26 C
New York
Saturday, September 21, 2024

Senggolan Kang Je

Hari menjelang malam ketika tubuh hendak bersiap menyiapkan makan malam kali ini. Sembari mengupas bahan-bahan yang hendak dimasak, siaran TV di depan mata mendadak mengalihkan perhatian dan konsentrasiku.
“Saudara, sejenak kita menyimak berita terbaru yang baru saja kami dapatkan. Densus 88 dan kepolisian sekitar pukul enambelas waktu Indonesia bagian barat, berhasil menemukan sebuah benda yang disinyalir sebuah bom yang diletakkan di dalam rice cooker. Penggrebekan ini dilakukan di sebuah tempat kos di daerah Bintara, Bekasi. Untuk lebih jelasnya, kami sudah terhubung dengan reporter kami di lapangan…”
Tanganku yang tadi tengah mengupas sayur, langsung menghentikan kegiatan. Mataku saja yang awas melihat cuplikan-cuplikan gambar di televisi serta telinga yang menyimak kelanjutan berita dari penyiar berita ini.
Duh….
Kenapa ada bom lagi ya?
Bahkan setelah disimak lagi, belakangan si penyiar mendapat info bahwa bom itu rencananya akan diledakkan pada hari Minggu, saat pergantian tugas Paspanpres di Istana Negara.
Menurut informasi dari yang berwenang, daya ledak bom panci itu bisa menghancurkan apa pun dalam radius 300 meter.
Astaga.
Nggak kebayang kalau itu terjadi.
Syukur banget, sebelum kejadian, sudah ketahuan.
“Eh, itu awas bawang merahnya salah ngupas lho…,” sebuah suara seperti sudah duduk di sampingku. Dengan cueknya dia mengambil satu buah timun lalu dia kunyah. Enak banget kayaknya.
“Untung timunnya sudah kucuci, Kang…,” ujarku begitu tahu ada yang mengunyah timun itu dengan lezat.
“Ah, percaya sudah bersih kok,” jawab Kang Je.
“Timun itu bagus buat mengobati darah tinggi lho, Kang…,” kataku lagi sok tahu.
“Beeettuuulll…” Mulut Kang Je mendadak penuh dengan timun membuat omongannya keras, tapi tidak terlalu jelas. Segera, Ia habiskan dulu makanan di mulutnya itu. “Apalagi yang cepet panas hati pada peristiwa beberapa waktu ini. Bisa langsung naik deh tu darah tinggi…”
“Wah, update juga si Akang teh…” Mengupas bahan memasak ini selesai juga. Aku bersiap memindahkan semuanya ke dapur untuk segera dimasak.
“Ya, iya… Emang cuma kamu yang bisa nonton dan baca berita mulu?” Kang Je membantu membawa hasil kerjaku ke dapur.
“Ngomong-ngomong marah, Kang Je nggak ikutan marah dengan segala situasi yang terjadi akhir-akhir ini?” tanyaku sembari mulai menyalakan api di kompor.
“Ngapain marah? Kan nanti bisa darah tinggi. Males banget…” Kang Je berdiri di sisi kanan, menjauh sedikit dari meja dapur ini. Mungkin maksudnya supaya kegiatan memasakku malam ini nggak keganggu.
“Kan segala kegiatan itu menyangkut pautkan namaMu juga. Dengan segala cara dan latar belakang lainnya ya…”
Kang Je memandangku. Kayaknya dia sedang memastikan, konsetrasiku ini buat masak atau nanya? Serius banget pertanyaannya.
“Meskipun yang melakukan banyak hal itu demi dan untuk namaKu, tapi coba kamu lihat… Apakah itu dilakukan dengan sukacita? Apakah ada damai dari apa yang dilakukan?”
Aku menggeleng pasti.
Dari yang aku tahu, tema kegiatannya memang mencerminkan kedamaian dan keindahan yang tidak bisa dipungkiri. Tapi, kalau dari peserta dan kepentingan yang mungkin menyertainya, tidak ada yang bisa mengatakan pasti. Dan, hal ini yang kemarin-kemarin malah jadi ramai.
“Nah, dengan peristiwa sedemikian saja bisa bikin heboh kamu dan orang banyak, bagaimana kalau Aku yang juga ikutan?” Kang Je seperti memberi tanda kutip dengan tanganNya ketika mengucapkan kata “ikutan”.
“Mmm… Jadi Kang Je nggak ikut ada di sana saat doa-doa dilantunkan? Gak merestui gitu?”
“Lha… Ya nggak gitu kali…” Kang Je bantu mengecilkan api di kompor karena kuali mendadak panas sekali sebab sudah lama di atas kompor begitu. “MaksudKu, dari niat baik itu yang diselipi kemarahan sebagian orang yang ada di dalamnya saja bisa berakibat begini lalu, kalau Aku marah, bisakah kamu bayangkan apa yang terjadi?”
Kumatikan saja kompor yang tadi dikecilkan.
Aku rada tercekat dengan penjelasan Kang Je barusan.
Benar juga ya… Selama ini, rasanya aku juga tidak pernah mencoba mengerti apa yang dialami Kang Je kalau umatNya sedang tak damai begini.
“Kalau Aku mau, apa yang Ku anggap menghina atau tidak sesuai dengan semua ajaran yang Ku ajarkan, bisa saja tho Aku turun tangan. Tinggal senggol dikit saja, beres… Ibarat anak kecil, disentlik dengan jari tangan, udah deh…” Kang Je menjelaskan sembari tersenyum kecil. “Tapi, itu nggak Aku lakukan.”
“Kenapa?” aku jadi penasaran.
Di mata teduhNya itu, mendadak memancarkan sesuatu yang menjadikan hatiku serasa sejuk. Damai gitu. Aku seolah-olah dilingkupi keindahan tak terjelaskan kata-kata.
“Karena Aku…. Mengasihi kalian…”
Plash…
Aku benar-benar terdiam dibuatNya.
Bagaimana mungkin Ia yang sedang sering dihina dan dipakai namaNya seolah-olah demi namaNya juga masih mau mengasihi sedemikian rupa? Kenapa sumbu sabarNya panjang, tak mudah terbakar? Tidakkah hatiNya tersenggol sedikit saja atas semua yang terjadi?
“Kalo Aku seperti yang ada di kepalaMu, seperti kalimat buat the pawer of emak-emak itu, kelar hidup elo….” Kang Je sedikit terkekeh mengatakan hal barusan. “Kamu tahu pasti… Aku tak seperti itu… Meski soal cerewet, mungkin aku bisa lebih dari emak-emak itu haha…”
Aku berusaha tersenyum.
Bisa bergurau juga Sang Junjungan hidup ini.
“Lanjutkan masak malammu… Tetap berikan yang terbaik dan panjang kasihmu saja, satu terhadap yang lain,” Kang Je mencomot tempe goreng yang tadi nyaris gosong.
“Kalau kamu rajin masak gini, Aku bisa ndut deh…” Ia pun berlenggang pergi. Tinggal aku yang kembali menekuni sisa bahan masakan yang harus terselesaikan.
Secara raga, segala masakan ini bisa mengenyangkan.
Namun, segala haus dan lapar jiwa ini terpuaskan ketika Ia selalu mengingatkan dan menyertai dimana pun aku berada kini.

Anjar Anastasia
Anjar Anastasia
Saya senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa karena ... menulis adalah berbagi hidup .... Novel yang pernah saya tulis antara lain: Renjana: Yang Sejati Tersimpan di dalam Rasa (Gramedia), Kirana Cinta (Gramedia), Everything I Do (Gramedia), dan beberapa lagi.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini