Perlu diketahui bahwa ayat dan bab dalam Alkitab diberikan kemudian oleh Bapa Gereja dan Para Uskup. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam pemberian ayat dan bab dalam Alkitab adalah Uskup Stephen Langton, uskup Keuskupan Canterbury (1207-1228). Demikian pula penomoran sepuluh perintah Allah tidak ada dalam Alkitab sejak awal. Penomoran yang dipakai saat ini berasal dari dua orang Bapa Gereja yaitu St. Agustinus dan Origen. Secara sederhana kita mengetahui bahwa penomoran Kitab Suci baru ada pada abad pertengahan. Oleh sebab itu Gereja Katolik mengikuti salah satu pengelompokkan atau penomoran dari Bapa Gereja tersebut.
St. Agustinus dikenal sebagai Doctor of the Church atau Pujangga Gereja. Gereja Katolik mengikuti pengelompokkan atau penomoran sepuluh perintah Allah menurut St. Agustinus. Berikut sepuluh perintah Allah menurut pengelompokkan St. Agustinus yang diikuti oleh Gereja Katolik:
- Akulah Tuhan, Allahmu: Jangan ada allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, dan jangan sujud menyembah kepadanya (ay. 2, 3, 4, 5)
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat (ay.7)
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
- Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
- Jangan membunuh (ay.13)
- Jangan berzinah (ay.14)
- Jangan mencuri (ay.15)
- Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
- Jangan mengingini isteri sesamamu (ay.17 a)
- Jangan mengingini hak milik sesamamu (ay. 17 b)
St. Agustinus memisahkan mengingini isteri sesame dan hak milik karena berpandangan bahwa manusia atau perempuan lebih berharga daripada harta milik/hak milik. Perempuan atau isteri perlu diperlakukan sebagai citra Allah yang dihormati sebagai manusia sama dengan laki-laki.
Sepuluh perintah Allah dalam Puji Syukur memadukan pemaknaan berhala dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (pada nomor 1). Berhala tidak terkurung pada ‘patung’ yang dijadikan ‘tuhan’ melainkan memiliki makna yang luas misalnya keserakahan, percabulan, cinta uang, dan seterusnya. Oleh sebab itu tidak ada perbedaan makna antara sepuluh perintah Allah pada poin kedua dengan sepuluh perintah Allah dalam Puji Syukur. Berikut penjabaran sepuluh perintah Allah dalam Puji Syukur:
-
- Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat
- Kuduskanlah hari Tuhan
- Hormatilah ibu-bapamu
- Jangan membunuh
- Jangan berzinah
- Jangan mencuri
- Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu
- Jangan mengingini istri sesamamu
- Jangan mengingini milik sesamu secara tidak adil
Origen memiliki penomoran sendiri terkait sepuluh perintah Allah. Origen dikenal sebagai Bapa Gereja yang pada suatu waktu pernah mengajarkan doktrin yang tidak sesuai dengan Kitab Suci. Salah satunya ia mengajarkan bahwa jiwa-jiwa yang berada di neraka pada akhirnya masuk surga. Berikut pengelompokkan sepuluh perintah Allah menurut Origen yang diikuti oleh Gereja-gereja Timur dan Protestan:
- Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan (ay. 2,3)
- Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit, di bumi dan di dalam bumi. (ay. 4)
- Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (ay.7)
- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat/ hari Tuhan (ay.8)
- Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay.12)
- Jangan membunuh (ay.13)
- Jangan berzinah (ay.14)
- Jangan mencuri (ay.15)
- Jangan mengungkapkan saksi dusta tentang sesamamu (ay.16)
- Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau apapun yang menjadi milik sesamamu (ay. 17).
Sangat bermanfaat.
Terima kasih 🙏
Memang agak disayangkan karena banyak orang Katolik tidak mau membaca. Dibeberapa grup Katolik malah menuduh kami sebagai penyusup dan penyebar hoak. Mengerikan sekali sebagian orang Katolik, wajar kalau mereka mudah sekali pindah agama. Mereka diberi katekese, malah bicara macam-macam.
Patokannya berdasarkan standard Yahudi, karena 10 perintah Allah ini sudah ada sebelum Yesus datang ke dunia. Dan Yesus tidak pernah mengoreksi 10 perintah Allah ini.
Bapa Gereja seperti Agustinus tidak punya hak untuk menafsirkan kembali 10 perintah Allah ini.
Jadi pengelompokan oleh Origen lebih tepat karena lebih sesuai dengan standard Yahudi yg tidak pernah dikoreksi Yesus dibandingkan dengan pengelompokan oleh Agustinus.