8.1 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Minggu Pertama Adven: Siap Sedia Menyambut Kedatangan Tuhan

Siap Sedia Menyambut Kedatangan Tuhan: Renungan Minggu Pertama Adven, 27 November 2022 — JalaPress.com; Bacaan I: Yes. 2:1-5; Bacaan II: Rm. 13:11-14a; Injil: Mat. 24:37-44

[postingan number=3 tag= ‘adven’]

Hari ini kita memulai Masa Adven. Adven dari kata bahasa Latin ‘adventus’ berarti ‘kedatangan’. Kedatangan siapa? Yaitu kedatangan seseorang yang penting dan ditunggu. Siapakah itu? Tidak lain adalah Yesus sendiri. Jadi, Masa Adven berpusat pada kedatangan Yesus.

Katekismus Gereja Katolik nomor 524 menerangkan bahwa dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghadirkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis [Yohanes Pembaptis], Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).

Pada Minggu Pertama Adven ini, kita mendengar dari bacaan pertama tentang nubuat Yesaya. Sama seperti tulisan-tulisan lain dalam Kitab Suci, wejangan Yesaya langsung berkaitan dengan peristiwa-peristiwa pada zamannya. Nabi Yesaya mengajak kita supaya fokus dan terarah hanya kepada Tuhan. Adapun pusat dari Nubuat Yesaya di sini adalah Allah sebagai Yang Kudus dari Israel. Tuntutan dasarnya ialah iman kepada Allah itu.

Pada zaman Yesaya itulah, Raja Hizkia menghancurkan ‘bukit-bukit pengurbanan’ di mana orang beribadat di luar Yerusalem. Tujuannya untuk memusatkan ibadat. Memusatkan ibadat ke Gunung Sion berarti memusatkan diri kepada Tuhan. Dengan memusatkan diri kepada Tuhan, orang akan hidup dalam damai dan kasih Tuhan.

Sanggupkah kita memusatkan diri kepada Tuhan? Ternyata, untuk memusatkan diri kepada Tuhan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada sederet hal yang menghambat kita dalam memusatkan diri pada Tuhan, yang oleh Paulus, dalam bacaan kedua, disebut sebagai gaya hidup yang memalukan.

Sebab itu, Paulus menekankan sikap tobat, yaitu kehendak kuat untuk memperbaiki diri dan masyarakat demi menyambut kedatangan Tuhan. Ia mengajak kita agar menghindari gaya hidup yang memalukan tersebut. Sebagai gantinya, orang harus mencari kehormatan yang utuh, sama seperti Yesus yang layak dihormati, sebab Dia adalah teladan yang sempurna.

Satu-satunya sikap yang pantas adalah siap sedia setiap saat.

Mungkin kita berpikir bahwa kita bisa bertobat kapan saja, tidak harus sekarang. Biasanya orang bilang “Nantilah, kalau sudah siap”. Injil Matius hari ini menegaskan bahwa seandainya kita tahu kapan waktunya Tuhan datang, barangkali keputusan kita itu ada benarnya. Namun, kedatangan Tuhan itu tidak pasti dan tak terduga. Sementara kita juga tahu bahwa hukuman dan ganjaran (penghakiman terakhir) akan diberikan kepada masing-masing orang sesuai perbuatannya. Karena itu, satu-satunya sikap yang pantas adalah siap sedia setiap saat, dan kesiapsediaan itu harus dimulai dari sekarang. Kesiapsediaan itu tampak dalam pelaksanaan tugas masing-masing dengan baik sampai kedatangan Anak Manusia.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini