Kunjungan Ibu Tuhan kepada Elisabet, Bukan Kunjungan Biasa: Renungan Harian Katolik, Jumat 21 Desember 2018 — JalaPress.com; Bacaan I: Kid. 2:8-14; Injil: Luk. 1:39-45
Segala sesuatunya berawal dari kunjungan Malaikat Gabriel kepada Maria. Malaikat Gabriel memberi tahu Maria bahwa dirinya akan melahirkan seorang anak laki-laki yang nantinya akan menjadi Mesias – anak Allah. Mendengar kabar dari Malaikat Gabriel itu membuat Maria galau berat. Ia bingung. Ia tidak tahu dengan siapa ia harus membicarakan kabar itu? Dengan ibunya? Dengan keluarganya? Dengan teman-temannya? Semua itu tidak mungkin. Mereka pasti akan marah terhadap dia. Maka satu-satunya orang yang bisa mengerti keadaannya adalah Elisabet. Selain karena Elisabet adalah saudari sepupunya, alasan lain adalah karena Elisabet sedang mengandung sama seperti dirinya. Jadi, ada semacam perasaan senasib dan sepenanggungan.
Keputusan Maria ini mudah dipahami. Sebagai seorang remaja, ia tentu saja merasa takut. Lebih takut lagi karena ia harus hamil di luar nikah. Oleh karena itu, ia membutuhkan tempat untuk menenangkan diri, sekaligus butuh orang untuk curhat. Dengan demikian, Maria bertemu Elisabet bukan untuk arisan atau gosip seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ibu-ibu zaman now, tetapi ia ke sana untuk curhat soal masalah pribadinya.
Apa yang dilakukan oleh Bunda Maria ini mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita mempunyai masalah, jangan pernah membuat pelarian ke hal-hal yang negatif. Jangan juga menghabiskan energimu untuk mengeluh atau mulai menggembar-gembor masalahmu di media sosial. Kalau kamu galau karena ada masalah, carilah orang yang tepat untuk curhat.
***
Elisabet sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang mengetuk pintu rumahnya saat itu adalah Maria. Jika saja kejadiannya terjadi pada zaman ini, boleh jadi ceritanya akan berbeda. Sekarang biasanya sebelum bertemu, orang membuat janji terlebih dahulu lewat WA, SMS, atau telepon. Ketika Elisabet membuka pintu rumahnya, Maria menyalami Elisabet. Sapaan Maria ternyata memberi dampak yang kuat bagi Elisabet. Ia sangat gembira. Bahkan dikatakan bahwa anak yang ada di dalam rahimnya melonjak kegirangan.
Ini mengajarkan sesuatu bagi kita. Kita hidup bertetangga dan sudah pasti mau tidak mau kita akan saling bertemu satu dengan yang lain. Kalau kita bertemu dengan orang lain, bawalah damai bersama kita. Jangan bertemu dengan orang sambil marah-marah. Biarkan orang lain merasa senang ketika bertemu dengan kita. Jangan sampai, ketika mereka tahu bahwa kita akan datang ke rumah mereka, mereka cepat-cepat menutup pintu rumah; sebab mereka tahu bahwa kita tukang marah.
***
Elisabet menyadari bahwa kali ini ada yang berbeda dari perjumpannya dengan Maria. Bukan hanya dirinya yang merasakan itu, tetapi juga bahkan anak yang ada di dalam rahimnya. Anak itu sampai melonjak kegirangan. Luar biasa! Hal itulah yang membuat dia yakin seyakin-yakinnya bahwa wanita yang ada di depannya, yang selama ini dikenalnya sebagai sepupunya itu, bukanlah wanita sembarangan. Ia wanita pilihan, Ibu Tuhan. Oleh sebab itu, tanpa ragu Elisabet pun berkata: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:43).
Maria disebut oleh Elisabet sebagai Ibu Tuhan. Perkataan Elisabet ini harus memberi dampak bagi kita. Jika ibu kita masing-masing kita hormati, apalagi Ibu Tuhan. Itulah sebabnya Bunda Maria mempunyai tempat yang sangat istimewa di dalam Gereja Katolik. Ia adalah Ibu Tuhan yang harus kita hormati sepanjang hidup kita.
Kita menghormati Bunda Maria karena jawaban ‘YA’-nya terhadap tawaran Allah. Maria membiarkan rahimnya dipakai oleh Allah sebagai tempat saluran bagi Allah untuk masuk ke dalam kehidupan manusia. Bukankah itu sesuatu yang luar biasa? Itulah Maria, wanita luar biasa, yang oleh Elisabet disebut sebagai ‘wanita yang terberkati di antara semua perempuan’ (bdk. Luk. 1:42).
Mari, dalam persiapan Natal ini, kita berusaha meniru keteladanan Bunda Maria untuk berani mengatakan ‘YA’ terhadap apapun kehendak Tuhan di dalam hidup kita sehari-hari. Biarkanlah diri kita menjadi saluran berkat bagi banyak orang di sekitar kita. Amin.