“Militer tidak bisa “merabah” (mencek) perempuan pelaku bom bunuh diri karena berpura-pura mengikuti misa dan juga karena menggunakan salib besar di dadanya”; kata Duterte. (Hindi naman aniya maaring kapkapan ng military ang babaeng suicide bomber dahil nagpanggap itong nagsisimba at may nakasuot pang malaking krus sa dibdib).
Salibku adalah kemenangan dari dosa. Salibku adalah kemenangan dari hawa nafsu. Salibku adalah jalan pembebasan dari angkara murka dan benci. Salibku adalah imanku.
Tapi mengapa engkau tega melecehkan salibku, engkau tega menodai salibku untuk memuaskan nafsu bejatmu, untuk memuluskan kebiadabanmu yang menewaskan 22 nyawa mereka yang tak berdosa yang sedang memuji kemuliaan Allah dalam Misa Kudus?
Tubuhmu berbalut jacket hitam, sebuah tas ransel menindih pundakmu. Sebuah salib besar terkalung di lehermu. Polisi dan tentara yang sedang berjaga tak sempat melakukan pengecekan padamu, lantaran mereka percaya bahwa engkau adalah seorang perempuan, seorang ibu Katolik yang hendak mengikuti misa bersama di Katedral Jolo-Sulu pagi itu.
Rencanamu mulus dan berhasil lantaran tipu dayamu menggunakan Tanda kemenangan Kristus yang kuimani. Tak peduli tubuhmu sebagai seorang ibu hancur berkeping-keping, lantaran siasat kebiadabanmu telah memporakporandakan misa kudusku, telah menewaskan dan melukai puluhan umat tulus mencintaimu tanpa menaruh prasangka buruk padamu.
Engkau jadikan salib imanku untuk sebuah kejahatan. Engkau legalkan kebiadabanmu dengan salib imanku, seakan salib adalah sebuah pengkhianatan. Semua televisi dan media cetak Pilipina mewartakanmu dengan pasanganmu, seakan kalian adalah pahlawan. Namun bagikut tidak. Kalian hanya seonggok sampah bau busuk yang telah membusuki imanku dan telah membusuki pertiwiku.
Setiap kali nama pertiwiku disebut oleh para pewarta Pilipina, setiap kali itu pula pesan masuk melalui sms, messenger kepadaku walau hanya menyampaikan; “Padre, yang membom Katedral Bunda Maria dari Gunung Karmel-Jolo-Sulu adalah pasangan suami-isteri Indonesia”.
Malu dan menyakitkan ketika naluri keagamaanmu yang kalian perjuangkan hanya untuk membunuh dan mengakhir hidup insan lain. Ketika organisasimu dibubarkan oleh pemerintah negeriku, protes dan ujaran kriminalisasi selalu menjadi tameng untuk membela kebiadabanmu.
Dan kini ketika kebiadabanmu melumpuri wajah pertiwiku, ketika kejahatanmu melukai salibku, adakah suara kaummu menuding dan menghakimimu? Tidak. Mereka sepertinya puas dan bangga, mendewakan kebiadabanmu yang tak lebih dari seorang serigala yang memangsa anaknya sendiri.
Yang lebih menyakitkan, bahkan melukaiku ketika salibku, imanku engkau jadikan jalan untuk memuluskan niat bejatmu membunuh dan melukai insan agamaku. Salibku adalah imanku dan bukan untuk membunuh.
Pesan moral dari strategi memuluskan pemboman di Katedral Bunda Maria dari Gunug Karmel-Jolo-Sulu: “Tidak semua yang memakai kalung salib atau membuat tanda salib, pasti Katolik”. Waspadalah!!
Manila, Pebrero-02-2019
Pater Tuan Kopong, MSF
Sumber: https://radyo.inquirer.net/160713/duterte-mag-asawang-indonesian-na-suicide-bomber-nasa-likod-ng-pagsabog-sa-jolo-sulu/jolo-bomb3?fbclid=IwAR1YTuqvgoCtWc9Q0M8Yxvb17ZVnGtGepGshFwgjJ7SkoRTq5FfcZgMk1wM#ixzz5eLWlbkxj