informasi Keuangan (ASIF), dan dengan Motu proprio “Mengenai kompetensi tertentu di bidang ekonomi dan keuangan,” di mana pengelolaan dana dan properti Sekretariat Negara, termasuk Peter’s Pence (Sumbangan yang diberikan kepada tahta suci), dialihkan ke Administrasi Warisan Takhta Apostolik (APSA), sementara peran pengawasan sekretariat untuk ekonomi diperkuat.

Doa selama pandemi

Pada tahun 2020, tahun pandemi Covid-19, Paus Fransiskus tetap dekat dengan umat dengan kekuatan doa yang konstan. Seluruh dunia mengingat “Statio Orbis” yang dipimpin pada 27 Maret oleh Paus di depan Lapangan Santo Petrus yang sepi dan basah kuyup. Jarak diperpendek oleh teknologi, yang diperlukan untuk mencegah penularan. Untuk beberapa waktu, Audiensi Umum dan pembacaan Angelus disiarkan langsung dalam audio-video, seperti halnya Misa pagi di Casa Santa Marta.

Pada bulan Februari, Seruan Apostolik kelima “Querida Amazonia” diterbitkan. Itu mengumpulkan buah-buah Sinode khusus untuk Wilayah Pan-Amerika (mencakup Amerika utara dan selatan) yang diadakan di Vatikan pada tahun 2019. Kemudian di bulan Oktober, Ensiklik ketiga Paus, “Fratelli tutti” diterbitkan. Ensiklik ini, yang menjelaskan lebih lanjut ciri-ciri yang menonjol dari kepausan ini, menyerukan persaudaraan dan persahabatan sosial dan menegaskan kembali penolakan perang untuk membangun dunia yang lebih baik, dengan komitmen dari semua.

Perjalanan apostolik dengan pandangan ke pinggiran

Tahun 2020 ditutup dengan pengumuman perjalanan apostolik bersejarah ke Irak, yang berakhir dalam beberapa hari terakhir ini (05-08 Maret 2021). Ini adalah pertama kalinya penerus  Santo Petrus mengunjungi negara itu. Setelah 15 bulan absen karena pandemi, Paus Fransiskus terus membawa terang dan keindahan Injil ke seluruh dunia, sekali lagi mengalihkan pandangannya ke pinggiran, di mana “persaudaraan dan harapan” sangat dibutuhkan.

Namun, perjalanan pertamanya sebagai Paus, pada 8 Juli 2013, menjadikan Lampedusa sebagai tujuannya. Dari pulau itu – tempat pendaratan yang putus asa- Paus menyoroti drama migrasi, tema utama kepausannya. Paus Fransiskus sering menegaskan kembali bagaimana migran adalah yang pertama dan terpenting bagi semua orang, bukan hanya angka atau masalah sosial, dan dia melakukannya tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan. Cukup mengingat keputusan yang dia buat pada bulan April 2016, sekembalinya dari kunjungan ke kamp pengungsi Lesvos: dalam penerbangan kepausan, ia menyambut 12 pengungsi Suriah dan menemani mereka ke Roma sehingga mereka dapat dibantu.

Beberapa data statistik

Sejauh ini, Paus Fransiskus telah melakukan 25 perjalanan di Italia dan 33  perjalanan di luar semenanjung. Ia telah berbicara pada lebih dari 340 Audiensi Umum, lebih dari 450 Angelus / Regina Coeli, hampir 790 homili di Casa Santa Marta dan sekitar 900 orang kudus baru, termasuk 800 martir Otranto. Paus Fransiskus juga telah mengadakan 7 konsistri, melahirkan 101 Kardinal, dan mengadakan beberapa tahun khusus, seperti yang didedikasikan untuk Hidup Bakti (2015-2016), St Joseph (2020-2021) dan Keluarga, Amoris Laetitia (2021-2022). Ada juga beberapa “Hari” yang dilembagakan oleh Fransiskus: yang terakhir adalah Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia, yang akan dirayakan pertama kali pada Juli 2021,  kira-kira waktu yang sama dengan peringatan Santo Yoakim dan Santa Ana, “kakek-nenek” Yesus. ***

 

Diterjemahkan dari  Isabella Piro dalam https://www.vaticannews.va/en/church/news/2021-03/pope-francis-eight-gospel-joy-church-pontificate.html

 

RP Lorens Gafur, SMM
RP Lorens Gafur, SMM
Imam Misionaris Serikat Maria Montfortan (SMM). Ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 17 Juni 2016 di Novisiat SMM - Ruteng - Flores - NTT. Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi, Widya Sasana - Malang - Jawa Timur.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini