Kalau kita memperhatikan Kitab Suci Katolik dan Kitab Suci Protestan, tampak ada perbedaan yang mencolok, yakni adanya kitab-kitab yang disebut Kitab Deuterokanonika. Mengapa ada perbedaan ini? Perbedaan ini memiliki latar belakang dalam sejarah Agama Yahudi.
[postingan number=3 tag= ‘kitab-suci’]
Perlu diingat bahwa sejak zaman pembungan Babilonia (abad VI sebelum Masehi), tidak semua orang Yahudi tinggal di tanah Palestina. Mereka menetap di berbagai tempat seperti di Mesir, Yunani, Roma, Babilonia, dan sebagainya. Orang Yahudi di Palestina memiliki daftar Kitab Suci sendiri dan orang Yahudi di luar Palestina memiliki daftar sendiri.
Pada tahun 100 Masehi, orang Yahudi yang tinggal di Palestina menetapkan daftar kitab-kitab yang diterima sebagai kitab suci. Daftar ini mulanya hanya berlaku di Palestina dan baru sesudahnya diterima oleh semua orang Yahudi.
Daftar Kitab Suci yang dipakai oleh orang Yahudi di luar Palestina lebih luas daripada yang dipakai di negeri Palestina sendiri, karena mencakup juga kitab-kitab yang sekarang digolongkan sebagai kitab-kitab Deuterokanonika.
Umat Kristiani mengikuti daftar Kitab Suci yang berlaku di antara orang Yahudi di luar Palestina. Karena itu, orang-orang Kristiani tetap mengakui kitab-kitab yang tidak diterima oleh orang-orang Yahudi Palestina.