Talenta: Tuhan Tahu, Kita Mampu: Renungan Harian Katolik, Sabtu 1 September 2018 — JalaPress.com; Injil: Mat. 14:22-30
Saudara-saudari yang terkasih, kita bersyukur sebab Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang begitu dekat dengan kita; Tuhan yang memperlakukan kita sebagai yang berharga di mata-Nya; bahkan Tuhan yang menjadikan kita sebagai partner-Nya. Gambaran yang sedemikian itu bisa kita lihat di dalam bacaan Injil hari ini. Tuhan digambarkan seperti seseorang yang menitipkan tugas dan tanggung jawab untuk dikerjakan oleh hamba-hambanya.
Dikatakan bahwa Tuhan itu seumpama seorang yang mau bepergian keluar negeri, yang mempercayakan hartanya kepada kita. Pada saatnya nanti, Ia akan datang kembali untuk mengecek hasil kerja kita. Kapan persis waktu kedatangan-Nya, tidak ada yang tahu. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika menegaskan bahwa Tuhan datang seperti pencuri di waktu malam. Artinya, kapan persis waktu kedatangan-Nya, tidak ada satu pun yang tahu.
Selama Ia belum datang, kita harus mengolah dan mengembangkan harta yang Ia sudah titipkan kepada kita. Paulus meminta kita supaya jangan bersikap seperti orang-orang yang berada di dalam kegelapan, yang tidak tahu mau berbuat apa dengan harta itu. “Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan,” kata Paulus. Meski kulit kita agak gelap, kita ini adalah orang-orang siang atau orang-orang terang yang bisa melihat kiri kanan kita dan tahu apa yang harus kita buat terhadap harta yang dititipkan oleh Tuhan itu.
Sekalipun Tuhan tidak memberi tahu kita kapan waktu kedatangan-Nya, kita harus senantiasa bersiap-siap, kita wajib berjaga-jaga. Caranya adalah dengan mengolah dan mengembangkan harta yang dititipkan-Nya pada kita. Tuhan menitipkan tugas dan tanggung jawab itu, bukanlah tanpa alasan. Alasannya jelas: yaitu karena Ia tahu bahwa kita mampu. Jika kita merasa kurang mampu, jangan salahkan Tuhan. Tuhan sudah menaruh kemampuan itu kepada kita masing-masing. Barangkali kita saja yang tidak menggalinya.
Harta kita adalah talenta kita. Tuhan sudah menganugerahkan talenta kepada masing-masing kita. Ada yang mengolahnya dengan baik dan mengembangkannya; sehingga mampu tampil sebagai orang yang berbakat. Tapi, ada pula yang tidak menggalinya sama sekali; dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal, semakin besar talenta itu dikembangkan, semakin besar pula tanggung jawabnya.
Berapa pun banyaknya talenta yang dipercayakan kepada kita, apapun besarnya tanggung jawab kita, satu hal yang dituntut dari kita, yakni kesetiaan. Kita diminta untuk setia mengembangkannya.
Kesetiaan seperti itu kedengarannya gampang, tetapi dalam praktiknya membutuhkan usaha yang besar. Biasanya, berhadapan dengan ketidakpastian, orang mudah menjadi tidak setia. Kita sudah tahu bahwa waktu kedatangan Tuhan tidak ada yang tahu; dan karena tidak adanya waktu yang pasti itulah, makanya orang mudah untuk tidak setia. Mereka khilaf. Mereka berusaha menguburkan talenta yang mereka peroleh dalam-dalam. Mereka tidak mau mengembangkannya. Mereka hanya bisa mengeluh dan bersungut-sungut.
Saudara-saudari yang terkasih, kita diharapkan supaya melipatgandakan talenta yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Tuhan mau supaya kita tidak tinggal diam. Kita harus berbuat sesuatu sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kita. Jika kita setia dalam perkara kecil, kita pun kelak akan diberikan tanggung jawab besar.
Jika tadinya kita hanya datang, duduk, berdoa, dan pulang; mungkin kali berikut mengambil bagian dalam tugas pelayanan sebagai lektor atau lektris, menjadi prodiakon, dan sebagainya. Begitulah cara kita mengembangkan talenta itu. Kita menaikkan tugas dan tanggung jawab kita.
Tuhan memuji orang yang tahu dan mau mengolah talenta yang diberikan kepadanya. “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia”. Semoga kita semua setia mengolah dan mengembangkan Sabda Tuhan itu dalam kehidupan kita setiap hari. Amin.