Beredar luas di Twitter sebuah video dari Ustad Adi Hidayat yang menyinggung agama Katolik. Dalam video tersebut, pendakwah ini membahas beberapa hal. Berikut saya uraikan satu per satu.
[postingan number=3 tag= ‘topik-pilihan’]
Pertama, ia mengatakan bahwa kata ‘Gereja’ bukanlah kata bahasa Indonesia melainkan kata bahasa Latin. Di bawah ini petikan kalimatnya:
“Gereja itu bukan bahasa Indonesia, tapi bahasa latin, yaitu igereja. Bagaimana cara ibadahnya, pertama mereka datang kesitu setelah dua hari setelah orang Islam ibadah. Jadi orang Islam umumnya hari Jumat ke Masjid, dua hari setelah itu mereka berangkat ke gereja”, demikian kata Hidayat dalam video tersebut.
Benarkah kata ‘Gereja’ berasal dari kata bahasa Latin? Jawabannya: tidak. Kata ‘Gereja’ bukan berasal dari kata bahasa Latin melainkan dari kata bahasa Portugis, igreja. Kata tersebut adalah ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia, yang ternyata berasal dari bahasa Yunani, ekklèsia. Kata ‘Gereja’ yang berasal dari kata igreja dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis.
Kata Yunani ekklèsia berarti ‘kumpulan’, ‘pertemuan’ atau ‘rapat’. Namun bukan sembarang kumpulan, melainkan kumpulan kelompok orang yang sangat khusus. Demi menonjolkan kekhususan itulah makanya di Indonesia dipakai kata asing itu; meskipun kadang-kadang dipakai juga kata ‘jemaat’ atau ‘umat’.
Dalam Katekismus Gereja Katolik (selanjutnya ditulis ‘KGK’) no. 753 diterangkan: “Dalam pemakaian Kristen, ‘Gereja’ berarti pertemuan liturgis; tetapi juga jemaat setempat atau seluruh persekutuan kaum beriman. Ketiga pengertian ini tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain. ‘Gereja’ adalah umat yang Allah himpun di seluruh dunia. Ia terdiri dari jemaat-jemaat setempat dan menjadi nyata sebagai pertemuan liturgis, terutama sebagai pertemuan Ekaristi. Ia hidup dari Sabda dan dari Tubuh Kristus dan karenanya menjadi Tubuh Kristus.”
Hal kedua yang disampaikan oleh sang ustad adalah soal tata cara ibadah umat Katolik. Ia menyebutkan bahwa orang Katolik tidak langsung menyembah Tuhannya melainkan lewat perantara, yakni santo. Berikut kutipan pernyataannya:
“Cara menyembah orang-orang Katolik sampai sekarang itu tidak langsung menyembah Tuhannya, lewat perantara. Jadi kalau mau ditebus dosanya datang ke Bapak, minta pengakuan dosanya dan sebagainya, disebut dengan Santo,” katanya dalam video tersebut.
Dari pernyataannya ini tampak sekali bahwa sang ustad tidak mengerti apa yang sedang dibahasnya. Ia mengira bahwa selain menyembah Tuhan lewat perantara santo dan santa, orang Katolik juga mengaku dosa kepada para santo dan santa.
Apakah orang Katolik menyembah Tuhan lewat perantaraan santo dan santa? Jawabannya: tidak. Dalam urusan sembah-menyembah, orang Katolik langsung menyembah kepada Tuhan, tidak melalui perantara. Tapi, jika yang dimaksud adalah doa, kadang-kadang memang orang Katolik meminta doa dari para santo dan santa. Kok bisa? Alasannya sederhana, yaitu karena mereka adalah anggota-anggota Gereja juga.
Dalam agama Katolik, istilah Santo (bagi wanita: Santa) diberikan kepada seseorang yang telah terbukti menjalani hidup suci (kudus). Gereja Katolik mengajarkan bahwa di surga ada perkumpulan para kudus. Hubungan kita dengan mereka tidak pernah terputus. Mereka tetap saudara-saudari kita, anggota satu keluarga Allah. Dalam paham semacam ini, sungguh masuk akal kalau kita meminta doa tidak hanya kepada sesama anggota Gereja yang masih hidup di dunia ini tetapi juga dan bahkan secara lebih istimewa kepada orang-orang kudus di surga. Dengan kata lain, jika kita bisa memohon doa dari sesama manusia yang masih hidup di dunia ini, mengapa kita tidak boleh minta didoakan oleh mereka yang sudah berada di surga? Perlu dicatat bahwa pada hakikatnya doa-doa kepada para kudus sebenarnya berupa permohonan supaya memintakan rahmat-rahmat tertentu bagi kita.
Lantas, apakah orang Katolik juga mengaku dosa kepada para santo dan santa? Jawabannya: sama sekali tidak. Dalam Gereja Katolik memang ada istilah ‘bapa pengakuan’, tapi istilah itu dipakai untuk menunjuk Pastor yang mendengarkan pengakuan dosa. Makanya, ada namanya ruang pengakuan dosa, ada pastor yang mendengarkan pengakuan dosa, dan seterusnya.
Nah ketiga, sang ustad – entah karena tidak tahu atau dengan sengaja menyesatkan pendengarnya – menerangkan bahwa orang Katolik menyembah Santo Domingo. Dalam video viralnya itu ia berkata:
“Saat itu mereka menyembah santo Dominggo. Jadi ketika berangkat ditanya mau kemana mereka? Nyembah Santo Dominggo,” ujarnya.
Jujur, ini pertama kalinya saya mendapat cerita seperti ini. Apakah karena saya yang kurang membaca ataukah dianya yang ngarang cerita? Yang pasti ini sudah penyesatan. Tidak benar bahwa orang Katolik menyembah Santo. Siapapun santo atau santanya. Bahkan, Santa Maria, Ibu Yesus, sekalipun. Kita tidak menyembahnya. Meminta didoakan, ya. Yang disembah oleh orang Katolik hanyalah Tuhan.
Lagipula, Santo Domingo hanyalah salah satu dari sekian banyak santo dalam Gereja Katolik. Sebagai informasi, Santo Domingo merupakan sebutan dalam bahasa Spanyol untuk Santo Dominikus. Santo Dominikus sendiri lahir pada tahun 1170 di Caluruega, Spanyol. Ia meninggal dunia di kota Bologna pada 6 Agustus 1221, karena penyakit keras; dan digelari Santo pada tahun 1234 oleh Paus Gregorius IX.
Masih mengenai Santo Domingo, sang ustad menambahkan bahwa nama hari Minggu diambil dari nama Santo Domingo. “Lisan orang kita senang menyingkat, Santo Dominggo, Dominggo menjadi Minggu sampai hari ini. Minggu itu tidak adak pak bu, itu bukan bahasa Indonesia asli. Dulu Ahad, semua mengatakan Ahad,” katanya.
Apakah orang Katolik baru mengenal hari Minggu ketika Domingo digelari Santo? Tentu saja tidak. Santo Domingo hidup setelah lebih dari seribu tahun Gereja berdiri. Karena itu, sangat aneh jika ada orang mengaitkan praktik Misa hari Minggu dengan nama Santo Domingo. Ini namanya cocokologi.
KGK 1166 menerangkan: “Berdasarkan tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paska sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut Hari Tuhan atau Hari Minggu” (SC 106).
Selanjutnya dalam KGK 1167 dikatakan: “Benarlah bahwa hari Minggu adalah hari, di mana umat beriman berkumpul untuk perayaan liturgi, untuk mendengarkan Sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke dalam pengharapan yang hidup berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati” (SC 106).
Lalu, dari mana kata ‘Minggu’ itu muncul? Kata Minggu diambil dari bahasa Portugis, Domingo (dari bahasa Latin Dies Dominicus) yang berarti HARI TUHAN KITA. Kata itu sudah digunakan jauh sebelum Santo Domingo lahir. Kemungkinan besar, seperti halnya kata ‘Gereja’ yang berasal dari kata igreja dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis, demikian juga kata Minggu yang berasal dari kata Domingo dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis.
Sampai di sini menjadi jelas bahwa si pendakwah dalam video viralnya itu sebenarnya tidak tahu apa yang sedang dibahasnya. Karena itu, saran saya, alangkah lebih baik para tokoh agama, apapun agamanya, cukup membahas inti agamanya sendiri saja supaya umatnya paham agamanya, tanpa perlu ‘melompat pagar’ dan mencoba-coba menerka ajaran agama tetangga. Terima kasih.
Referensi
Dister, Nico Syukur. 2004. Teologi Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 209-210.
Iman Katolik. Buku Informasi dan Referensi. 1996. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 332-334.
Katekismus Gereja Katolik. 2007. Ende: Nusa Indah.
Pidyarto, H. 2015. Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Malang: Dioma, hlm. 295-302.
Kalau mau tahu spesifikasi mobil Mercedes Benz ya bertanyalah pada ahli mobil Mercedes Benz BUKAN bertanya pada montir motor odong odong lah…
Mantap nih. Jala Press mencerahkan. Ada pula pastor lainnya tanggapi ustadz itu
Pastor Kopong Sebut Ustadz Adi Hidayat Pakai Ilmu Cocoklogi Jelaskan Jamaahnya Kata Gereja dan Hari Minggu
sales lagi ngejelekin produk lain… hoax lagi isinya… kasihan kalau di iyakan umatnya.. lagian emang yg suka produknya buat apa belajar produk lain menuh menuhin memorynya yg cupet aja.. hang yg ada
Coba di lihat lagi tayangan nya pak, anda gagal paham Ust adi Hidayat tdk menyebutkan orang Katolik baru mengetahui istilah minggu setelah Domingo di gelari santo, tapi disana disebut kan bahwasanya bangsa INDONESIA pada era PENJAJAHAN (barat) senang menyingkat kata yg tadi nya kata SAN DOMINGO menjadi MINGGU.
Ref: prof dr. Ahmad Mansyur Surya negara
Terimakasih karena Anda sudah mau angkat bicara.