21.9 C
New York
Monday, October 14, 2024

Permintaan Maaf Sultan, Menuai Banyak Tafsir

Wahai Sultan, mengapa anda yang minta maaf, apakah mereka itu suruhan anda? Mengapa bukan pemotong salib yang minta maaf atau ditindak secara hukum?. Saya rasa Sultan itu memiliki kekuasaan di wilayah itu. Kalau Sultan minta maaf sudah pasti dimaafkan, tetapi mohon ditindak. Jangan sampai kami mempunyai pandangan lain, bahwa Sultan melindungi kelompok intoleran dengan cara minta maaf.
 
Saya merasa kecewa membaca berita dari berbagai media yang berisi permintaan maaf Sultan. Seperti saya katakan di awal, apakah Sultan ikut ambil bagian dalam peristiwa ini, sehingga meminta maaf. Logikanya yang melakukan adalah kelompok intoleran, sudah tentu mereka yang harus minta maaf dan bukan Sultan. Tindakan Sultan yang meminta maaf dapat berakibat multi tafsir. Harapan saya, mohon tuan Sultan menindak kelompok intoleran di wilayah kekuasannya. Tidak cukup dan sangat tidak cukup dengan kata ‘maaf’ apalagi dari Sultan.
 
Tuan Sultan yang terhormat, daerah anda termasuk Daerah Istimewa. Seharusnya tugas tuan untuk mengembalikan keistimewaan itu, dengan menegakkan keadilan terhadap setiap anak bangsa, apapun agamanya. Tentu Sultan tahu betul Indonesia memiliki hukum, memiliki aturan, memiliki UUD 1945 yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun terutama dalam kaitan dengan kebebasan beragama. Oleh sebab itu, saya menyimpulkan permintaan maaf Sultan tidaklah tepat. Malahan ini seolah menjadi tameng bagi kelompok Intoleran.
 
Salam
avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (S2) Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini