Hati-hati terhadap Setan Zaman Now: Renungan Harian Katolik, Selasa 4 September 2018 — JalaPress.com; Injil: Luk. 4:31-37
Entah kita percaya atau tidak, setan itu benar-benar ada, dan bukan hanya sekedar mitos belaka. Mereka berkeliaran di sekitar kita dan memberi pengaruh terhadap kehidupan kita setiap hari. Buktinya? Kitab Suci beberapa kali memaparkan kepada kita mengenai kisah pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus.
Yesus tidak pernah meminta kita supaya berkompromi, apalagi bersahabat dengan setan. Ia juga tidak mengajak kita supaya menjadi pengikut setan. Sebaliknya, Ia justru memberi kita satu contoh kongkrit mengenai bagaimana caranya mengusir setan.
Setan tidak semestinya menguasai manusia, makanya Yesus mengusirnya. Peristiwa pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus ini menggarisbawahi dua hal: pertama, bahwa setan selalu ada di mana-mana dan siap menguasai kita. Kedua, setelah kita tahu bahwa setan ternyata ada di mana-mana dan bisa hadir dalam bermacam cara, kita diminta supaya mampu mengusir setan. Caranya, bukan dengan menggunakan kuasa setan melainkan dengan suatu kekuatan yang lebih tinggi dari kuasa setan, yaitu kuasa Tuhan.
Pengaruh setan tidak hanya terjadi pada zaman Yesus. Sampai sekarang, pengaruhnya pun masih ada. Contoh-contohnya bisa kita saksikan di layar kaca kita atau bisa kita baca di koran langganan kita. Maka jangan bilang “Ah, ini masalah usang. Sekarang mah tidak ada lagi setan”. Ingat, setan juga berevolusi lho.
Dulu kita berpikir bahwa setan itu berwujud sosok gaib yang bisa menembus tembok, menjadi penghuni pohon-pohon besar, dan sebagainya. Sekarang, setan tidak lagi hadir dengan cara-cara seperti itu. Mereka hadir dalam bentuk hal-hal yang mungkin kita sukai, sesuatu yang menggairahkan kita.
Setan yang dulu membuat orang lari menjauh, tetapi setan zaman sekarang justru membuat orang datang mendekat. Bahayanya di situ. Ketika kita dikuasai setan, apapun bisa kita lakukan, termasuk yang paling keji – menghabiskan nyawa orang lain. Kehadiran setan pada masa sekarang bisa dalam bentuk perjudian, takhyul, hiburan yang tidak sehat, dan sebagainya.
Tidak ada cara lain untuk mengusir setan selain dengan mengandalkan kuasa Tuhan; dan untuk bisa mengandalkan kuasa Tuhan, kita mesti sungguh-sungguh beriman kepada-Nya. Tanpa iman itu, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi, jangan pernah datang kepada dukun kalau kita mau mengalahkan setan. Datanglah kepada Tuhan dalam doa. Apapun yang kita butuhkan, mintalah kepada Tuhan, bukan kepada setan.
Orang Katolik sejati adalah mereka yang seumur hidupnya – bukan musiman – mengandalkan Kristus; sebab jika iman kita hanya muncul musiman, timbul tenggelam seperti kapal selam, itu berarti bahwa sebenarnya kita sedang memberi ruang bagi setan untuk mempengaruhi hidup kita. Ingat, jika doa kita sekarang kuat, setan akan pergi. Tapi hati-hati, dia pergi bukan karena dia kalah tetapi karena dia sedang menggali kekuatan yang lebih besar sehingga pada saat kita terlena, dia akan kembali dan membawa pengaruh yang jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Sekali lagi, berimanlah secara tulus kepada Tuhan. Dalam iman, tidak ada embel-embel, tidak ada neko-neko, tidak ada agenda tersembunyi. Kita dibenarkan karena iman, bukan karena ketenaran. Mungkin kita mempunyai harta berlimpah, mobil segudang, tetapi jika kita tidak mempunyai iman, maka semuanya akan menjadi sia-sia. Bahkan, Kitab Suci mengatakan bahwa kita menjadi anak-anak Abraham juga karena iman. Sebab Abraham adalah bapa dari semua orang beriman. Abraham sudah mencontohkan iman yang baik. “Jadi, mereka yang hidup dari iman akan diberkati bersama-sama Abraham yang beriman itu” Galatia 3:9. Oleh karena itu, marilah kita beriman kepada Tuhan, dan kepada Tuhan saja, sebab dengan beriman kepada-Nya kita bisa mengalahkan pengaruh setan; dan hanya dengan beriman kepada-Nya kita semua menjadi anak-anak Allah yang senantiasa bersatu dan terberkati. Amin.