5.2 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Tinggalkan Tanah Air, Demi Cinta Pada Banyak Orang Yang Sakit, Sr Boni Groot, MASF

Suster Boni memutuskan untuk menerima perutusan pemimpinnya berkarya di Indonesia pada tahun 1973.

Sejak ia menginjakan kaki di Indonesia, ia menjatuhkan pilihannya untuk menikahi tanah misinya dan mempersembahkan tenaga, pikiran dan bakatnya demi orang-orang yang dilayaninya. Dalam satu kesempatan Sr Boni bercerita kepada penulis.

Suster Bidan

Setelah pemimpin (Superior) MASF di belanda mengutus Sr Boni ke Indonesia, ia mengajukan pertanyaan kepada superiornya. “Suster saya mau ke Indonesia, tetapi apakah bisa saya menjadi suster Bidan/perawat?”

Superiornya menanggapi dengan senang hati niat suster muda yang cantik ini. Ia pun mengikuti kuliah kebidanan. Tetapi ia tidak bisa lagi kuliah di perguruan tinggi katolik yang ada di negerinya, karena ia telat mendaftar ke perguruan tinggi tersebut. Maka salah satu pilihannya ialah ia kuliah di tempat umum.

Namun ketika ia mendaftarkan diri di kampus umum, dosennya terkejut dan berkata : “baru kali ini ada suster di kampus ini. Mengapa anda memilih kuliah di sini?

Suster Boni menjelaskan kisah dan perutusannya ke Indonesia dan akhirnya diperkenankan kuliah di kampus ini. Tetapi karena persyaratan di Kampus Umum itu tidak boleh memakai baju biarawati, maka suster Boni rela tidak mengenakan jubah biarawatinya demi bisa kuliah di kampus umum itu.

Dua tahun kemudian, setelah lulus, ia diutus ke Indonesia, menjadi suster bidan. Ia datang dari Belanda ke Indonesia bersama saudaranya yang juga seorang pater MSF yaitu P. Frederick Groot MSF.

Setelah tiba di Indonesia ia memulai bekerja dan membuka klinik bersalin di Samarinda. Tetapi setahun setelah itu, atas analisa dan kepentingan pastoral juga, Sr. Boni disarankan untuk bekerja di Tering.

Kampung Tering pada waktu itu seperti segitiga emas. Situasinya rame dan menjadi pusat aktivitas. Rumah sakit didirikan, asrama dan sekolah katolik diperlukan dan sangat strategis.

“Kami bekerja melawan keterbatasan dan kesulitan, tetapi saya percaya Yesus sendiri juga banyak kesulitan dalam hidupnya, maka kami bertahan sampai sekarang.

Mengapa Kalimantan?

Penulis bertanya kepada beliau, mengapa memilih berkarya di Kalimantan?

Karya di Kalimantan terkait juga dengan karya para pastor MSF. Ketika pater Jendral MSF, Pater Trampe MSF mengunjungi para pastornya di Kalimantan, salah satu permintaan para pastor MSF di Kalimantan ialah mengirim para suster untuk membantu mereka dalam karya atau mereka angkat kaki dari kalimantan.

Setelah visitasi itu, Pater Jendral pulang ke Belanda. Awalnya ia mengetuk pintu hati kongregasi para suster yang sudah lama berdiri. Tetapi para suster itu sudah mempunyai misi masing-masing. Pater Trampe tidak mendapatkan kongregasi para suster untuk membantu para misionaris MSF di Kalimantan dan Brasil.

Karena desakan para misionaris di lapangan, Pater Trampe mendirikan kongregasi MASF. Akhirnya MASF didirikannya pada tahun 1937.

Sayangnya baru beberapa tahun kongregasi baru ini didirikab, perang dunia II meletus di Eropa. Sebelum perang, P. Trampe mengunjungi para pastor MSF di Brasil. Karena terjebak perang ini selama 7 tahun P. Trampe tinggal di Brasil. Baru setelah Perang usai, ia pulang ke Belanda lagi.

Namun karena di medan misi sangat membutuhkan para suster, maka para suster yang kurang terlalu matang dipersiapkannya diutus ke medan misi. Faktor ini berdampak juga pada panggilan para suster. Ada yang tahan di biara dan ada yang keluar.

Sr Boni mengingat kisah-kisah para suster MASF yang pertama ini, tetapi ia memilih untuk setia dan memberanikan diri ke Indonesia. Suster yang mempunyai 10 saudara ini, akhirnya menjadi ujung tombak karya dalam bidang kesehatan. Ia banyak menolong persalinan banyak orang.

Kini ia berkarya di Klinik Pertama St. Familia milik para Suster MASF sendiri di Barong Tongkok, Kutai Barat.

Diusianya yang renta, ia tetap melayani banyak pasien. Ia juga setia mendoakan pasiennya apapun agama mereka. Ia menyapa dengan ramah setiap orang, murah senyum dalam pelayanannya. Itulah suster Boni Groot MASF. Ia telah kehilangan tanah airnya demi melayani banyak orang di Kalimantan.

Semoga banyak orang muda khususnya gadis-gadis borneo untuk berani meneladani didikasi dan pilihan hidupnya. Kalau bukan kita, siapa lagi.

Terimakasih Sr Boni Groot MASF.

avatar
RP Tarsi Asmat, MSF
Anak kampung suka mancing. Kalau dipancing pasti dikencing. Kalo sudah dikencing pasti ketawa. Kena kerjain loh!

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini