26 C
New York
Saturday, September 21, 2024

ABRAM Meminta Keturunan, Allah Mengubah Namanya

Abram meminta keturunan kepada Tuhan. Tuhan pun mengabulkan permintaannya. Maka, Tuhan berkata kepadanya: “Orang ini (Eliezer) tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu” (Kej. 15:4).

Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Itu janji Tuhan ‘mengenai keturunan’ untuk pertama kalinya kepada Abram. Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Kemudian Tuhan kembali membuat perjanjian dengan Abram: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu” (Kej. 15:18). Ini janji Tuhan ‘mengenai tanah’ untuk ketiga kalinya kepada Abram.

Dapatkah sekarang Anda sebutkan apa saja yang dijanjikan oleh Allah kepada Abram? Ada dua janji yang diberikan oleh Allah kepada Abram: yaitu janji mengenai tanah dan janji mengenai keturunan.

Tuhan memberitahukan kepada Abram mengenai masa depan keturunannya. Tuhan bersabda: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak” (Kej. 15:13-14). Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.

Perkataan Tuhan itu benar adanya. Bangsa Israel, keturunan Abram, kelak akan diperbudak di negeri orang (Mesir). Tetapi negeri Mesir dihukum oleh Tuhan dengan tulah, sehingga bangsa Israel bisa keluar dari sana.

Tuhan BERKALI-KALI membuat perjanjian dengan Abram. “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak. Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa” (Kej. 17:1-5).

Allah mengubah nama Abram menjadi Abraham. Alasannya, karena Abraham telah ditetapkan-Nya menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Bukan hanya Abraham yang diubah namanya oleh Tuhan, tetapi Sarai juga. Tuhan bersabda: “Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya” (Kej. 17:15).

Tuhan memberitahukan sekali lagi kepada Abraham bahwa ia dan istrinya, Sara, akan memperoleh keturunan. “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki” (Kej. 18:10).

Sara, yang tidak mengetahui secara persis semua proses yang dialami oleh suaminya itu hanya bisa TERTAWA. Tuhan mempersoalkan sikap Sara. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: “Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki” (Kej. 18:13-14).

Ada satu hal yang lucu di sini. Tuhan seolah mengadu kepada Abraham mengapa Sara tertawa. Sara berusaha menyangkal dan mengelak, katanya: “Aku tidak tertawa,” sebab ia takut; tetapi TUHAN berfirman: “Tidak, memang engkau tertawa!” (Kej. 18:15).

Tuhan menepati janji-Nya. Ia memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan Ia melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. (Kej. 21:1-3). Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, sesuai dengan yang difirmankan Tuhan kepadanya (Kej. 17:19). Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya (Kej. 21:5).

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini