Kasih Itu Tidak Boleh ‘Tebang Pilih’: Renungan Harian Katolik, Rabu 18 Juni 2019 — JalaPress.com; Bacaan I: 2 Kor. 8:1-9; Injil: Mat. 5:43–48
Tensi orang setiap harinya naik terus. Kalau kita sempat melirik ke sosial media, saling hujat dan fitnah bertebaran di mana-mana. Ini mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat kita. Yang tadinya akrab menjadi renggang. Ada masalah sedikit, langsung diselesaikan dengan otot, bukan lagi otak. Susah sekali orang menghadapi masalah dengan kepala dingin. Baru dicurgai, langsung mengambil tindakan sepihak. Sudah ada banyak sekali berita mengenai orang-orang yang main hakim sendiri.
[postingan number=3 tag= “iman-katolik”]
Jika seperti itu yang terjadi, maka sepertinya kita kembali lagi ke zaman Perjanjian Lama. Dulu, orang-orang Israel masih menganut hukum balas dendam, ‘mata ganti mata’; Hal tersebut bisa kita lihat dengan jelas pada Kitab Imamat. Di sana dikatakan begini:
“Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya: patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya” (Im. 24:19-20).
Hukum balas dendam seperti itu sangatlah berbahaya. Manusia menjadi buas, dan akan mencari-cari alasan untuk menghabisi sesamanya. Jika hukum itu berlaku, maka bukan tidak mungkin tindakan main hakim sendiri akan merajalela di mana-mana.
Untunglah, Tuhan Yesus datang memperbaiki hukum yang keji itu. Ia menggantinya dengan suatu hukum yang baru, yang disebut dengan ‘hukum kasih’. Tuhan Yesus bersabda:
“Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu” (Luk. 6:27-29).
Banyak orang mau juga mengasihi; hanya saja masih sering tebang pilih. Kita mau mengasihi seseorang hanya jika orang bersangkutan berbuat baik terhadap kita. Sebaliknya, jika orang itu berbuat jahat kepada kita, kita biasanya membencinya dan ingin membalas perbuatan jahatnya.
Kita lupa bahwa yang namanya mengasihi orang yang berbuat baik kepada kita, itu namanya ‘balas budi’; dan semua orang tahu balas budi. Seorang penjahat kelas kakap sekalipun tahu membalas kebaikan dari orang yang berbuat baik kepadanya. Makanya, Yesus berkata: “Sebab jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian” (Luk. 6:32-33).
Yesus mengajarkan lagi, kalau mengasihi sesama, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Artinya, sebagaimana kita perlakukan diri kita sendiri, demikianlah seharusnya kita memperlakukan sesama kita.
Dalam keadaan normal dan waras, tidak ada orang yang melukai perasaan dan dirinya sendiri, nah mestinya kita juga tidak melukai diri dan perasaan orang lain. Ada orang bilang, ketika kita berhadapan dengan orang lain, kita ibarat berdiri di depan cermin. Orang lain yang berdiri di depan kita itu adalah bayangan dari diri kita. “Kamu adalah aku yang lain”.
Yesus sudah memberi kita contoh bagaimana caranya menghasilkan buah dari kasih itu. Ia berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:12). Yesus sungguh mengasihi kita.
Bisa kirim nomor WA Romo? Ke: 0823-7080-3815
Selamat malam, Pak Pdt. Andrew Hutabarat. Mohon maaf sebelumnya, saya tidak membagikan nomor WA untuk pembaca di sini. Jika Bapak ingin menghubungi saya, bisa langsung saja kirim pesan melalui email saya yang tertera di profil di atas. Terima Kasih. Tuhan Yesus memberkati.