Hukum yang pertama dan utama adalah hukum cinta kasih. Cinta kasih adalah sikap hidup yang mengungkapkan dan melaksanakan cita-cita manusia yang paling dalam yaitu mencapai kesempurnaan cinta kasih. Cinta kasih menjadi kunci bagi manusia untuk melaksankan kehendak Allah dan mendasari hidup manusia dalam tindakan konkret sehari-hari. Di dalam cinta kasih pula, manusia dapat melahirkan ketaatan dan kepercayaan yang total kepada Sang Penciptanya serta mencapai kedewasaan yang penuh bersama dengan-Nya.
[postingan number=3 tag= ‘iman-katolik’]
Cinta merupakan panggilan yang sangat mendasar bagi setiap manusia dan sudah tertera di dalam kodrat kemanusiaannya. Panggilan untuk mencintai yang dimengerti sebagai keterbukaan sejati terhadap sesama dan kesetiakawanan dengan mereka merupakan panggilan yang paling mendasar dari segala panggilan. Panggilan itu merupakan asal-usul segala panggilan dalam hidup manusia (Yohanes Paulus II: 1999, 22-23). Cinta kasihlah yang mendorong manusia untuk mampu berelasi dengan orang lain. Manusia menjalin relasi dengan Liyan atas dasar cinta. Jika relasi itu tidak didasari dengan aspek cinta kasih maka itu hanyalah sekedar relasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial. Jadi cinta kasih merupakan itu yang dirindukan semua orang (Armada Riyanto: 2013, 157).
Cinta kasih terdapat dalam diri setiap pribadi yang selalu mendarah-daging dan tidak akan menghilang dalam dirinya. Cinta diidentikkan dengan kehidupan itu sendiri. Kehidupan itu terasa berkurang jika di dalamnya tidak terdapat cinta kasih. Cinta kasih inilah yang menemani perjalanan hidup manusia setiap hari. Dengan kata lain, tanpa cinta manusia tidak dapat menjalin relasi yang mesra dengan Sang Penciptanya dan dengan Liyan.
Sebagai umat Kristiani, cinta merupakan suatu panggilan yang utuh dan sempurna. Dikatakan demikian, karena di dalam cinta Allah sungguh-sungguh hadir di dalam kehidupan manusia. Manusia menginginkan cinta sebab cinta itu sendiri adalah hakikat setiap manusia, maka manusia dipanggil untuk bergerak menuju kepada cinta (Pius Pandor: 2014, 79). Dengan hal itu, manusia pun menginginkannya, merindukannya dan menghidupinya dalam menjalin relasi dalam kehidupan bersama di tengah komunitas Kristiani.
Cinta kasih terdapat dalam diri setiap pribadi.
Cinta merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Maka manusia berusaha untuk menghidupi cinta ini dalam relasinya dengan Liyan, dengan hal ini manusia dengan sendirinya menghidupi Allah sebagai dasar kekuatannya. Sebab bagi Plato, Cinta adalah sebuah kekuatan, sebuah penggerak bagi jiwa untuk selalu mengarah pada Sang Idea. Dengan hal ini, jiwa manusia selalu bergerak menuju Sang Cinta itu sendiri. Atau dengan kata lain jiwa manusia selalu menghidupi cinta, sebab itulah “jembatan” yang mendorong manusia untuk mencapai Sang Penciptanya.
Cinta merupakan suatu kata yang kaya akan makna, kompleks, indah dan memesona. Kaya karena cinta memiliki banyak aspek, kompleks karena ia berkaitan dengan penataan relasi antarsubjek, indah dan memesona karena cinta menjadi daya yang memersatukan dan menyempurnakan serta memiliki banyak makna. Sebuah kata yang kaya akan makna, kompleks, indah, dan memesona (Armada Riyanto: 1999, 77). Cinta ini merupakan suatu kata yang sangat bermanfaat bagi manusia, karena tanpa cinta manusia tidak mempunyai kekuatan. Cinta dan kekuatan menjadi bagian dari kehidupan manusia, keduanya tidak dapat dilepaspisahkan. Kedua ikatan ini akan menghantar manusia kepada tujuan hidupnya, yaitu kebahagiaan.
Cinta menjadi alat penyambung relasi manusia dengan Tuhan. Dikatakan demikian karena Tuhan bersabda: “Kita mengasihi, karena Allah dahulu mengasihi kita” (1 Yoh. 4:19). Cinta itu berarti berasal dari “Yang di Atas”. Hakikat cinta itu diibaratkan dengan cinta seorang suami kepada istrinya. Cinta itu tidak akan sirna dalam menjalani hidup bersama, karena Allah telah menganugerahkan cinta kepada setiap manusia. Yesus datang ke dunia sebagai ungkapan Cinta Allah yang besar kepada manusia. “Aku datang ke dunia, bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan atas kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh. 6:38). Hal ini mengindikasikan bahwa Yesus ingin mengajarkan apa arti dari cinta sejati. Cinta sejati adalah sesuatu yang berasal dari hati nurani manusia, bukan atas keinginan manusiawi tetapi atas dasar keinginan surgawi. Dengan demikian, manusia menjalin relasi dengan orang lain atas dasar dorongan Roh, yang disatukan dalam satu cinta.
Cinta menjadi alat penyambung relasi manusia dengan Tuhan.
Cintalah yang akan menyatukan setiap orang untuk mencapai apa yang menjadi kehendaknya. Contohnya, seorang manusia ingin mencapai apa yang diinginkannya, tentu saja dia menjalaninya dengan penuh cinta. Karena itu, perjalanan manusia akan terasa hambar jika tidak ada cinta yang melekat dalam dirinya. Cintalah yang akan menyatukan manusia dengan rencananya dan akan menyatukan relasinya dengan Allah yang menjadi fondasi dari cinta itu sendiri.
Apa tujuan manusia hidup di dunia? Kebahagiaan adalah tujuan yang mesti diraih oleh setiap manusia. Namun, kebahagiaan itu mesti dikaitkan dengan dengan cinta kasih yang merupakan dasar spiritualitas kristiani. Kehidupan yang dilandasi dengan kebahagiaan dan cinta kasih akan membantu umat kristiani dalam menjalin relasi yang intim dengan Allah. Umat kristiani menyakini bahwa Allah adalah Sumber kebahagiaan dan dasar cinta kasih. Karena itu, umat Kristiani dipanggil untuk menggapai kebahagiaan dan cinta tertinggi itu. Dengan mencapai keduanya, manusia akan memperoleh apa yang menjadi harapan dan idamannya.
Kebahagiaan dan cinta kasih menjadi panggilan utama umat Kristiani. Panggilan menjadi bahagia dan pewaris cinta bukanlah suatu panggilan yang mudah. Orang melihat bahwa panggilan itu adalah suatu panggilan yang mudah. Bahwasanya, panggilan itu mudah diungkapkan tetapi sangat sukar untuk dilaksanakan. Sebagian orang saja yang mampu melakukan atau menghayati panggilan itu. Orang yang mampu itu adalah orang yang mampu melewati pintu yang sempit, namun di balik pintu yang sempit itu ada sesuatu yang berharga. Apa yang berharga itu? Yang berharga itu adalah berjumpa dengan kebahagiaan dan cinta yang diperjuangkan oleh setiap pribadi manusia. Perjumpaan dengan kebahagiaan dan cinta adalah perjumpaan dengan Sang Kebahagiaan dan Sang Cinta itu sendiri, yaitu Allah-Sang Kebijaksanaan Sejati.
Kebahagiaan dan cinta kasih menjadi panggilan utama umat Kristiani.
Sesungguhnya, manusia sedang berada dalam ranah peziarahan. Di dalam ranah tersebut, manusia berusaha untuk bersua dengan Sang Kebijaksanaan itu sendiri. Melalui peziarahan itu juga manusia meluangkan waktunya untuk mencari kebahagiaan dan cinta. Dengan demikian, pemahaman proses peziarahan senada dengan pengertian proses mencari. Dalam peziarahan hidup, manusia sedang berada dalam suatu proses mencari. Karena itu timbul suatu pertanyaan dalam hati setiap manusia yaitu apa yang cari dalam peziarahan hidup ini. Dalam perspektif penulis, ditemukan bahwa proses pencarian manusia ditemukan pada perjumpaan manusia dengan kebahagiaan dan Sang cinta itu sendiri. Ini merupakan finalitas proses pencarian manusia di bumi.
Proses pencarian manusia ini terungkap dalam tindakan dan tutur kata manusia. Ungkapan ini pun nampak dalam realitas hidup manusia sehari-hari. Kenyataan hidup ini mengungkapkan apakah hidup manusia melambangkan kebahagiaan dan cinta atau sebaliknya mengabaikan tujuan hidup tersebut. Dengan demikian, dalam realitas hidup sehari-hari, manusia seyogyanya mengungkapkan kebahagiaan dan cinta itu. Dengan mengungkapkan cinta dan kebahagiaan manusia menunjukkan identitasnya sebagai alter christi yang merupakan harapan dan keinginan setiap pribadi umat kristiani. Alter Christi artinya bahwa manusia dipanggil untuk menjadi Kristus kepada yang lain-menjadi pewaris cinta dan penerus kebahagiaan yang sesuai dengan kehendak dan harapan Kristus bagi umat-Nya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dan cinta kasih adalah panggilan dasar umat Kristiani untuk mencapai Kristus yang merupakan sumber kebahagiaan dan cinta kasih itu sendiri.