Belakangan ini, banyak tulisan bertebaran di media sosial yang mengulang argumen dai kondang asal India, Zakir Naik, yang mempersoalkan ke-Allah-an Yesus. Pernyataan ZN kurang lebih begini: “Tunjukkan kepadaku di mana dalam Bible Yesus mengatakan ‘Akulah Allah dan Sembahlah Aku’?”
[postingan number=3 tag= ‘tuhan-yesus’]
Seperti diketahui bahwa memang tidak ada dalam Kitab Suci perkataan Yesus yang mengatakan ‘Aku Allah, Sembahlah Aku.’ Seperti halnya juga tidak ada dalam Kitab Suci perkataan Yesus yang berbunyi ‘Aku Bukan Allah, Jangan Sembah Aku.’
Bahwasanya Kitab Suci tidak mencatat secara langsung perkataan Yesus yang mengatakan ‘Akulah Allah dan Sembahlah Aku.’ Itu betul. Namun, hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk menyimpulkan bahwa Yesus adalah Allah atau bukan Allah. Apalagi, dalam berbagai ayat Kitab Suci, Yesus tidak pernah melarang siapapun untuk menyembah-Nya.
- Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku” (Mat. 28:9-10).
- Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:9-10, 17-20).
Sebelum naik ke surga, Yesus pernah berkata “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Kata ‘nama’ (ὄνομα) di sini berasal dari bahasa Yunani ‘ONOMA’ yang merupakan jenis tunggal.
Meskipun pada ayat itu kita melihat ada tiga nama, yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus, namun kata ‘ONOMA’ menggunakan bentuk tunggal. Bahkan, dalam bahasa Inggris kata ‘ONOMA’ diterjemahkan menjadi ‘name‘ (tunggal) dan bukan ‘names‘ (jamak). Juga, dalam terjemahan bahasa Indonesia digunakan kata ‘nama‘ bukan ‘nama-nama’. Dengan demikian, ayat itu menunjukkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah satu hakekat.
Yesus juga mengajarkan bahwa Ia dapat membangkitkan orang mati dan menghidupkan siapa saja yang Ia kehendaki, sama seperti Bapa. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya” (Yoh. 5:21).
Yesus menempatkan diri-Nya sebagai pemilik kehidupan manusia. Ia memiliki kuasa eksklusif atas kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Kuasa serupa tidak diberikan kepada para nabi. Hanya Yesus yang mempunyai kuasa untuk menghidupkan orang mati karena Dia adalah Allah.
Yesus juga mengajarkan agar semua orang menghormati diri-Nya sama seperti mereka menghormati Allah. Ia berkata: “Supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” (Yoh. 5:23).
Ayat di atas menunjukkan bahwa Yesus menyetarakan diri-Nya dengan Allah. Tidak ada satu pun di antara para nabi yang meminta agar dihormati seperti layaknya orang-orang menghormati Allah. Hanya Yesus satu-satunya yang dihormati sama dengan menghormati Allah. Mengapa? Jawabannya: tidak lain kecuali karena Yesus adalah Allah.
Tindakan Yesus yang lebih spektakuler lagi adalah mengubah hukum-hukum Allah yang sudah dalam Perjanjian Lama, dan menggarisbawahi dua hukum utama dan terutama, yaitu ‘mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama’ (lih. Mat. 5:21-48). Dapatkah seorang manusia mengubah hukum-hukum Allah? Hanya Allah sendirilah yang bisa mengubah hukum-hukum-Nya. Tidak ada satu pun di antara para nabi yang diberi kuasa oleh Allah untuk melakukan itu. Yesus bisa mengubah hukum-hukum itu karena Dia sendiri adalah Allah.
Dengan ini, kiranya jelas bahwa Yesus mengutip ulang ayat-ayat Perjanjian Lama dan mengubah hukum-hukum itu menjadi hukum ‘baru.’ Hanya Allah satu-satunya yang dapat mengubah hukum-hukum dan ketetapan. Tidak ada para nabi yang mampu mempunyai kuasa untuk mengubah hal itu. Maka Yesus satu-satunya yang dapat mengubah hukum-hukum karena ia adalah Allah.