Mariano Artigas adalah seorang tokoh filsuf dan pastor. Ia lahir di Zaragoza, Spanyol pada tanggal 15 Desember 1938. Pada tahun 1955-1956, ia pindah ke Barcelona untuk memulai studinya di Ilmu Fisika. Ia memperoleh gelar sarjana pada bulan Juni 1960 dan sesudahnya ia memulai studi doktoralnya di bidang Fisika, yang kemudian dihentikan sementara karena pada tahun 1961, ia berangkat ke Roma untuk menyelesaikan studi Gerejawi yang telah ia mulai di Spanyol, di mana ini menjadi awal dari perjalanannya sebagai seorang pastor.
[postingan number= 3 tag= ‘tokoh’]
Sejak masih di bangku kuliah, Artigas telah aktif dalam menciptakan karya-karya tulis. Ia menerbitkan lebih dari 150 artikel berdasarkan hubungan sains, filsafat, dan teologi .Pada tahun 1999, Artigas berhasil menerbitkan bukunya yang berjudul The Mind of the Universe: Understanding Science and Religion. Buku ini mendapat ulasan dan rating yang bagus hingga mencapai poin 4,7 di goodreads.com. Jasa Mariano Artigas ini tidak luput dari perhatian banyak orang, baik di kalangan masyarakat luas yang sering dia tuju dalam tulisannya, atau oleh para spesialis.
Selain menghasilkan karya-karya tersebut, Mariano Artigas juga turut terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan. Seperti pada tahun 2002, bersama dengan professor lainnya, ia mendirikan Kelompok Penelitian Sains, Nalar dan Kepercayaan (CRYF), yang berbasis di Universitas Navarra, tempat ia mengajar. Tujuan dari kelompok ini adalah untuk mempromosikan studi interdisipliner tentang isu-isu di mana sains, filsafat, dan teologi saling terkait.
Tahun-tahun terakhir dari hidupnya pun masih sangat produktif. Bahkan, saat berjuang melawan kanker, ia mampu membaca hingga mempublikasikan karyanya, Negotiating Darwin: The Vatican Confronts Evolution 1877-1992 dengan Thomas Glick dan Rafael Martínez sebagai rekan penulis, dan masih banyak lagi.
Mariano Artigas meninggal dunia pada tanggal 23 Desember 2006, di Clínica Universitaria of Pamplona, pada jam 00:15. Tiga hari sebelumnya, dokter telah memberitahunya bahwa tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mencegah kematiannya. Dengan sangat tenang dia pun menjawab bahwa dia siap, baik secara fisik maupun spiritual.
Tidak banyak orang di masyarakat yang berani mengungkapkan pikirannya yang tak lazim, tetapi Artigas dapat membuktikan hal-hal itu melalui karya-karyanya. Dengan demikian, dari dia tentu ada teladan yang dapat kita ambil. Sebagai contoh, di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini, kita belajar dari Artigas untuk tidak menjadikan situasi sulit ini sebagai penghalang untuk berkarya. Sebaliknya, kita harus tetap semangat dalam mengembangkan diri kita dan tidak pernah menyerah.
(Dikutip dari John Hedley Brooke, 2019, Lecture 2019: Fighting against religion in the name of science. Has the battle been won?https://www.unav.edu/web/ciencia-razon-y-fe/mariano-artigas-memorial-lecture/2019-lecture)