Dalam beberapa hari terakhir, banyak sekali warganet yang memberikan komentar terhadap video viral pemuka agama tertentu yang ‘menyenggol’ Gereja Katolik. Entah kita sadari atau tidak, ‘senggol-menyenggol’ seperti ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perjalanan Gereja Katolik. Dari dulu sampai sekarang, sudah banyak kejadian serupa terjadi.
[postingan number=3 tag= ‘iman-katolik’]
Secara pribadi, saya juga sudah memberikan tanggapan terhadap isi kajian dalam video viral itu. Karenanya, dalam postingan kali ini, saya tidak bermaksud untuk membuat tanggapan baru, melainkan lebih pada menyajikan katekese dan pandangan lebih jauh lagi mengenai Gereja dan hal-hal yang terjadi di sekitarnya – sejauh yang saya tahu dan pelajari.
Dalam postingan terdahulu, saya sudah menuliskan bahwa kata ‘Gereja’ yang saat ini kita kenal dalam bahasa Indonesia mempunyai akar dalam bahasa Portugis, yakni dari kata igreja. Kata tersebut dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis (lih. Iman Katolik, hlm. 332). Sementara itu, mengenai artinya, kata itu pada dasarnya berarti ‘pertemuan rakyat’, terutama pertemuan yang bersifat religius. Umat Kristen perdana memandang diri sebagai pengganti dari pertemuan ini dan karena itu mereka menamakan diri sebagai ‘Gereja’ (bdk. KGK no. 751).
Dari dulu sampai sekarang, Gereja tetap ada dan akan selalu ada. Padahal, banyak sekali contoh lembaga lain yang pernah ada namun hilang ditelan waktu. Jika saja Gereja didirikan oleh manusia, tentulah Gereja juga sudah lama punah. Kalau begitu, siapa yang mendirikan Gereja?
Sejarah membuktikan bahwa Gereja bukanlah buatan manusia, melainkan didirikan oleh Allah; sebab Gereja didirikan oleh Kristus sendiri – kecuali jika Yesus bukan Tuhan. Tapi, menjadi Kristen berarti percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Mengenai hal ini pasti ada yang bertanya, jika Yesus adalah Tuhan, mana buktinya? Nah, untuk pertanyaan yang satu ini silahkan temukan jawabannya dalam postingan yang lain di portal ini.
Sejak dahulu kala, hingga hari ini, Gereja dikritik dan dihujat oleh orang-orang yang tidak senang terhadap keberadaannya. Tapi, ia masih berdiri kokoh hingga sekarang. Mengapa? Karena Yesus menjamin keberlangsungan-Nya. Yesus sendiri berkata kepada Petrus, “Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). Alam maut saja tidak akan mengusainya apalagi sekedar kritikan atau hujatan. Ini dikatakan oleh Kristus sendiri, dan ini juga yang dipegang teguh oleh anggota Gereja sampai hari ini.
Gereja adalah tubuh Kristus. Kristus adalah kepala tubuh, yaitu jemaat (lih. Kol. 1:18). Tidak mungkinlah Kristus membiarkan tubuh-Nya hancur. Maka, kata Santo Agustinus, ‘marilah kita bergembira dan berterima kasih bahwa kita tidak hanya menjadi Kristen, tetapi Kristus. Karena kalau Ia Kepala, kita anggota-anggota. Kepenuhan Kristus adalah Kepala dan anggota-anggota. Apa artinya: Kepala dan anggota-anggota? Kristus dan Gereja’ (KGK no. 795). Dengan demikian Kristus dan Gereja membentuk ‘kristus paripurna’ [Christus totus]. Gereja bersatu dengan Kristus. Para kudus sangat sadar akan kesatuan ini (KGK no. 795).
Kristus hidup dan berkarya di dunia ini ribuan tahun yang lalu. Siapa yang memberitakan tentang Dia sampai sekarang? Gereja. Sebagai anggota, Gereja memang bertugas mewartakan tentang Kristus dan karya-Nya; sehingga kita mengenal Kristus dan ajaran-Nya melalui pewartaan Gereja. Kita mengenal Kristus karena kesaksian Gereja tentang-Nya; yang selama beradab-abad lamanya mewariskan Kitab Suci, melalui pengajaran-pengajaran tentang Dia, melalui sakramen-sakramen, dan sebagainya.
“Gereja tidak mempunyai terang lain kecuali terang Kristus; menurut sebuah gambar yang disukai para bapa Gereja, orang dapat membandingkannya dengan bulan yang terangnya adalah pantulan matahari” (KGK no. 748). Karena itu, tak satu pun orang dapat memahami dengan benar tentang Kristus dan ajaran-Nya, kecuali jika orang tersebut berada dalam Gereja-Nya. Itu berarti, jika ingin memahami dengan benar mengenai Kristus dan ajaran-Nya, bergabunglah menjadi anggota Gereja.
Pertanyaan berikutnya adalah: untuk apa Tuhan mendirikan Gereja? Jawabannya: Gereja dibuat oleh Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Kisah bahtera Nuh adalah contoh yang paling baik untuk menggambarkan bagaimana Tuhan mendirikan Gereja untuk menyelamatkan manusia. Seperti halnya Ia menjadikan bahtera Nuh sebagai sarana keselamatan bagi Nuh dan seisi rumahnya, demikianlah juga Tuhan mendirikan Gereja sebagai sarana untuk menyelamatkan kita umat manusia.
“Kristus satu-satunya Pengantara, di dunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan, dan cinta kasih sebagai himpunan yang kelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang” (LG 8).
Apakah Gereja itu hanya yang kelihatan? Jawabannya: tidak. Gereja lebih dari yang kelihatan. Gereja adalah baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Seperti halnya dalam diri manusia ada unsur yang kelihatan (tubuh) dan ada pula yang tidak kelihatan (jiwa), demikian juga Gereja.
“Gereja sekaligus bersifat manusiawi dan ilahi, kelihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir. Dan semua itu berpadu sedemikian rupa, sehingga dalam Gereja apa yang insani diarahkan dan diabdikan kepada yang ilahi, apa yang kelihatan kepada yang tidak tampak, apa yang termasuk kegiatan kepada kontemplasi, dan apa yang ada sekarang kepada kota yang akan datang, yang sedang kita cari” (SC 2).
Gereja yang kelihatan membutuhkan seorang pemimpin yang kelihatan juga. Karena itulah, Kristus menunjuk Petrus sebagai kepala dari para rasul. Penerus Petrus, para paus, adalah kepala dari penerus rasul-rasul, yakni para uskup.
“Itulah satu-satunya Gereja Kristus. … Sesudah kebangkitan-Nya, Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan. Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para Rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing … Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam [subsistit in] Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya” (LG 8).
Tanpa menjadi anggota Gereja Katolik, apakah seseorang bisa memahami ajaran Yesus dan Gereja-Nya dengan benar? Orang luar bisa saja mempelajari tentang Yesus dan Gereja-Nya tanpa harus menjadi seorang Katolik, tetapi kemungkian untuk gagal paham terhadap keduanya sangatlah besar. Sudah banyak bukti bagaimana orang gagal paham terhadap Kristus dan Gereja-Nya. Dan persis di situlah akar dari semua kritikan dan hujatan yang selama ini ada.
Ibarat rumah, Gereja Katolik adalah rumah bersama. Pintunya terbuka lebar untuk semua. Jika ingin mengetahui apa isi di dalamnya, jangan sekali-kali melihat dan menerka-nerka dari luar. Nanti ujung-ujungnya salah. Jika ingin tahu kebenarannya, masuklah ke dalamnya; seperti kata Yesus, “Marilah (masuk) dan kamu akan melihatnya” (Yoh. 1:39).
Referensi:
Aquilina, Mike. 2008. The Early Church. Booklet Copyright by Knights of Columbus Supreme Council. Printed in the United States of America.
https://www.catholic.com/encyclopedia/church-the
https://www.catholic.com/magazine/print-edition/what-does-church-mean
Iman Katolik. Buku Informasi dan Referensi. 1996. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 332-334.
Katekismus Gereja Katolik. 2007. Ende: Nusa Indah.
Kreeft, Peter. 2001. The Holy Catholic Church. Booklet Copyright by Knights of Columbus Supreme Council. Printed in the United States of America, hlm. 16-19.
Konsili Vatikan II. 1993. Jakarta: KWI-Obor