Banyak orang non-Katolik di luar sana yang beranggapan dan menuduh bahwa umat Katolik menyembah berhala; hanya karena mempunyai sekumpulan patung di Gerejanya. Anggapan dan tuduhan mereka itu bukanlah tanpa dasar. Dasarnya jelas: yaitu ayat-ayat Kitab Suci. Lalu, mereka akan mengutip sejumlah ayat dari beragam kitab dalam Kitab Suci; sebut saja Kitab Ulangan, Kitab Yesaya, Kitab Wahyu, dan kitab-kitab lainnya.
[postingan number=3 tag=”agama-katolik”]
Jika kita ingin berbicara mengenai larangan terhadap pembuatan patung, kita harus selalu mendasarkan pembicaraan kita pada Kitab Keluaran 20:3-5. Mengapa? Karena di sanalah untuk pertama kalinya Tuhan berbicara soal penggunaan patung. Berikut teks lengkapnya:
- “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi” (Kel. 20:4).
- “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” (Kel. 20:5).
- “Supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apa pun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan” (Ul. 4:16).
Segala teks lain dalam Kitab Suci yang secara kebetulan mengangkat topik mengenai larangan penggunaan patung, itu hanya tambahan dan penegasan kembali saja. Ulangan, misalnya, jelas-jelas mengulang apa yang dibahas dalam kitab sebelumnya, yaitu dalam konteks patung ini, Kitab Keluaran. Begitu pula Yesaya, mengulang kembali apa yang sudah disampaikan Tuhan kepada umat Israel di padang gurun. Kitab Yesaya ditulis pada masa pembuangan. Mengenai patung, Yesaya mengingatkan orang Israel supaya tidak menyembah patung sebagai allah lain sebagaimana dilakukan oleh nenek moyang mereka pada saat di padang gurun. Maka, jika mau berbicara soal pelarangan penggunaan patung, bicaralah dari akarnya, yaitu dari sudut pandang Keluaran 20:3-5. Jangan pergi jauh dari situ. Kita tidak bisa asal comot ayat Kitab Suci di sana-sini dan meninggalkan apa yang dimaksudkan di dalam Kitab Keluaran itu.
Gereja Katolik melihat bahwa ayat ke-4 dari Kitab Keluaran 20 merupakan kelanjutan dari ayat ke-3; sehingga dipahami bahwa Allah hanya melarang kita membuat patung yang digunakan untuk disembah sebagai ‘allah lain’ di hadapan-Nya. Dengan kata lain, jika patung itu dibuat untuk keperluan yang lain, bukan untuk disembah, maka tidak dilarang oleh Tuhan.
Sayangnya, orang non-Katolik di luar sana yang beranggapan dan menuduh bahwa umat Katolik menyembah berhala, justru menanggalkan ayat yang penting itu. Mereka biasanya memenggal ketiga ayat itu sehingga hanya ayat 4 dan 5 saja yang diambil.
Pemenggalan semacam itu jelas mendatangkan resiko yang sangat besar. Anda tahu apa resikonya jika Keluaran 20:3-5 dipenggal menjadi Keluaran 20:4-5 saja? Jika dasar biblis yang diambil hanya Keluaran 20:4-5, maka resikonya adalah bahwa siapapun, termasuk Anda, saya, dan mereka, tidak pernah boleh membuat patung yang menyerupai apapun (bdk. Kel. 20:4) yang ada di langit (burung), di bumi (manusia, hewan, dan tumbuhan), atau di air (ikan). Jadi, kita tidak pernah boleh membuat patung burung, patung manusia, hewan, dan tumbuhan, atau patung ikan, sekalipun itu untuk digunakan sebagai alat peraga di sekolah (misalnya, pelajaran biologi), permainan anak-anak, atau sekedar sebagai memorial (seperti patung Martin Luther di Jerman). Padahal, patung-patung itu justru membantu kita supaya mengerti pelajaran di sekolah, terhibur dikala melihatnya (patung mainan anak-anak), dan membantu daya ingat kita pada sosok tertentu (patung memorial).
Gereja Katolik meyakini bahwa tidak semua patung dilarang oleh Tuhan. Lantas, patung seperti apa yang dilarang oleh Tuhan? Sekali lagi, kita harus kembali ke akar pelarangan itu, yaitu pada Keluaran 20:3-5. Di sanalah untuk pertama kalinya Tuhan berbicara kepada Musa mengenai patung. Inti dari larangan itu ada di ayat 3, bunyinya begini: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”. Lalu dilanjutkan dengan ayat 4, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi”. Kesimpulannya: yang dilarang oleh Tuhan adalah patung yang dibuat untuk disembah sebagai ‘allah lain’. Jika patung itu hanya sebatas alat peraga (seperti di sekolah), patung untuk permainan (untuk anak-anak), patung memorial (seperti patung Martin Luther di Jerman), atau patung sebagai sarana rohani (di Gereja), maka tidak dilarang.
Harusnya saudara fokus pada arti kata menyembah. Semua jenis patung , lukisan , dll bila hanya sebagai hiasan memang tdk mslh, tetapi bila sudah dianggap suci, dihormati, dianggap ada kekuatan, bahkan disembah maka itu dilarang Tuhan.
Praktek di katolik banyak yg sudah menyembah padahal harusnya utk fokus berdoa( menurut salah satu romo). Tetapi pada kenyataannya sering dianggap suci : diarak, tidak boleh sembarang di pegang, dianggap mukjizat bila ada darah dr patung, penghormatan dgn dicium, dll
Terima kasih atas komentar Anda. Sebetulnya artikel yang Saudara baca ini adalah salah satu dari sekian banyak artikel serupa yang kami publikasikan di sini. Kami sengaja menurunkannya bagian per bagian supaya tidak terlalu panjang. Mengenai apa yang Saudara tanggapi, bisa dilihat penjelasannya di postingan kami yang lain, di alamat url ini: https://jalapress.com/2019/04/17/katolik-menjawab-orang-katolik-tidak-menghormati-apalagi-menyembah-patung/
Semua patung yang dianggap sebagai perlengkapan ibadah. Termasuk patung berbentuk salib dan semua patung Yesus yang dipakai sebagai bagian ibadah.
Karena jelas sekali larangan itu mengatakan agar jangan membuat buah tangan menyerupai bentuk apapun di bawah air, di bumi atau di Sorga di atas.
Sekali Tuhan melarang, Dia tak akan undur dari firmanNya, sekalipun manusia berkelid dengan bermacam alasan ini dan itu dia menganggap bersalah kepada orang yang anggap sepele dengan firmaNya, katolik perlu berdoa lagi untuk memperoleh jawaban dari Yoh
4. 23-24.
Patung bukan perangkat ibadah buat menyembah Ellohim.
Ini jalapress nuduh menggal ayat padahal sendiirnya yang penafisrannya sepenggal2…
Kita pakai fakta saja.. bukan arahan penulis yang menghindari topik.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (Ulangan 5:8)
Penulis stop di sini seolah2 non katolik anti semua patung di dunia.. HEY kita tidak bodoh dalam berdiskusi. Ada ayat lanjutannya
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (Ulangan 5:9)
INILAH yang harus dibahas.. SUJUD (dilakukan) MENYEMBAH (ok tidak mau mengakui pakai kata menyembah, tapi hormat, cium dan doa) atau BERIBADAH (udah jelas menggunakan patung dalam konteks ibadah agama).
Jadi seperti post saya sebelumnya. Katolik menghalalkan ibadah patung dgn pembelaan:
1. Patungnya jgn di panggil Allah
2. Tidak pakai kata menyembah.
Pembelaan yang sangat lemah mengingat semua katolik dan non katolik bisa membaca sendiri konteks ayatnya dan bisa berdoa sendiri kepada Tuhan Yesus untuk menunjukan kebenaran firman.
Sudahlah kita semua menyembah berhala kok. Minimal menyembah kitab suci kita masing2.
Kesimpulan mbulet untuk cari2 pembenaran patung yesus bukan patung