Cahaya Harapan: Renungan PW. Santa Lusia, Perawan dan Martir, 13 Desember 2022 — JalaPress.com; Bacaan I: Zef. 3:1-2.9-13; Injil: Mat. 21:28-32
Di dalam gelap gulita karena dosa, umat manusia mengharapkan cahaya. Cahaya itu berasal dari Allah yang senantiasa menjaga dan melindungi ‘sisa Israel’, sebuah komunitas kecil yang hidup dengan rendah hati, senantiasa berpasrah pada Allah, jujur, peduli, tulus, dan setia. Komunitas kecil ini hidup sesuai dengan hukum Tuhan dan mencerminkan kesatuan antara kata dan tindakan, iman dan perbuatan.
[postingan number=3 tag= ‘martir’]
Kerendahan hati, ketulusan, kejujuran dan sikap pasrah pada Allah inilah yang menjadi persoalan dalam perumpamaan Yesus hari ini. Anak sulung yang diminta bapanya untuk bekerja di ladang dengan mantap menjawab ‘ya’ tetapi tidak melaksanakannya. Sebaliknya anak kedua menolak permintaan bapanya untuk bekerja di ladang tetapi kemudian ia menyesal dan dengan setia pergi bekerja di ladang. Kedua anak ini tidak hidup dalam kejujuran, kepasrahan, kerendahan hati dan ketulusan di hadapan Allah.
Sisa Israel adalah anak ketiga yang mengiyakan permintaan bapanya dan melaksanakannya dengan setia, benar dan penuh tanggung jawab. Sikap sisa Israel ini harus menjadi teladan bagi kita bagaimana kita harus mempersiapkan diri menyambut kedatangan Mesias. Sisa Israel telah memberikan cahaya Allah bagi kita dalam ziarah hidup kita. Selain itu, salah satu contoh sisa Israel adalah St. Lusia. Lusia berarti cahaya, dan sesuai dengan arti namanya, ia telah memancarkan cahaya iman yang teguh pada Allah, walaupun sakit mendera karena penganiayaan, ia tetap setia pada Allah. Mampukan kita menjadi cahaya bagi sesama melalui sikap pasrah, peduli, jujur, rendah hati dan setia?
Marilah kita berusaha menjadi ‘sisa Israel’ yang membawa cahaya harapan bagi sesama di masa penantian ini. Semoga doa Keluarga Kudus Nazareth membantu kita. Tuhan memberkati kita. Amin.
(P. A. L. Tereng MSF)
Nur – Mu-Sa-Fir