-1 C
New York
Sunday, February 9, 2025

Kepemimpinan Kristiani

Tahun 2019, negara kita akan menyelenggarakan pemilu serentak untuk memilih para pemimpin masyarakat (Pilpres dan Pileg). Saat ini pun para calon pemimpin dari pelbagai latar pendidikan, suku, agama dan bahasa sudah mulai ‘mempromosikan’ kemampuan dirinya kepada khalayak.  Di antara para calon pemimpin ini, tak sedikit juga yang berasal dari antara pengikut Kristus. Mereka semua sedang berjuang meyakinkan masyarakat bahwa mereka memiliki kemampuan mumpuni untuk memimpin. Semuanya berjuang meyakinkan banyak orang bahwa mereka layak menjadi pemimpin. Di atas segalanya, katanya, mereka siap melayani kepentingan banyak orang di atas kepentingan pribadi atau golongan. Jadi, mereka mau menjadi pelayan masyarakat!

Kita tentu saja bangga dan terus mendukung saudara/i kita yang mau menjadi pemimpin. Apalagi motivasi mereka adalah melayani banyak orang. Mereka mau berjuang demi kebaikan bersama (bonum commune)! Memang, menjadi pemimpin tak lain adalah menjadi pelayan. 

Pemimpin adalah Pelayan 

Sumber Gambar: Google.com

Semangat melayani tentu saja harus menjadi jiwa calon pemimpin dan para pemimpin di bidang mana saja. Hal ini senada dengan uraian seorang pakar kepemimpinan, Robert Greenleaf dalam bukunya Servant Leadership. Menurutnya, seorang pemimpin pertama-tama adalah seorang pelayan. Kepemimpinannya ditentukan terlebih dahulu oleh sebuah keinginan untuk melayani kepentingan orang lain dan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Seorang servant leader (Pemimpin-pelayan) memperhatikan dan mengusahakan agar kebutuhan utama orang lain terpenuhi. Seorang servant leader tidak mengejar kekuasaan atau kekayaan! Tujuan seorang servant leader adalah membuat dunia menjadi kondusif bagi perkembangan tiap warganya.

Relasi yang dibangun dalam kepemimpinan pelayan adalah relasi persaudaraan. Seorang pemimpin yang adalah pelayan menjadi inspirasi bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ia juga menaruh kepercayaan kepada mereka. Hal demikian berarti bahwa relasi atasan dan bawahan yang kaku tidak terjadi dalam kepemimpinan pelayan.

Seorang servant leader juga adalah seorang teladan. Cara hidup, baik tutur kata maupun tingkah lakunya menjadi teladan bagi banyak orang. Di dalam dirinya tumbuh kasih dan perhatian yang membantu orang lain untuk mengembangkan dirinya. Ia peduli dengan kebutuhan orang-orang yang dilayaninya. Ia juga memiliki wawasan yang luas tentang kepemimpinan. Ia melihat kedudukan sebagai sebuah tanggung jawab untuk melayani. Tentu ini membutuhkan proses yang panjang dan menuntut ketekunan. Betapa indahnya jika setiap pemimpin adalah pelayan! Kebaikan bersama (bonum commune) atau kesejahteraan bersama (common welfare) pasti terpenuhi!

Belajar pada Yesus

Apa yang telah diuraikan oleh pakar kepemimpinan Robert Greenleaf di atas sesungguhnya telah diajarkan dan diteladankan dengan baik oleh Tuhan Yesus Kristus. Yesus adalah pemimpin sejati. Sebagai pemimpin sejati, ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugasnya tak lain adalah melayani orang-orang yang dipercayakan Bapa kepada-Nya dengan tulus dan setia. Yesus adalah pemimpin-pelayan (servant leader). Kepemimpinan Yesus adalah kepemimpinan yang membawa hidup, “supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10).”

Sumber Gambar: Google.com

Gaya kepemimpinan Yesus ini bisa digolongkan sebagai kepemimpinan transformatif. Dalam kepemimpinan transformatif ada interaksi yang melibatkan diri pemimpin maupun yang dipimpin. Semua pihak berusaha memberikan sumbangan pikiran dan juga keyakinan pribadi demi mencapai kebaikan bersama (bonum communae).

Seturut teladan Yesus, bisa dikatakan bahwa seorang pemimpin kristiani mempunyai tanggung jawab untuk menghidupkan orang lain. Sebagai pengikut Kristus, ia mengimani bahwa Yesus adalah teladannya dalam hal kepemimpinan. Dialah pemimpin sejati. Ia mengajarkan nilai-nilai kerajaan Allah dan hal demikian mengubah kehidupan para murid-Nya. Mereka berani meninggalkan segala sesuatu dan bersedia mengikuti-Nya. Ia juga membagikan pengalaman-Nya akan Allah sebagai Bapa dan mengajak para murid untuk masuk ke dalam pengalaman yang sama. Mereka diajak untuk terlebih dahulu mengalami ‘hidup yang berkelimpahan bersama Allah,’ kemudian mereka membagikannya kepada orang lain.

Harapannya, semangat  ‘kepemimpinan pelayan’ yang diteladankan oleh Yesus inilah yang menjiwai para calon pemimpin dan para pemimpin yang berasal dari agama Katolik khususnya dan umat kristiani umumnya. Begitulah seharusnya kepemimpinan kristiani. Dengan cara itu juga, mereka menjadi saksi Kristus di tengah dunia saat ini!*** (LG)

 

 

 

 

 

 

 

RP Lorens Gafur, SMM
RP Lorens Gafur, SMM
Imam Misionaris Serikat Maria Montfortan (SMM). Ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 17 Juni 2016 di Novisiat SMM - Ruteng - Flores - NTT. Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi, Widya Sasana - Malang - Jawa Timur.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini