Pesan Penting dari Rasul Paulus untuk Para Suami-Istri — Renungan Harian

0
19961

Pesan Penting dari Rasul Paulus untuk Para Suami-Istri: Renungan Harian Katolik, Selasa 30 Oktober 2018 — JalaPress.com; Bacaan: Ef. 5:21-33

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menekankan dua hal. Pertama, istri diminta supaya tunduk kepada suami. “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu, karena suami adalah kepala isteri.” Isi pesan Paulus ini sangatlah jelas: istri diminta supaya tunduk kepada suami karena suami adalah kepala istri. Jadi, bukan karena alasan yang lain.

Jika suami adalah kepalanya, berarti istri apanya? Istri adalah anggota tubuhnya. Makanya, pada bagian berikutnya, Paulus membahasakan hubungan suami-istri itu sebagai ‘satu daging’. Ia menuliskan: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Ef. 5:31).

Jika anggota tubuhnya tidak mengikuti kepalanya, maka apa jadinya? Pasti tidak jalan; karena saling tarik-menarik. Maka, benarlah kata Paulus, istri harus tunduk kepada suami, sebagai kepalanya. Saya harus menggarisbawahi kata ‘tunduk’ ini supaya tidak disalahgunakan. Kata ‘tunduk’ di sini bukan berarti boleh dikuasai. Jangan dikira bahwa ‘jika demikian, suami boleh menguasai istrinya, kerena Kitab Suci bilang istri harus tunduk terhadap suami’. Bukan begitu maksud ayat ini.

Foto ilustrasi dari Pixabay.com

Yang dimaksudkan dengan kalimat “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu, karena suami adalah kepala isteri” adalah bahwa istri tidak boleh membentuk kepala lain dalam satu rumah tangga. Hanya ada satu kepala dalam satu rumah tangga, yaitu suami. Apa artinya satu kepala? Itu berarti bahwa suami dan istri harus satu suara, sehati dan sejiwa dalam segala hal. Jangan sampai suami ngomong lain, istri ngomong lain.

Tidak bisa tidak, jika mau supaya rumah tangga itu berjalan dengan baik, suami dan istri harus satu suara. Bahwa untuk mencapai satu suara itu kadang lewat diskusi alot, itu soal lain. Yang terpenting endingnya adalah bahwa suami dan istri dapat mencapai kata sepakat. Banyak rumah tangga kandas karena sulit mencari kata sepakat. Suami dan istri sama-sama mau menjadi kepala dalam rumah tangga. Tidak ada yang mau mengalah.

Paulus mengatakan bahwa dengan menikah, maka suami dan istri menjadi ‘satu daging’ atau ‘satu tubuh’, dan kepalanya adalah suami. Apa tandanya bahwa suami dan istri adalah satu daging dan kepalanya adalah suami? Dalam masyarakat kita, jelas sekali tandanya.

Dari cara kita menyapa saja sudah kelihatan. Dalam sapaan sehari-hari nama istri jarang sekali disebut. Dalam undangan-undangan pesta, akan tertulis ‘Yth. Pak A dan istri, atau Bapak dan Ibu A.’ Istri jangan bilang: “Mengapa tidak tulis nama saya?” Memang, nama istri tidak disebut, tapi sebenarnya sudah termasuk di dalamnya. Suami dan istri sudah menjadi satu tubuh, yang kelihatan hanya kepalanya saja. Anggota tubuhnya tidak perlu lagi disebut, cukup kepalanya saja. Begitulah realitas setiap hari membenarkan apa yang dikatakan di dalam Kitab Suci.

Lalu bagaimana dengan suami? Kepada suami, Paulus bilang: “Hai suami, kasihilah isterimu”. Jika suami tidak mengasihi istrinya, itu sama artinya dia tidak mengasihi tubuhnya sendiri. Ingat bahwa suami dan istri sudah menjadi ‘satu tubuh’. Tidak pernah ada orang sehat dan normal yang membenci tubuhnya sendiri, tetapi sebaliknya, ia justru akan mengasuhnya dan merawatnya. Demikianlah seharusnya suami bersikap terhadap istrinya. Jika suami menyakiti istrinya, itu berarti ia menyakiti tubuhnya sendiri.

***

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments