24.6 C
New York
Friday, May 3, 2024

Refleksi Dr. Scott Hahn dalam Minggu Adven Ketiga: Apa yang harus Kami Perbuat?

Orang-orang dalam bacaan Injil hari ini ‘penuh dengan pengharapan’. Mereka berkeyakinan bahwa Yohanes Pembaptis merupakan Mesias yang selama ini mereka nantikan. Tiga kali kita mendengar pertanyaan mereka: “Lalu, apa yang seharusnya kami lakukan?”

[postingan number=3 tag= ‘adven’]

Kedatangan Sang Mesias mewajibkan setiap orang, laki-laki dan perempuan, untuk memilih ‘bertobat’ atau tidak bertobat sama sekali. Itulah inti dari pesan Yohanes Pembaptis dan juga pesan Yesus nantinya (lih. Luk. 3:3; 5:32; 24:47).)

Kata ‘pertobatan’ merupakan terjemahan dari kata bahasa Yunani ‘metanoia’ (secara harafiah berarti ‘perubahan pola pikir’). Dalam Kitab Suci, pertobatan selalu berkaitan dengan dua hal: yaitu menjauh dari dosa (lih. Ez. 3:19; 18:30) dan menuju Allah (lih. Sir. 17:20–21; Hos. 6:1).

Sikap ‘berbalik arah’ seperti ini lebih dari sekedar upaya untuk menyesuaikan diri. Hal ini lebih bermaksud pada perubahan sikap hidup yang radikal, ‘yang  menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan’ (Luk. 3:8). Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis memberitahukan orang banyak itu bahwa mereka harus membuktikan iman mereka melalui karya kasih, kejujuran, dan keadilan sosial.

Dalam liturgi hari ini, setiap kita dipanggil untuk berdiri dalam kumpulan orang banyak itu dan mendengarkan ‘kabar baik’ mengenai pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis. Kita diajak untuk memeriksa hidup kita, bertanya dari lubuk hati kita yang paling dalam sebagaimana yang mereka tanyakan, “Apa yang seharusnya kami lakukan?” Pertobatan kita haruslah bersemi, bukan dari ketakutan kita terhadap kemurkaan yang akan datang (lih. Luk. 3:7–9) melainkan dari perasaan sukacita atas dekatnya kedatangan Tuhan yang menyelamatkan.

Tema ini menggema dalam bacaan-bacaan hari ini. Dalam surat Paulus kita mendengarkan seruan: “Bersukacitalah! Tuhan sudah dekat. Janganlah kamu kuatir tentang apapun juga”.  Juga, dalam Mazmur Tanggapan, sekali lagi kita mendengar ajakan untuk bersukacita, untuk tidak takut pada kedatangan Tuhan di tengah-tengah kita.

Dalam bacaan pertama hari ini, kita mendengar gema dari kabar Malaikat kepada Bunda Maria. Kata-kata dari para Nabi sangat mirip dengan sapaan Malaikat (bdk. Luk. 1:28-31). Maria adalah Putri Sion, seorang pilihan Tuhan, diberitahukan supaya tidak takut melainkan bersukacita karena Allah menyertainya, ‘penyelamat yang Mahakuasa’.

Dia adalah sumber sukacita kita. Karena dalam Dia terlukis Allah yang sudah dekat itu, seperti yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis “Seorang yang lebih besar dari saya akan datang”.

Diterjemahkan dari: https://stpaulcenter.com/what-do-we-do-scott-hahn-reflects-on-the-third-sunday-of-advent/

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini