11 C
New York
Sunday, November 10, 2024

Allah Menghendaki Perkawinan antara Laki-laki dan Perempuan, Bukan LGBT

Dua hari belakangan ini viral di media sosial pemberitaan mengenai konten video podcast yang dinilai oleh banyak pihak sebagai bentuk mempromosikan LGBT. Saking ramainya pemberitaan tersebut, kini konten itu pun sudah di-take down oleh pemiliknya. Kejadian ini menyadarkan kita bahwa sekalipun perilaku seks menyimpang (LGBT) itu sudah ada di sekitar kita, isu tersebut – bagi masyarakat Indonesia – tetap tabu dan masih sensitif untuk dibicarakan.

[postingan number=3 tag= ‘perkawinan-katolik’]

Mengapa ada orang yang menyukai sesama jenis? Inilah pertanyaan yang sampai hari ini masih dicari jawabannya. Dan barangkali pertanyaan ini jugalah yang mau digali di dalam podcast yang viral itu. Sebab, yang kita tahu dan yakin benar bahwa Allah hanya menciptakan laki-laki dan perempuan, dan karena itu Ia menghendaki perkawinan antara laki-laki dan perempuan saja.

Gereja Katolik meyakini bahwa menurut hakekatnya, perkawinan adalah perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup. Perkawinan tidak hanya tergantung pada kemauan manusiawi semata, tetapi juga dikehendaki oleh Allah. Di samping itu, perkawinan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis semata, tetapi juga mengandung suatu tugas perutusan. Perkawinan bertujuan pada kesejahteraan suami-istri serta kelahiran dan pendidikan anak. Inilah bahan-bahan pengajaran dasar dalam Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) Katolik.

Kita sepakat bahwa Allah menciptakan manusia ke dalam dua jenis kelamin saja, yakni laki-laki dan perempuan. Tidak ada jenis kelamin ketiga atau keempat. “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27). Bahkan Kitab Suci memberi keterangan bahwa setelah Allah menciptakan laki-laki dan perempuan itu, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Dengan kata lain, jika menjadi laki-laki dan perempuan itu sudah sungguh amat baik, mengapa masih mau memiliki jenis kelamin yang lain?

Dari bahan-bahan pengajaran dasar dalam KPP di atas dikatakan bahwa Allah menghendaki perkawinan antara laki-laki dan perempuan saja. Perkawinan antara sesama jenis jelas tidak dikehendaki Allah. “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Mat. 19:4-6).

Lebih dari sekedar menghendaki perkawinan antara laki-laki dan perempuan, Allah juga memberkati perkawinan itu. “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej. 1:18). Beranak cucu dan bertambah banyak adalah salah satu tujuan utama dari perkawinan, dan ini hanya dapat terjadi dalam perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Perkawinan sesama jenis kelamin jelas tidak dapat menghasilkan keturunan.

Berangkat dari keyakinan dan pengajarannya, Gereja – dengan demikian – menilai bahwa kecenderungan untuk menyukai sesama jenis kelamin itu pada dasarnya merupakan sesuatu yang menyimpang. Karenanya, Gereja menolak keras perilaku seks menyimpang atau LGBT itu.

Tapi,  siapa kita untuk menghakimi mereka? Kaum LGBT atau siapapun yang lain adalah sesama manusia yang patut kita hargai. Seburuk apapun mereka, kita menghargai pribadinya sebagai manusia, tapi tidak mendukung perilaku menyimpangnya. Sebab itu, Gereja selalu mengajarkan kepada kita, umatnya, agar tidak mengucilkan, menghakimi, apalagi menghukum orang lain atas dasar apapun, termasuk kaum LGBT.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini