4.6 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Katolik Menjawab: Kita Tidak Berdoa ‘kepada’ Bunda Maria

Gereja mendedikasikan bulan Mei sebagai bulan Maria. Selama bulan ini kita diminta supaya menggiatkan devosi Maria, misalnya dengan berdoa Rosario, berziarah, dan sebagainya. Pertanyaannya: mengapa Gereja memberikan tempat yang istimewa kepada Bunda Maria? Bukankah fokus perhatian kita harus dan hanya tertuju kepada Yesus?

[postingan number=3 tag= “bunda-maria”]

Mari kita pahami sedikit demi sedikit. Kita tahu bahwa Allah memilih Maria di antara para wanita. Untuk apa? Yaitu untuk melahirkan putra-Nya. Nah, sebagai manusia yang mempunyai kehendak bebas, Maria tentu saja bisa menolak tawaran Allah itu. Namun, karena kerendahan hatinya, ia toh mengatakan ‘YA’ terhadap tawaran Allah itu. Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:28). Jadi, dalam Gereja Katolik, Maria diberi tempat yang istimewa karena ia sudah mengatakan ‘YA’ terhadap tawaran Allah.

Kehadiran Maria dalam Gereja memberi warna tersendiri. Tapi, kita harus menyadari bahwa kita tidak menyembah Maria. Hanya Tuhan yang kita sembah, Bunda Maria tidak. Tapi, kita sangat menghormati Bunda Maria. Penghormatan seperti itu tentu saja wajar. Jangankah terhadap Bunda Maria, terhadap ibu kita sendiri saja kita harus hormati. Nah, jika terhadap ibu kita sendiri kita menaruh sikap hormat, apalagi terhadap ‘Ibu Tuhan’.  Maka, jangan sampai kita alergi terhadap doa Rosario hanya karena kita merasa bahwa ‘itu merupakan penyembahan terhadap Maria’. Kalau itu yang kita pikirkan, berarti kita sudah gagal paham terhadap doa Rosario. Ingat, ketika kita berdoa Rosario, seluruh isinya berkisah tentang hidup dan karya Yesus, bukan tentang Bunda Maria.

Dalam berdoa Rosario atau doa-doa Maria lainnya, kita tidak berdoa kepada Bunda Maria. Tujuan doa kita adalah Tuhan sendiri; sebab yang mempunyai kuasa untuk mengabulkan doa kita hanyalah Tuhan. Lantas, apa yang kita ucapkan dalam doa ‘Salam Maria’?

Perhatikan, dalam doa Salam Maria kita berkata:  ‘Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini …., dst’. Kita meminta doa dari Bunda Maria, bukan berdoa kepada Bunda Maria. Kita juga tidak pernah mengatakan, “Kabulkanlah doa kami, ya Bunda Maria.” Yang mengabulkan doa kita adalah Tuhan sendiri. Makanya kita berkata: “Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan”.

Mengapa kita meminta doa dari Bunda Maria? Pertanyaan ini juga muncul dalam komentar pembaca pada postingan  sebelumnya. Jawabannya sederhana: jangan sampai kita alergi meminta doa dari Bunda Maria, tapi gencar meminta doa dari orang lain. Bukankah kita selalu bilang ke orang lain, “Pak, Bu, doakan saya ya.” Nah, jika meminta doa dari orang lain kita anggap wajar, mengapa meminta doa dari Bunda Maria kita anggap tidak perlu? Bukankah Bunda Maria lebih dekat pada putra-Nya ketimbang orang-orang lain itu?

Dasar biblis dari permintaan doa kita kepada Bunda Maria adalah peristiwa perkawinan di Kana. Dalam perikop itu, Bunda Maria meminta Yesus agar membantu tuan pesta. Yesus berkata kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Mendengar perkataan Yesus itu, Maria bukannya diam, tetapi justru berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh. 2:4-5). Hal itu dilakukannya karena ia sangat percaya kepada Yesus, putra-Nya. Maka, apa yang terjadi setelahnya? Yesus menyuruh para pelayan menyiapkan tempayan-tempayan berisi air; dan air-air itu kemudian berubah menjadi anggur terbaik.

Yesus mendengarkan ibu-Nya. Itu sudah jelas dan pasti. Maka, kalau kita meminta doa dari Bunda Maria; atau kalau kita berdoa bersama Bunda Maria, pastilah doa kita didengarkan oleh Tuhan Yesus.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini