Perayaan kelahiran Yesus sudah semakin dekat. Natal hampir tiba. Seturut penanggalan liturgi, bacaan-bacaan Kitab Suci pun sudah mengantar kita pada cerita-cerita seputar peristiwa kelahiran itu. Satu hal yang pasti bahwa Natal bukanlah peristiwa yang tiba-tiba saja terjadi, melainkan sudah ada dalam rencana dan rancangan Allah. Hal itu sangat tampak dari kedua bacaan Kitab Suci yang kita dengar atau baca hari ini.
[postingan number=3 tag= ‘bunda-maria’]
Jauh sebelum terjadinya Natal pertama di Betlehem dua ribuan tahun silam, Nabi Yesaya sudah menubuatkan bahwa “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes. 7:14). Gereja perdana membacanya sebagai nubuat kelahiran Kristus. Sebagai informasi, penggunaan istilah ‘perempuan muda’ bagi komunitas Yahudi di Palestina saat itu menunjuk pada perempuan muda yang sudah boleh menikah (muda tapi matang).
Nubuat Yesaya berisi janji Allah. Setiap janji harus dipenuhi. Tuhan berjanji, Ia pun memenuhi janji-Nya. Tuhan tidak pernah ingkar janji. Maka, untuk memenuhi janji-Nya tersebut, jauh sesudah janji itu diutarakan, Tuhan menyuruh Malaikat Gabriel pergi menjumpai seorang perempuan muda dan berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus” (Luk. 1:31). Perempuan muda itu adalah seorang perawan. Dan, nama perawan itu Maria (Luk. 1:27). Keperawanan Maria menunjukkan kepenuhan imannya kepada Allah. Ungkapan ini ingin mengatakan bahwa Maria mempunyai keperawanan yang melampaui status sosial, dan ia mencapai sebuah keutamaan yang sempurna sebagai pilihan Allah.
Rentang waktu antara Nubuat Yesaya dengan peristiwa yang terjadi pada Maria sangatlah jauh. Ini menandakan bahwa Tuhan sungguh serius dengan rencana-Nya. Inilah pemenuhan janji Tuhan. Perhatikan pola kalimat dari dua kutipan di atas. Keduanya sangatlah mirip, atau bahkan bisa disebut sama. Itu tandanya bahwa Tuhan tidak mengubah apalagi membatalkan rencana-Nya, melainkan Ia justru memenuhi janji-Nya.
Di sini, Maria menjadi bagian penting dari sejarah keselamatan. Karya dan keselamatan tersebut memuat janji dan pemenuhan, dan Maria menjadi bagian dari keduanya. Ia menerima kabar gembira bukan sebagai informasi tentang rencana Allah, tetapi sebagai suatu pewartaan yang mengundang tanggapan serta keterlibatannya.
Sebab itu, peran Maria dalam rencana keselamatan Allah sesungguhnya ingin mengatakan bahwa Maria adalah ‘rekan kerja’ Allah. Ini bukan karena sesuatu yang telah ia perbuat, melainkan karena Allah memilihnya untuk mengambil peranan khusus dalam karya keselamatan-Nya.
Referensi:
Lembaga Biblika Indonesia. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Cahyadi, Krispurwana. 2018. Keluarga Kudus: Belajar Beriman dari Yesus-Maria-Yosef. Yogyakarta: Kanisius.
Tay, Stefanus & Ingrid Listiati Tay. 2016. Maria, O Maria: Bunda Allah, Bundaku, Bundamu. Surabaya: Murai Publishing.