21.9 C
New York
Monday, October 14, 2024

Ekseget Ulung itu Telah Berpulang: Mengenang Kepergian Pastor Berthold Anton Parera, O Carm

Pastor dan Profesor Dr . Berthold Anton Parera, O Carm. Jangan salah menulis nama beliau, jika tidak ingin remedial di ulangan semester! Ia  seorang penulis, pengajar dan pembicara yang menarik.

[postingan number=3 tag= ‘tokoh’]

Selama enam tahun saya menjadi mahasiswa beliau. Ia guru yang hebat sekaligus keras! Sorotan matanya dan suaranya lembut namun kadang-kadang menggelegar memenuhi ruangan; sehingga para mahasiswa tidak ngantuk atau ngelamun.

Ia seperti orang-orang dalam Perjanjian Lama yang hidup bersama Daud lalu kembali dan menuturkan semua Mazmur Daud dan kebijaksanaan Salomo kepada pendengarnya. Sangat asik! Berikut ini kesan saya untuk beliau.

Ekseget

Romo Parera menekankan semangat kritis kepada para mahasiswanya. Ia seorang pengajar tafsir Kitab Suci di STFT Widya Sasana Malang. “Membaca kitab suci itu seperti kamu memasuki hutan rimba yang luas. Kamu menemukan apa di sana? Kamu tidak punya kompas, dan sebagainya. Terus kamu mau apa?” Tanyanya beruntun, lalu biasanya ditutupi dengan kata yang unik dan khas: ‘matamu!’ Lalu mulutnya, kumisnya yang putih, dan matanya yang tajam bergerak bersamaan membuat kamu terhenyak dan hening, kemudian tertawa. Tertawa karena kamu tidak bisa menjawab! Haha. “Semua kalian bodoh! Kalau tidak bodoh, kenapa mau belajar?” katanya bercanda.

Sebagai seorang guru ekseget ia menekankan penguasaan teks. “Teks itu tenunan. Teks itu harus kau pahami asalnya, siapa penulis dan pengarangnya, konteksnya apa, pembaca, pendengarnya seperti apa? Jangan ngawur dan berbicara sembarangan”, begitu ia mengingatkan kami.

Mempelajari sastra sekaligus Kitab Suci dan tulisan-tulisan kuno tidak segampang yang kita baca di Alkitab sekarang. “Di ruang kelas, Kitab Suci itu buku pelajaran, buku sastra terindah dan terhebat yang orang-orang sekarang tidak bisa menulis seindah seperti itu. Buku terlaris di dunia juga. Di mimbar Gereja, Kitab Suci itu Buku Doa, Buku Liturgi dan Buku Gereja. Gereja selalu membawa Buku Itu ke mana-mana. Harus menjadi Buku kesayangan kalian. Kamu paham itu? Matamu!” katanya lagi.

Dalam ujian-ujian akademik bersama beliau, para mahasiwa selalu merasa bukan orang pintar. Memang sungguh ujian. Ujian hidup dan ujian pengetahuan. Jangan harap mendapat nilai A. Haha. Hanya beberapa orang saja mendapat nilai A! Makanya, seringkali ada ujian ulang.

Penulis dan Pengajar

Pater Parera, kami sebut begitu. Ia adalah seorang penulis. Tulisannya sangat bagus., menggunakan bahasa sederhana, lentur dan mudah dicerna. Ia seorang cendikiawan yang memiliki bakat menulis dan tidak mengggunakan banyak anak kalimat. Buku-bukunya banyak.

Para mahasiswa yang menulis skripsi Tafsiran Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru memiliki kesan yang unik. Bab satu penulisan skripsinya dikerjakan berkali-kali. Penyerahan teks Bab I diawali dengan coretan X disertai catatan: “Tulisan seperti apa ini? Kamu belum bisa berlogika!” Bayangkan Anda selama hampir empat tahun mendengar kuliah filsafat dan Kitab Suci bersama-dosen-dosen hebat di STFT Widya Sasana, lalu belum bisa berlogika. Seperti disengat petir!

Saya juga merasakan sengatan petir itu. Saya bertanya kepada beliau, mengenai sesuatu. Tetapi saya kaget, beliau begitu marah! Saya bertanya dalam hati kenapa beliau marah? Rupanya kita perlu tertib berpikir. Pertanyaan saya kurang beriman, mencerminkan saya kurang beriman! Haha.

Satu hal yang menarik bahwa beliau menghafal nama semua muridnya. Itulah alasan mengapa kamu tidak bisa tidur di kelas. Ia menyebut namamu satu persatu! “Lazarus, Matius, Yohanes, Ignasius, kau duduk macam tidak ada persoalan saja!” Haha.

Mengikuti kelasnya tidak boleh menjadi mahasiswa tiga dimensi: datang, duduk, diam. Harus bertanya! Bertanya berarti berdialog dengan materi! Bertanya berarti aktif mencari sesuatu. Itulah sikap seorang ‘yang dididik’.

Romo Parera seorang yang disiplin. Ia menekankan itu kepada para calon imam. “Calon pemimpin harus disiplin”. Ia memberi skors, tidak boleh mengikuti pelajarannya kalau tidak membawa buku dan terlambat masuk ruang kelas. Begitulah Profesor itu di dalam ruang kelasnya. Ia selalu dirindukan oleh setiap mahasiswa! Rindu kata matamu!

Selamat Jalan Profesor, Romo Berthold Anton Parera O.Carm. Ad vitam aeternam, Pater!

avatar
RP Tarsi Asmat, MSF
Anak kampung suka mancing. Kalau dipancing pasti dikencing. Kalo sudah dikencing pasti ketawa. Kena kerjain loh!

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini