10.6 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Bermedsos bersama Maria dan Elisabet, Membawa Sukacita bagi Orang Lain

Dunia kita saat ini ditandai dengan hadirnya media sosial (medsos). Medsos sangat mempengaruhi perkembangan hidup setiap orang dan banyak diminati oleh kaum muda. Dalam membangun relasi dengan orang lain, kehadiran medsos dapat membantu sekaligus menjadi ancaman.

[postingan number=3 tag= ‘iman-katolik’]

Dengan berbagai aplikasi yang ada saat ini seperti WA, Facebook, Instagram, dan Youtube, di satu sisi dapat membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, namun di sisi lain dapat juga menghambat relasi kita dengan orang lain. Parahnya lagi, medsos juga sering digunakan untuk berbagai macam aksi penipuan.

Selain itu, jika dilihat lebih jauh, kita harus jujur mengatakan bahwa relasi yang kita bangun di medsos sebenarnya tidak mendalam dan tidak mengantar kita pada keakraban dengan orang lain. Tambahan pula, relasi yang kita bangun melalui medsos seringkali tidak membawa sukacita atau kegembiraan bagi kita sendiri maupun bagi orang lain.

Kita boleh saja mengirim emoji love tapi sebenarnya kita tidak sungguh-sungguh mengatakan bahwa kita mencintai orang yang dituju. Boleh jadi kita melakukan itu tanpa sadar. Apalagi dalam kolom komentar tidak jarang kita juga menulis kata-kata kotor yang membuat relasi kita dengan orang lain menjadi hambar, hampa, dan retak.

Berangkat dari kenyataan ini, saya mengajak kita semua untuk ber-medsos bersama Maria. Artinya, kita harus belajar darinya mengenai relasi yang mendalam, yang mendatangkan kegembiraan dan sukacita. Maria sudah memberikan contoh yang sangat baik. Ia membawa sukacita yang luar biasa bagi Elisabet, saudarinya (bdk. Lukas 1:39-45).

Maria tentu tidak mengenal medsos seperti kita saat ini. Namun hal tersebut tidak menjadi halangan bagi dia untuk membangun relasi dan membawa kabar sukacita bagi saudarinya,  Elisabet. Ia berjalan kaki dari Galilea menuju kota di pegunungan Yehuda tempat kediaman Elisabet (ayat 39). Tentunya Maria membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di tempat Elisabet, tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk bertemu dengan Elisabet. Maka tidak heran ketika ia memberi salam kepada Elisabet, anak dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan.

Kunjungan Maria ini merupakan kunjungan yang mendatangkan sukacita yang luar biasa bagi Elisabet dan bagi kita saat ini. Inilah relasi yang sesungguhnya, yaitu relasi yang memberikan sukacita dan kegembiraan bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Maria dan Elisabet membangun komunikasi yang sesungguhnya, yaitu bukan hanya lewat kata-kata tapi hadir dengan ‘tubuh’ lengkap. Komunikasi yang dilakukan keduanya melibatkan keseluruhan pribadi.

Sukacita yang dimiliki oleh Maria atau yang diberikan oleh Allah kepadanya tidak hanya diperuntukkan bagi dirinya sendiri tapi juga ia bagikan kepada kita. Maka dari itu, kita pun diajak agar relasi yang kita bangun dalam medsos maupun di dunia nyata mendatangkan kegembiraan bagi orang lain. Kegembiraan dan sukacita itu kita tunjukan dalam bahasa yang kita gunakan. Sebab, kita membangun relasi bukan hanya dalam medsos tapi juga dalam kehidupan nyata. Mari kita belajar dari Maria, agar kita mampu membawa sukacita bagi orang lain.

avatar
Sirilus Yekrianus
Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana, Malang

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini