Barangsiapa tidak Mengasihi, Ia tidak Mengenal Allah: Renungan Harian, 5 Januari 2021 — JalaPress.com; Bacaan I: 1 Yoh. 4:7-10; Injil: Mrk. 6:33–44
[postingan number=3 tag= ‘tuhan-yesus’]
Allah yang kita imani adalah Allah yang Mahakasih. Lebih dari itu, Ia adalah kasih itu sendiri. Ya, Allah adalah kasih. Kasih Allah itu nyata, bukan sekedar konsep, ide, ataupun teori. Tuhan Yesus adalah bukti nyata dari kasih Allah kepada manusia. Yesus hadir ke dunia untuk membuat kasih Allah itu menjadi nyata bagi manusia. Ia hidup sebagai manusia dan bergaul dengan manusia. Ia menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan memberitakan pembebasan kepada orang tawanan.
Kasih Allah sudah dicurahkan kepada kita secara cuma-cuma. Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allahlah yang telah mengasihi kita. Berkat kasih-Nyalah kita bisa hidup seperti sekarang ini. Kita tidak bisa membayangkan hidup tanpa kasih Allah. Tanda bahwa Allah mengasihi kita yaitu dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya, sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Sadar atau tidak sadar, dunia sekarang ini dilanda krisis kasih. Buktinya: orang-orang suka sekali menghujat dan memfitnah satu sama lain. Kabar bohong dan ujaran kebencian bertebaran di media sosial. Karenanya, ajakan dari Rasul Yohanes menjadi penting untuk kita. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi. Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1 Yoh. 4:7).
Jangan ngaku mengenal dan percaya Allah jika tidak mau mengasihi. Kita tidak bisa sekaligus menjadi pencinta Tuhan tapi pada saat yang sama membenci sesama. Ingat kata Rasul Yohanes: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8).
Maka, suka tidak suka, kita harus saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan Allah adalah kasih. Kasih Allah itu mengalir kepada semua dan untuk semua. Kasih Allah tidak tebang pilih. Allah mengasihi semua tanpa memandang suku, agama, maupun ras.
Jika benar kita mengenal Allah, kita pun sudah seharusnya saling mengasihi tanpa mempersoalkan perbedaan-perbedaan. Jika masih suka membenci sesama hanya karena berbeda suku, agama, dan ras, maka patut dipertanyakan: Allah yang mana yang kalian kenal dan sembah itu? — JK-IND —