7 C
New York
Friday, March 29, 2024

Ciri khas Gereja Katolik Roma: Didirikan Oleh Kristus di atas Rasul Petrus

Gereja Katolik Roma dibangun di atas Rasul Petrus. Hal itu sesuai dengan amanat Yesus sendiri, yang memerintahkan para murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi (bdk. Kis. 1:8). Dalam konteks saat itu, ujung bumi dan pusat dunia adalah Roma.

[postingan number=3 tag= ‘agama-katolik’]

Kita tahu bahwa di Antiokhialah murid-murid Yesus untuk pertama kalinya disebut Kristen (lih. 11:26); namun Antiokhia bukanlah tujuan akhir dari pewartaan mereka. Mereka memulai pewartaan dari Yerusalem, Yudea, Samaria, Antiokhia dan sampai ke ujung bumi, yakni Roma.

Dalam Kitab Suci dikisahkan bahwa Yesus memberi tugas penggembalaan kepada Petrus (lih. Mat. 16:13-19, Yoh. 21:15-19). Adapun macam-macam tugas penggembalaan yang dilaksanakan oleh Petrus dapat kita lihat di dalam Kisa Para Rasul: mulai dari pemilihan pengganti Yudas (Kis. 23,26) hingga memimpin Sidang Yerusalem (Kis. 15:7).

Penggembalaan yang dipercayakan kepada Petrus itu kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya; sebab Kristus sendiri berjanji akan menjaga Gereja-Nya sampai akhir zaman (lih. Mat. 28:19-20). Dengan demikian, keutamaan Gereja Katolik Roma berhubungan dengan penggembalaan atau kepemimpinan para penerus Rasul Petrus.

Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Petrus adalah Uskup sekaligus Paus pertama Gereja Katolik Roma, dapat kita jumpai dalam tulisan para Bapa Gereja:

Pertama, St. Klemens dari Roma, dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Klemens adalah murid dari Rasul Petrus dan ditahbiskan oleh Petrus. Dialah yang mengisahkan tentang peran dan kematian Petrus. Dia menulis demikian:

“…. Perhatikanlah teladan yang luhur dari generasi kita sendiri … Pilar yang terbaik [yaitu Gereja Roma] telah dianiaya …. Mari memusatkan mata hati kita kepada rasul-rasul yang baik itu: Petrus, yang menderita … tidak hanya mengalami satu atau dua kali tetapi banyak kesulitan, dan karenanya pergi ke tempat kemuliaan yang sesuai …. Paulus menunjukkan jalan kepada penghargaan atas ketahanan [iman] … telah beralih dari dunia ini ke tempat yang suci … Terhadap kedua orang ini yang telah hidup dalam kekudusan harus ditambahkan banyak sekali orang yang menderita penganiayaan… yang menjadi contoh yang bersinar di tengah-tengah kita.”

Kesaksian St. Klemens ini penting, karena beliau adalah Paus yang ketiga setelah Rasul Petrus. Urutan Paus: Petrus (sampai tahun 67), Linus (67-79, lih. 2 Tim 4:21), Anacletus (79-85), dan Klemens (85-96). ((Urutan ini diketahui dari tulisan St. Irenaeus, dalam Against Heresies, 3,3,3, ANF, 1:416)).

Kedua, St. Ignatius dari Antiokhia (35-107), Uskup Antiokhia, yang adalah murid Rasul Yohanes, dan kemungkinan juga adalah murid Rasul Petrus; sebab Petrus pun pernah tinggal di Antiokhia.

Sebelum wafatnya sebagai martir di Roma, St. Ignatius dari Antiokhia menulis 7 surat, yaitu kepada gereja- gereja di Ephesus, Magnesia, Tralles, Philadelphia, Smyrna, kepada Polycarpus, dan Gereja Roma. Topik suratnya antara lain mengenai kelahiran Yesus, hirarki, Ekaristi, dan kehadiran nyata Yesus dalam Ekaristi.

Ketiga, Eusebius (260- 340), Uskup Caesarea dan Bapa Sejarah Gereja. Ia menulis begini: “Tahun kedua dari dua ratus lima olympiad: Rasul Petrus, setelah mendirikan Gereja di Antiokhia, dikirim ke Roma, di mana ia tinggal sebagai uskup di kota tersebut, berkhotbah selama dua puluh lima tahun … Tahun ketiga dari dua ratus lima olympiad: Markus Penginjil, penerjemah Rasul Petrus mengabarkan Kristus ke Mesir dan Alexandria …. Tahun keempat dari dua ratus sebelas olympiad: Nero adalah yang pertama mengadakan penganiayaan terhadap umat Kristen, yang karenanya Petrus dan Paulus wafat dengan mulia di Roma” ((Eusebius, The Chronicle42, 43, 68, Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 291)).

“Di zaman Claudius [Kaisar Roma, 41-54 AD], penyelenggaraan alam semesta membawa kepada Roma seorang rasul yang terkuat dan terbesar, yang dipilih untuk menjadi juru bicara dari rasul-rasul yang lain, yaitu Rasul Petrus” ((Eusebius, History of the Church, 2, 14, 6, Williamson trans, 49)).

“Para pendengar Petrus di Roma yang yakin akan terang agama yang sejati, tidak puas dengan mendengarkan ajaran lisan tentang pesan ilahi, mereka memohon dengan segala cara untuk mempengaruhi Markus (yang Injilnya kita punyai sekarang), kerena ia adalah murid Petrus, untuk meninggalkan kepada mereka ringkasan tertulis tentang perintah-perintah yang telah mereka terima secara lisan, dan oleh karena itu [ia] bertanggungjawab menuliskan apa yang kita kenal sebagai Injil Markus. Klemens mengutip kisah ini dalam Outline buku VI, dan dikonfirmasi oleh Uskup Papias dari Hierapolis, bahwa Markus disebut oleh Petrus di suratnya yang pertama, yang dikatakannya ditulis di Roma itu sendiri, seperti yang diindikasikan olehnya ketika ia menyebutkan kota itu secara figuratif sebagai Babilon” ((Eusebius, History of the Church, 2, 15, Williamson trans, 49)).

Keempat, Doktrin Addai (Dokumen Gereja Siria 400), “[…. Aggai yang mentahbiskan imam-imam di Siria, dibunuh sebagai martir pada saat mengajar di Gereja oleh anak Abgar. Penerusnya, Palut, diharuskan ke Antiokhia untuk menerima konsekrasi episkopal, yang diterimanya dari Uskup Serapion, Uskup Antiokhia] yang juga menerima penumpangan tangan dari Zephyrinus, Uskup dari kota Roma, dari penerusan penumpangan tangan dari imamat Simon Petrus (Kepha), yang diterimanya dari Tuhan kita, ia [Petrus] yang menjadi Uskup di Roma selama 25 tahun pada masa Kaisar Nero yang bertahta di sana selama 13 tahun lamanya” ((Doctrine of Addai di Actholic Encyclopedia (New York: Robert Appleton Co., 1909), 5:88.)).

Disadur dari: http://www.katolisitas.org

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Pascasarjana (S2) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI. Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini