Minggu lalu ketika teman kerja saya hendak ke kantor, ia mengalami kecelakaan. Ia jatuh karena ingin menghindari jalan yang sedang dalam perbaikan dan penuh dengan kerikil. Dengan kecepatan laju motornya, hingga membuat teman saya terpelanting ke samping sejauh beberapa meter. Untung saja tidak ada kendaraan beroda 4 yang melintas di dekatnya, jika ada tamatlah riwayatnya. Ia hanya mengalami luka lecet.
[postingan number=3 tag= ‘iman-katolik’]
Lewat sebuah percakapan, teman saya ini menceritakan kisah tragis yang ia alami tersebut. Peristiwa ini ia ceritakan ketika kami hendak mengikuti briefing. Bagi teman saya, segala yang terjadi dalam hidup kita merupakan rencana Tuhan, entah itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Kecelakaan yang ia alami ia sebut sebagai rencana Tuhan. Walaupun hal itu nyaris merenggut nyawanya (jika kendaraan melintasinya). Diam-diam dalam benak saya bertanya, “kenapa terkadang Tuhan merancangkan sesuatu yang tidak menyenangkan?” Tetapi, teman saya punya argumentasi untuk menjawab pertanyaan saya ini. Ia mengatakan bahwa, “dibalik peristiwa itu ada pelajaran yang dapat dipetik. Pelajaran itu yang harus kita gali untuk menemukan rencana Tuhan yang sebenarnya.” Tetapi saya kurang puas.
Saya pernah membaca cerita, “ada seorang bapak mempunyai tiga orang anak. Ketiganya masih kanak-kanak. Bapak ini memiliki rencana tersendiri untuk ketiga orang anaknya itu. Anak pertama akan ia jadikan sebagai pengusaha yang kaya. Anak keduanya akan ia jadikan sebagai petinju yang professional dan anak ketiga yang adalah seorang perempuan akan ia jadikan sebagai seorang pelacur.” Setelah membaca cerita, saya diam dan berpikir, “ah, mana ada seorang bapak yang baik merencanakan sesuatu yang buruk terutama untukanak perempuannya.” Absurd, tak masuk dinalarku.
Cerita di atas mejawab pertanyaan saya.
Tuhan dan bapak, ahhh!!!
Begitu pula dengan Tuhan, Tuhan itu baik, tidak mungkin ia merencanakan hal yang tidak menyenangkan. Pasti ada yang salah di dunia ini dan itu bukan Tuhan.
Manusia hidup adalah pemberian Tuhan, Ia menciptakan manusia seturut citraNya. Ia memberi manusia akal dan kebebasan. Sayangnya, sejak awal manusia (kisah Adam dan Hawa) salah mempergunakan apa yang Tuhan berikan. Melihat kembali cerita teman saya, perbaikan jalan, penuh dengan kerikil dan laju cepat merupakan contoh dari manusia yang salah menggunakan kebebasan yang Tuhan berikan. Jadi, dalam peristiwa kecelakaan teman saya, tidak ada rencana Tuhan. Murni kesalahan manusia, teman saya dan (entah) pembuat jalan.
Rencana Tuhan itu baik dan selalu baik. Yang terjadi di dunia tidak selalu baik dalam hal ini tidak semua kejadian dan peristiwa yang terjadi benar-benar merupakan rencana, kehendak Tuhan. Namun, bukan berarti pula Tuhan lepas tangan dan duduk ongkang kaki di singgasanaNya.
Melihat peristiwa yang dialami teman saya, teman saya terpelanting jauh beberapa motor, tetapi tidak kehilangan nyawanya. Teman saya mengatakan bahwa, “ia beruntung tidak mengalami luka yang parah dan sampai saat ini masih hidup. Bagi saya peristiwa ini merupakan pembelajaran untuk lebih hati-hati lagi dan juga keselamatan yang Tuhan berikan, ada campur tangan Tuhan di dalamnya bahwa Ia masih mengingingkan saya untuk hidup dan berkarya di dunia ini.”
Jadi, Tuhan itu tidak pernah lepas tangan dari manusia, dunia dan isinya. Jika manusia tidak diperhatikan oleh Tuhan, tidak bisa dibayangkan apa yang terjadi. Jika Tuhan tidak memperhatikan dan peduli dengan manusia, mungkin teman saya sudah tidak ada di dunia ini. Kebaikan Tuhanlah yang membuat teman saya masih hidup, bukan hanya teman saya tetapi saya, kamu dan kita semua.
Kebaikan Tuhan dan campur tanganNya mengingatkan saya dengan sebuah percakapan (media elektronik) bersama teman kuliah. Pembahasan mengenai bagaimana saya, kuliah dan prosesnya. Selama kuliah saya mahasiswi yang sangat pasif entah itu dalam hal diskusi akademik ataupun non akademik. Bahkan sering kali mengikuti remedial karena dapat nilai buruk. Saya juga ikut organisasi kampus dan paduan suara Gereja tapi bukan jadi alasan untuk tidak belajar dan membuat nilai UAS buruk, toh banyak juga teman yang aktif organisasi tapi punya nilai yang baik.
Pada semester 4 saya harus melewati masa dimana saya benar-benar putus asa, saya didiagnosa oleh dokter mengalami tumor tiroglosus, leher kanan saya bengkak seperti ada kelereng yang makin hari makin membesar dan itu sangat mengganggu aktivitas saya. Bahkan beberapa mata kuliah harus saya lewatkan, saya harus bolak-balik ke dokter untuk berobat dan telah dijadwalkan untuk operasi. Saya cemas kalau-kalau keadaan makin memburuk, saya cemas kalau harus mengulang semester depan. Pokoknya segala hal negative dan kecemasan menguasai pikiran saya.
Saat itu saya benar-benar pasrah dan terus berdoa pada Tuhan agar diberikan kekuatan. Saya bersyukur ditengah kelemahan, saya punya sumber kekuatan. Saya punya keluarga yang selalu berikan semangat, saya punya teman-teman yang selalu mendoakan dan saya punya Tuhan yang menolong saya, menyembuhkan saya tanpa tindakan operasi, saya tidak harus mengulang mata kuliah bahkan saya menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari apa yang diharapkan.
Di sini, saya mau katakan bahwa Tuhan ingin saya menjadi orang percaya yang bisa mengatasi semua tantangan dalam kehidupan ini dengan campur tanganNya. Dia ingin saya hidup dalam penyerahan, menyerahkan semua yang tidak dapat saya atasi hanya padaNya. Sekali lagi Tuhan campur tangan sehingga saya bisa menghadapi berbagai kekuatan yang mencoba untuk melemahkan dan melukai.
Tidak terlepas dari itu, bahkan lewat pelayanan kita di Gereja seperti yang dikatakan oleh pelatih saya,“bahwa lewat pelayanan ada saja yang Tuhan berikan, entah itu talentamu yang ditambahkan, sekolahmu yang dilancarkan, pekerjaanmu, jodohmu atau apapun itu.” Diam-diam hati saya menjawab, “iya, saya sudah merasakannya. Karya dan campur tanganNya.”

